Chapter 5~Annoyer
Derap langkah sepatu tinggi Keira menggema di sepanjang lantai marmer yang dia pijaki. Selesai berbenah diri Keira lantas segera meluncur ke RW teknologi yang merupakan perusahaan aplikasi keamanan tingkat tinggi yang ia kelola dengan menggandeng anggota seluruhnya perempuan.
Atasan rajut pas badan berwarna hitam yang Keira kenakan begitu kontras dengan rok pendek kotak-kotak yang selaras di tubuhnya lengkap dengan sepatu putih bertali juga kaca mata aviator yang bertengger di hidung runcingnya. Tampak sempurna layaknya gadis belasan tahun, padahal umurnya sudah hampir menginjak dua puluh delapan di tahun ini.
Pintu kaca otomatis terbuka begitu Keira melangkah ke dalam di susul dengan serangkaian sapaan dan anggukan hormat dari para pegawai. Keira hanya mengangguk sambil sesekali tersenyum sebagai formalitas hingga dia hilang di balik pintu elevator yang menutup.
Keira bersandar pada dinding sambil mempelajari rincian program yang baru saja dia catat di notepad ponselnya. Terkadang, ide selalu datang tiba-tiba dan Keira akan sigap mencatat apa pun itu di dalam notepad agar dia tidak lupa dan sewaktu-waktu bisa kembali mempelajari temuannya.
“Ma’am,” sapaan Cloe menyambut langkah Keira begitu pintu elevator terbuka.
Keira hanya mengangguk sambil membuka kaca mata dan menyematkannya di sela-sela rambut kepala. “Kumpulkan semua orang lima belas menit lagi.” Katanya sebelum masuk ke dalam ruang kerjanya.
Plakat dengan nama lengkap Keira Sashenka yang menghias meja kerja menjadi pemandangan utama begitu Keira masuk. Ia memindahkan tas tangannya ke sisi meja kemudian duduk di kursi kebesarannya.
Ruang kerja Keira tidak begitu mewah tapi bisa di pastikan segala penataan dan aksesoris yang ada dapat memanjakan mata dan nampak lebih fresh. Untuk beberapa saat pandangan Keira teralih sebelum kemudian ia mulai membuka server komputernya dan kembali mempelajari isi E-mail pemberitahuan pagi ini.
Pengajuan proposal di ajukan menjadi tanggal 25 november mendatang. Artinya, mereka hanya memiliki waktu satu bulan untuk menyempurnakan aplikasi yang akan mereka presentasikan.
Sialan. Mengapa tiba-tiba? Apa pusahaan besar sering kali melakukan pemindahan jadwal sesuka hati?
Keira mengalihkan pandangan, menatap gedung-gedung tinggi yang nampak dari dinding kaca di ruangannya. Sejenak, hal-hal remeh semacam ini mampu menetralisir kekesalan dirinya. Dengan mata terpejam Keira kembali berpikir, langkah apa yang harus dia ambil untuk kelanjutan aplikasi utama perusahaannya ini?
“Semua sudah berkumpul di ruang rapat, Ma’am.” Suara Cloe terdengar dari panggilan interkom. Keira menyahut ‘oke’ sebelum kemudian beranjak dengan membawa sebuah flashdisk.
Jejeran anggota duduk mengelilingi meja bundar lengkap dengan layar proyektor yang telah menyala. Keira duduk di kursi pemimpin dan menatap satu persatu para anggotanya sambil menunggu Cloe selesai membagikan dokumen. “Di depan kalian sudah ada berkas untuk langkah selanjutnya.”
Hening. Tidak ada yang bersuara begitu Keira memberi instruksi untuk mereka membaca berkas itu sendiri.
“Waktu kita tidak banyak, ada beberapa hal yang harus kita percepat untuk mencapai target market perusahaan.” Keira mulai membuka berkas dari flashdisk yang ia bawa hingga serangkaian proses dan target-target terkait terpampang jelas di layar proyektor. “Ada lima keunggulan yang akan menjadi basis utama target. Dan aku mengharapkan kalian semua untuk fokus pada pekerjaan masing-masing.”
Hening lagi. Semua orang tengah mendengarkan Keira dengan seksama.
“Pertama, basis keamanan tinggi lengkap dengan pemindai otomatis. Kedua, kecepatan kinerja, karena setiap orang mengharapkan kelancaran suatu aplikasi. Ketiga, fleksibel dalam segala bentuk teknologi. Keempat, panel pintar pengingat tanda bahaya atau kemungkinan peretasan yang minim dan yang terakhir buat agar aplikasinya tidak lebih dari 1 gigabytes.” Keira memberi jeda, menatap mereka bergantian. “Ada pertanyaan?”
Vanessa mengangkat tangan. Mantan anggota keamanan itu bertanya lugas. “Fleksibel dalam segala bentuk. Dalam artian tersedia pada semua alat elektronik, bukan begitu?”
“Benar,” Keira mengangguk membenarkan. “Tapi bukan hanya itu, team kalian harus melakukan riset sekaligus menguji coba beberapa ponsel jadul yang sebelumnya tidak mendukung. Rubah kekurangan yang ada hingga bisa untuk segala jenis tipe.”
“Itu pasti sulit,” Karina menyahut, mantan jurnalis itu berseru tidak yakin. “Kemungkinannya terlalu kecil.”
Keira tersenyum singkat. “Itulah pekerjaan kalian. Yang lain?”
“Poin pertama dan kelima apa mungkin bisa di lakukan dengan waktu yang sesingkat ini, Ma’am?” tanya Vania.
Keira menatap mereka sesama, tersenyum singkat sambil memainkan bullpen di tangannya. “Itulah misi kita yang paling utama. Dalam dua minggu team perencana harus selesai dengan tugas dan menyerahkan pada team pemograman untuk di sempurnakan. Aku akan memantau setiap perkembangan dan jika di perlukan seluruh anggota mulai hari ini lembur.”
Seketika gumaman-gumaman tidak rela memenuhi ruangan. Keira mengetuk bullpennya ke atas meja dua kali hingga kembali hening. “Bukankah ini langkah pertama kalian membuktikan pada yang lain kalau para wanita juga bisa membuat sesuatu yang luar biasa?” Keira bertanya penuh dengan tantangan. Dia tahu, sangat tahu alasan dia merekrut para anggota yang terdiri dari semua perempuan dalam perusahaan.
Dulu, banyak perempuan yang di pecat bahkan tidak di hargai di dalam sebuah perusahaan padahal mereka juga orang hebat. Dan alasan yang paling utama adalah karena mereka wanita dan perempuan selalu di gadang-gadang melibatkan emosi yang bisa kapan saja menghancurkan kerja keras seluruh team menjadi sia-sia.
Sejak saat itu Keira memungut mereka semua dan membentuk sebuah perusahaan teknologi masa kini. Kumpulan perempuan-perempuan hebat yang pernah di sepelekan itu Keira satukan di sini hingga menjadi berbagai team dengan keunggulan masing-masing. Membuktikan kalau perempuan juga bisa setara bahkan melibihi kepintaran mau pun kejeniusan para laki-laki.
Desahan putus asa kembali membuat Keira menyunggingkan senyum. “Well, aku juga akan tinggal bersama team pemogram.” Katanya kembali membuat gaduh ruangan. Beberapa menatapnya senang dan yang lain kembali semangat.
“Aku boleh merepotkanmu?” Sunny, mantan peretas handal itu bertanya penuh antusias.
Kekehan pelan Keira seolah menjawab pertanyaannya. “Harus tepat waktu, okay?” balasnya mengiyakan.
“Yes, Ma’am!” seru mereka serentak.
“Rapat selesai.”
Dan dalam sejenak ruangan menjadi senyap. Beberapa anggota sudah mulai bergantian meninggalkan ruangan hingga menyisahkan Keira dan Cloe saja di sana.
“Well, perusahaan saingan dari MBE group menjadi hal utama yang perlu kita singkirkan.”
Suara Cloe membuat Keira mengangkat wajah, ia menatap Cloe yang kini memusatkan pandangan ke arahnya. “Kita tidak perlu itu,” balas Keira singkat.
Kening Cloe berkerut, sangat kentara dia tidak mengerti arah pembicaraan Keira. Lagi, Keira memainkan bullpennya sambil menutup laptop. “Tidak perlu menjatuhkan perusahaan lain hanya untuk bisa melewati mereka. Akan lebih menyenangkan kalau kita membuktikan kemampuan di posisi yang sama dengan mereka.”
“Maksudmu bermain cantik?”
“Harus lebih cantik dari mereka. Kau tahu, dalam bisnis segala hal di perbolehkan tapi bukan berarti kita harus mencobanya. Tunjukkan kualitas dan kita tidak membutuhkan pengakuan dari orang lain untuk menjadi yang terbaik.”
Cloe tersenyum cantik, iris mata hazelnya berbinar semangat. “I get it, Ma’am. Jenius seperti biasanya.”
“Kuanggap itu pujian.” Balas keira sambil merapikan berkas-berkasnya.
“Well, itu memang dirimu.”
Kemudian keduanya keluar dari ruang rapat dan menuju ruang kerja masing-masing. Sebenarnya Keira lelah, kepalanya masih berat akibat mabuk semalam tapi dia tidak boleh mengeluh, semangat para anggota tercermin darinya dan tentunya dia harus memberi contoh baik untuk yang lain.
Jemari Keira mulai berselancar di atas keyboard. Membuka beberapa server rahasianya dan mulai beroperasi. Menerobos, menyalin dan memprogram ulang serentetan data-data yang sebelumnya telah selesai dia pulihkan.
Tidak membutuhkan waktu lama untuk Keira masuk lebih dalam ke banyak server rahasianya yang lain dan dia tenggelam dalam pekerjaan. Hingga, tanpa sadar jam makan siang telah terlewat. Perih. Keira menyentuh perutnya yang melilit karena sejak pagi dia belum memakan sesuatu.
Well, dia memasak untuk orang lain tapi mengabaikan perutnya sendiri. Terkadang, sikap Keira yang satu ini memang kerap kali merepotkan dirinya sendiri. Dia lebih peduli dengan urusan orang lain ketimbang urusannya sendiri.
Suara pintu di ketuk diikuti kepala Cloe yang menyembul sesaat mengalihkan tatapan Keira dari layar komputernya. “Ada kiriman makanan untukmu.”
Dan kali ini Keira benar-benar menatap Cloe tak berkedip. Kiriman makanan? “Dari siapa?”
“Entah, tidak ada nama pengirim di sini.” Cloe meletakkan bingkisan merk makanan ternama itu ke atas meja. Senyum menggodanya muncul, ia menatap Keira penuh dengan tatapan jahil yang memenuhi wajah. “Dari teman kencanmu, mungkin?”
“Aku tidak punya teman kencan saat ini,” Keira mencibir—menarik bingkisan tanpa nama pengirim itu dan mulai membukanya. Bersih. Benar-benar tanpa pesan.
Kira-kira siapa yang tahu kalau dia belum makan?
Sadar akan tatapan Cloe yang terus melihatnya penasaran, Keira mengangkat wajah, balas menatap Cloe malas. “Apa kau akan tetap di sini?” tanyanya.
Senyum Cloe masih nampak jelas menggodanya. Well, tentu saja karena baru kali ini Keira mendapat kiriman makanan selain bunga seperti yang sudah-sudah. “Coba buka,”
“Kirimkan laporan risetmu paling lambat besok. Kalau belum selesai jangan harap kau bisa angkat kaki dari pintu keluar.”
Seketika peringatan penuh ketegasan itu menyentak Cloe. Dia meringis sambil mencebikkan bibir kesal. “Lain kali aku perlu menghindari bicara denganmu.” Katanya dengan nada jengkel sebelum kemudian berlalu pergi.
Keira hanya geleng-geleng kepala. Selain Girls Knight, Cloe memang yang paling dekat dengannya di sini dan dia sudah seperti adik bagi Keira mengingat umurnya yang lebih muda dua tahun darinya. Mengabaikan itu, Keira melanjutkan membuka isi bingkisan dan ternyata di sana tertera sebuah sticky notes.
Aku tidak tahu yang kau sukai dan bersantailah sedikit, kau terlalu kaku Kei-kei.
Levi~
Seketika rahang Keira seakan jatuh. Ia menganga di tempatnya.
Bagaimana Logan bisa tahu? Dari mana lelaki sinting itu tahu kalau sepagian ini dia sibuk?
Pertanyaan Keira hanya menumpuk di dalam kepala dan bunyi alarm komputer menjawab semua pertanyaannya lengkap dengan sebuah pesan pribadi jalur peretas yang tertera di layar monitor.
I see you...
Sialan! Berani-beraninya si pervert itu terang-terangan masuk ke servernya. Cari mati, ya!