Loading...
Logo TinLit
Read Story - Your Moments
MENU
About Us  

Aku masih duduk di salah satu bangku dan membaca bukuku dengan tenang, sementara laki-laki itu masih saja sibuk dengan latihannya.

Aku menyesap Cappuccino-ku yang masih setengah penuh, kemudian membalik lembaran buku dan kembali membaca. Ah, buku ini benar-benar bagus. Setiap lembarnya seakan mengajakku untuk masuk lebih dalam ke dunia fiksi yang kubaca.

Aku kembali membalik lembaran bukuku. Sesekali aku melirik ke arah laki-laki itu, yang masih saja melancarkan teknik Oreon Jireugi[1] ke arah udara kosong. Ia masih terlihat bersemangat, padahal keringat sudah membasahi dahi dan dobok-nya[2].

Tiba-tiba ia menghentikan latihannya dan berjalan ke arahku. Ia mengambil botol air minumnya dan meneguknya hingga setengah kosong.

“Ah, segarnya,” desahnya seraya meletakkan botolnya kembali di bangku dan menyeka keringat di dahinya. Sepertinya dia sudah selesai.

Aku menoleh menatapnya. “Sudah selesai?” tanyaku.

Ia hanya menggeleng sebagai jawaban dan melangkah pergi, kembali melanjutkan latihannya.

Aku mendesah, sedikit kesal. Benar-benar membosankan. Kau tahu, aku sudah menunggu di sini sejak satu setengah jam yang lalu. Dan itu artinya aku sudah membaca buku sejak satu setengah jam yang lalu untuk membunuh waktu sekaligus rasa bosanku. Aku tidak ingin melanjutkan bukuku lagi. Aku benar-benar senang membaca, tapi aku benar-benar bosan sekarang. Jadi aku menyelipkan pembatas buku di halaman yang kubaca terakhir dan menutupnya.

Aku mengamati laki-laki itu, yang kini melancarkan teknik Goley Chagi[3] dengan sekuat tenaga. Kau tahu, tendangannya benar-benar kuat. Kurasa jika aku berdiri di depannya, aku akan mati karena tendangannya.

“Jonatan, ajari aku Taekwondo,” seruku.

“Untuk apa?” serunya.

“Untuk menjaga diri.”

“Dasar bodoh,” serunya. “Kau tidak cocok belajar Taekwondo. Karate lebih baik untukmu,” serunya lagi, kembali melancarkan Goley Chagi untuk ke sekian kalinya.

 Aku kembali mendesah kesal karena jawabannya, kemudian bangkit dari bangkuku dan melangkah ke arah danau yang ada di depan kami. Kurasa melihat pemandangan danau tidak buruk.

“Hei, kau ingin terkena tendanganku, huh?” serunya kesal ketika aku berjalan di depannya sambil terus menendang udara kosong, sementara aku meneruskan langkahku dengan acuh tak acuh, tak peduli dengan kekesalannya karena merasa terganggu.

Aku menatap air danau yang tenang, bagaikan kaca besar yang memantulkan sinar matahari sore. Rasanya aku bisa bercermin, melihat pantulan diriku sendiri dengan itu. Aku duduk di tepi danau seraya memasukkan tanganku ke dalam air sesekali. Airnya sangat segar.

“Ah, aku lelah,” ujar laki-laki itu. Jonatan duduk di sampingku. Dahinya yang baru saja dikeringkan kembali basah oleh keringat. Telapak kakinya juga kotor dengan tanah karena ia berlatih tanpa alas kaki.

“Menjauh, kau menjijikkan,” ujarku kesal sambil mengibaskan tanganku di depan hidung.

Ia hanya tersenyum melihat reaksiku, kemudian membaringkan tubuhnya di tanah dengan tangan sebagai tumpuan kepala. Kudengar helaan napasnya sesekali.

Aku meliriknya yang kini berbaring dengan mata terpejam. “Jo,” panggilku pelan.

Tidak ada reaksi.

“Jo,” panggilku lebih keras.

Masih bergeming.

“Jonatan!” seruku lagi, kali ini hampir berteriak.

“Apa?” sahutnya malas, masih dengan mata terpejam.

Aku menghembuskan napas kasar. Kukira ia tertidur. “Ajari aku Taekwondo.”

“Untuk apa?” tanyanya, masih malas-malasan.

“Aku juga ingin menjaga diriku sendiri, kau tahu?”

Ia hanya diam, jadi aku pun melanjutkan, “Bagaimana jika ada orang jahat seperti preman, atau apa pun itu? Bukankah akan sangat keren jika aku bisa menghabisi mereka semua?” ujarku dengan penuh semangat. “Jadi, ajari aku, ya?”

“Preman macam apa yang akan mengincar anak kecil sepertimu?” katanya sambil menatapku dengan mata yang sedikit terbuka.

“Aku bukan anak kecil. Aku delapan belas tahun. Lagi pula, dunia ini semakin hari semakin jahat, kau tahu?” ujarku tak mau kalah.

Jonatan bangkit dari tidurnya dan menatapku dengan tatapan serius. “Eirene, dengarkan aku baik-baik. Aku tidak akan mengulangi kata-kataku,” ujarnya. “Kau tidak boleh belajar Taekwondo.”

Aku menatapnya dengan alis terangkat, seakan bertanya. Jonatan menghela napas sebelum akhirnya berkata, “Pertama, karena kau adalah anak kecil. Kedua, karena kau adalah anak kecil, jadi biarkan aku yang menjagamu. Aku ingin memastikan kau baik-baik saja dengan mata kepalaku sendiri. Jadi, biarkan aku menjagamu dan tak usah repot-repot berusaha menjaga dirimu sendiri.”

Aku menatapnya dengan tatapan bingung, berusaha mencerna apa yang baru saja ia katakan. Sementara aku masih berusaha keras mencerna semuanya, Jonatan bangkit dari duduknya. “Ayo pulang. Aku lelah. Lagi pula, kau benar. Aku menjijikkan. Jadi, aku ingin mandi,” ujarnya seraya melangkah pergi.

Mendengar kata-katanya, aku segera tersadar dari lamunanku, cepat-cepat bangkit dari dudukku, dan berlari menyusulnya yang semakin menjauh. Diam-diam aku tersenyum. Aku tahu dia benar.

Dia memang penjagaku. Penjaga terbaikku.

 

[1] Pukulan dengan tangan kanan yang dilakukan sambil menendang dalam Taekwondo.

[2] Seragam Taekwondo.

[3] Tendangan ganda dalam Taekwondo. Disebut juga Narray Chagi.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Phi
2146      862     6     
Science Fiction
Wii kabur dari rumah dengan alasan ingin melanjutkan kuliah di kota. Padahal dia memutus segala identitas dan kontak yang berhubungan dengan rumah. Wii ingin mencari panggung baru yang bisa menerima dia apa adanya. Tapi di kota, dia bertemu dengan sekumpulan orang aneh. Bergaul dengan masalah orang lain, hingga membuatnya menemukan dirinya sendiri.
Harsa untuk Amerta
272      216     0     
Fantasy
Sepenggal kisah tak biasa berlatar waktu tahun 2056 dari pemuda bernama Harsa sang kebahagiaan dan gadis bernama Amerta sang keabadian. Kisah yang membawamu untuk menyelam lebih dalam saat dunia telah dikuasai oleh robot manusia, keserakahan manusia, dan peristiwa lain yang perlahan melenyapkan manusia dari muka bumi. Sang keabadian yang menginginkan kebahagiaan, yang memeluk kesedihan, yan...
The Arcana : Ace of Wands
173      150     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
NIAGARA
473      352     1     
Short Story
 \"Apa sih yang nggak gue tau tentang Gara? Gue tau semua tentang dia, bahkan gue hafal semua jadwal kegiatan dia. Tapi tetap aja tuh cowok gak pernah peka.\" ~Nia Angelica~
Me vs Skripsi
2414      1041     154     
Inspirational
Satu-satunya yang berdiri antara Kirana dan mimpinya adalah kenyataan. Penelitian yang susah payah ia susun, harus diulang dari nol? Kirana Prameswari, mahasiswi Farmasi tingkat akhir, seharusnya sudah hampir lulus. Namun, hidup tidak semulus yang dibayangkan, banyak sekali faktor penghalang seperti benang kusut yang sulit diurai. Kirana memutuskan menghilang dari kampus, baru kembali setel...
Mengejarmu lewat mimpi
2198      878     2     
Fantasy
Saat aku jatuh cinta padamu di mimpiku. Ya,hanya di mimpiku.
Unknown
263      213     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Confession
571      418     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.
Sisi Lain Tentang Cinta
793      446     5     
Mystery
Jika, bagian terindah dari tidur adalah mimpi, maka bagian terindah dari hidup adalah mati.
Si 'Pemain' Basket
5161      1374     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...