Samar-samar kulihat siluet tubuhnya di tengah kegelapan dan hujan deras. Kulihat ia menendang apa pun yang ada di depannya. Semuanya sudah hancur karena tendangannya yang kuat. Namun ia masih saja menendang udara kosong, melancarkan teknik Twieo Ap Chagi[1] di tengah hujan dan kegelapan, tanpa peduli dengan sekujur tubuhnya yang sudah basah kuyup.
Aku tahu, dia sedang melampiaskan rasa marahnya yang masih terus meluap. Deru napasnya yang cepat karena kelelahan bercampur emosi tak ia pedulikan. Aku tahu, ia tidak akan berhenti selama kemarahannya belum surut. Bahkan, aku ingat jelas ia pernah pingsan karena kelelahan bercampur dengan kemarahan. Dasar bodoh.
Kulirik jam dinding yang ada di dekatku. 00:30. Ini sudah keterlaluan. Aku sudah tidak sabar lagi. Kau tahu, ia melampiaskan kemarahannya itu sejak pukul 20:00 tanpa henti. Ia harus berhenti sekarang.
Aku keluar dari kamar, menerobos hujan, menghampirinya yang basah kuyup. Kulihat sekeliling kami berantakan. Pot bunga yang pecah, balok-balok kayu yang patah menjadi dua atau tiga bagian, dan entah apa lagi. Berantakan.
"Apa kau sudah selesai dengan kemarahanmu?"
Ia mengangguk. Kudorong tubuhnya pelan masuk ke dalam rumah. Aku kembali duduk dengan tenang di kursiku, sementara ia sibuk mengeringkan tubuhnya dan mengganti pakaiannya yang basah.
Ia menatapku tanpa mengatakan apa pun, tanpa berkedip sedikit pun. Kulihat air hujan masih mengalir di dahinya dan membasahi rambutnya.
"Ada pelangi."
Aku menoleh menatapnya. "Apa?"
"Ada pelangi," ulangnya lagi. "Kau baru saja menangis, hm?"
Aku hanya diam.
"Ada pelangi di matamu," jelasnya. "Jangan menangis. Kau sangat jelek ketika menangis."
"Aku hanya terharu dengan tulisanku sendiri," kataku akhirnya.
Ia tersenyum jenaka dan berkata, "Jangan membohongi dirimu sendiri." Ia menatapku lagi, kali ini dengan sorot mata aneh. "Jangan salahkan aku kalau aku menghajar laki-laki itu dengan tendanganku, oke?" gumamnya, lalu masuk ke kamarnya.
Aku tak bisa menahan senyumku, seraya kembali melanjutkan naskahku.
Ah. Dia selalu saja begitu. Aku mencintaimu, kau tahu?
[1] Tendangan depan yang dilakukan sambil melompat dalam taekwondo