Tiba-tiba Yoga memarkirkan motornya dipinggar jalan.
“Kenapa berhenti, Ga?” Tanya Rini.
----
“Rin, tolong beliin minuman di warung itu dong. Tiba-tiba aku jadi haus nih” Pinta Yoga setelah menghentikan motornya dipinggir jalan.
“Mau air mineral aja atau mau yang lain?” Tanya Rini seraya turun dari motor.
“Terserah aja, Rin.” Sahut Yoga.
Baru Rini berjalan beberapa langkah, terdengar suara motor yang menyala. Rini pun menoleh kearah suara dan mendapati Yoga yang siap melajukan motornya.
“Maaf, Rin. Aku tinggal yah.” Teriak Yoga dan meninggalkan Rini dipinggir jalan.
“Yoga…” Teriak Rini.
Rini terdiam bingung dengan apa yang baru saja Yoga lakukan, bisa-bisanya dia meninggalkan Rini dipinggar jalan seperti ini. Dan sekarang Yoga membodohi Rini dengan alasan membeli minuman untuknya supaya ia bisa kabur. Dasar Yoga awas aja besok kalau ketemu, gak bakal aku kasih ampun. Rini pun melihat disekitarnya apakah ada tempat untuk bersantai dan Rini melihat tak jauh dari tempatnya tampak sebuah kafe. Akhirnya Rini memutuskan untuk masuk ke kafe itu.
Sehabis memesan kopi serta kue coklat Rini memilih meja yang ada diujung dan duduk menghadap dinding. Dengan makan kue coklat, Rini berharap bisa mengatasi suasana hatinya yang kesal karena ulah Yoga. Saat ingin memakan kue coklatnya, handphone Rini bergetar dan tampak dilayar nama Sella yang menelponnya.
“Hmm…” Jawab Rini tenang.
“Rin, kamu sama Yoga di mana? Ini kita berdua nungguin kalian di rest area.”
“Kalian pergi aja, aku tiba-tiba jadi malas.”
“Mana mungkin kita ninggalin kamu, kan kita mau ke pantai bareng. Gak seru ah… kalau kamu gak ikut nanti kita gak foto bareng dong.”
“Biasanya juga kita jarang foto bareng deh… yang ada juga kalian biasanya foto tanpa aku.”
“Jangan gitu dong, Rin. Makanya ini momen kita buat foto bareng.”
“Aku beneran malas, Sel.”
“Yoga mana sih, Rin? Coba sini aku yang bicara sama dia?”
“Yoga? Siapa itu Yoga?”
Setelah mendengar nama Yoga rasanya kejadian tadi akan selalu teringat di kepala Rini. Tampaknya Rini menyimpan amarah atas perlakuan Yoga, Rini akan memaafkan Yoga dengan alasan yang harus masuk akal.
“Rin, kirim lokasi kamu sekarang. Biar aku sama Dina kesana, awas jangan kemana-mana.”
“Kalian ini dasar… ya sudah nanti aku kirim. Kalian hati-hati di jalan. Jangan ngebut Sel, kasian Dina duduk dibelakang ketakutan tuh nanti.”
“Iya, gak bakal ngebut bu ketua.”
20 Menit
Akhirnya Sella dan Dina sampai juga di lokasi yang Rini kirim, tanpa di suruh Sella langsung saja mengambil minuman yang ada dihadapannya dan meneguknya dengan cepat.
“Ya ampun, Rin. Kenapa ini enak banget sih?”
“Pelan-pelan minumnya, Sel. Din, minum juga nanti gak dingin lagi minumannya.”
“Jadi gimana nih? Mau kemana kita?” Tanya Sella.
“Kita balik ke rumah masing-masing aja, Sel.” Sahut Dina.
“Jangan dong, Din. Ini mumpung diluar, sekalian kita jalan-jalan sampai malam. Kamu tau sendirikan aku tuh susah banget dapat izin kalau sudah di rumah.”
“Ya, terus mau kemana? Mau diam di sini aja?
“Gimana kalau kita cari Yoga yang hilang ninggalin Rini? Gara-gara Yoga, kita gak jadi ke pantai.”
“Mau cari di mana, Sel?”
Rini yang dari tadi memperhatikan Sella dan Rini hanya bisa membuang napasnya. Si Dina maunya pulang ke rumah, sedangkan si Sella maunya jalan-jalan kemana pun selain pulang ke rumah. Ini mereka sadar gak sih kalau ada Rini di hadapan mereka, seolah si Rini gak ada wujud kayaknya.
“Hei hei… kalian ini, kebiasaan kalau diskusi aku nggak diajak.”
“Maaf ya, Rin. Hehehe.” Sahut Sella dengan wajah yang cengar-cengir.
“Rini, maunya ke mana sehabis ini? Gimana kalau kita belajar bareng aja, Rin?” Tanya Dina.
“Dina, kamu tau kan alasan kita pulang lebih awal?” Sahut Sella dengan wajah serius.
“Yaaa… belajar di rumah masing-masinglah. Kan ada pelajaran yang gak masuk jadi kita disuruh belajar mandiri, Sel.”
“Aduuh, Dina. Di otak kamu itu cuma ada yang namanya belajar?”
“Belajar itu asyik tau, Sel. Iyakan, Rin? Jawab Dina memberi tatapan pada Rini untuk menyetujui ucapannya.
“Sebaiknya kita putuskan masing-masing maunya kemana, karna pilihan kita bertiga sepertinya berbeda.” Jawab Rini menengahi Sella dan Dina.
“Betul sekali, Rin.”
“Kalian berdua gak asyik.”
“Gini ya, Sel. Masalahnya yang mau jalan-jalan itu cuma kamu, sementara aku sama Dina maunya di rumah aja. Kamu tau sendirikan kita ini kaum rebahan jadi walau di rumah aja kita udah senang. Aku harap kamu bisa ngerti kalau kita beda pendapat.”
Setelah Rini mengatakan yang ada dipikirannya, Sella pun diam tak menyahut perkataan Rini. Dari wajah Dina terlihat bingung mungkin ia merasa tak enak dengan Sella. Tapi mau bagaimana pun Sella juga harus tahu, bahwa Rini dan Dina tidak terlalu berminat untuk jalan-jalan.
Nggak upacara jadi kesenangan tersendiri buat anak2 sekolah. Salam kenal ya, aku Maurin. Aku pengguna baru di sini.
Comment on chapter Pagi Senin