Hari ini adalah hari yang bersejarah. Karena, aku sudah resmi menjadi murid SMK Loka Karya. Yap! Pagi ini, akan dimulai MOS.
Aku udah berdiri menghadap lapangan dengan percaya diri dan penuh optimisme. Sebentar lagi, masa orientasi pasti dimulai. Aku udah nggak sabar pengen tahu siapa-siapa aja yang bakal nanganin. Pasti cowok-cowok keren, yang tinggi, ganteng, bersih. Anak-anak OSIS SMK Loka Karya.
Mengingat bahwa SMK ini, jurusannya memang banyak untuk cowok, jadi emang nggak ada cewek selain di angkatan gue. Angkatan baru. Ih, bayangin sekolah di sekolah yang penuh cowok, pasti bakalan seru. Belum lagi, mungkin mereka bakalan protektif gitu mengingat spesies cewek yang langka.
Baru ngebayangin aja, udah bikin aku senyum-senyum sendiri. Tapi, ngomong-ngomong mana Alexa, sobihku yang cantik itu? Jangan sampai dia telat di hari bersejarah ini.
Nah, satu lagi yang bikin aku makin yakin bahwa masa depanku bakalan cerah di sini, MOS-nya nggak aneh-aneh. Kita semua cuma disuruh pake baju olahraga. Ya, karena baju olahraga kami belum jadi, terpaksa pake baju SMP.
Wanginya rumput lapangan pagi ini, dengan matahari yang bersinar cerah secerah masa depanku di SMK kesayangan aku ini.
Hmmm.....
***
Priiit!
"Fokus! Fokus! Jangan ngantuk. Itu yang kaos kuning, dari tadi salah terus. Perhatikan kawannya!"
Teriakkan itu, membuat semua murid dalam barisanku, melemparkan tatapan nggak suka. Siapa sih, yang pake kaos kuning mencolok banget? Udah gitu salah mulu.
Ya, siapa lagi kalau bukan Vrinda Vanita, alias aku! Ya ampun, aku malu banget, deh. Dan lagi, kenapa sial banget sih nasib kami, eh maksudnya nasib aku. Alih-alih MOS ditangani oleh kakak kelas ganteng eh, malah yang ada ditangani bapak-bapak.
"Perkenalkan, saya Kustiyoko dari satuan Komando Rayon Militer. Selama empat hari dalam satu minggu kalian akan belajar baris berbaris dengan saya. Mulai jam pelajaran pertama sampai jam pelajaran ke-lima."
Gilaaaa. Sampai lima jam pelajaran, itu artinya sampai jam 11 siang. Ini bukannya jadi cerah, malah nanti yang ada gelap gulita. Terbakar matahari. Apa enggak cukup, kemarin waktu seleksi udah disuruh muter lapangan dua puluh kali?
Aku tahu, anak SMK harus kuat. Aku juga paham, anak SMK harus disiplin. Tapi, apa mesti segininya? Ini sih, udah semi militer namanya. Apa aku udah salah ngambil jurusan?
Ampun deh, rasanya aku mau muntah-muntah.
"Henti grak!"
"Hadap kanan, grak!"
Bapak tentara yang terhormat itu berdiri dengan gagahnya. Seolah matahari yang terik, nggak menyurutkan semangat beliau. Sementara kami, terengah-engah. Haus, lapar, juga panas. Rasanya kepingin banget habis ini langsung masuk kolam sirup yang penuh dengan es. Eh.
"Capek?"
Ya elah, pakai nanya. Ya iyalah, udah jelas capek. Si Bapak, malah nanya.
"Gerah? Haus?"
"Ya, siap, Pak."
"Ini belum apa-apa, ya."
Ah, kegilaan macam apa yang sedang menimpa hidupku, Ya Tuhan.
"Sesuai mandat dari Kepala Sekolah, kalian harus ditatar secara fisik dan mental. Harus kuat, nggak boleh lemah. Meskipun wanita."
Mata Pak Tentara, melirik ke arahku dan Alexa. Kami berdua jadi merasa kecil, sangat kecil dan terus mengecil.
"Untuk memupuk kekompakan, dan rasa saling menghargai, kalian dilatih baris berbaris. Banyak yang bisa kalian dapat selain raga yang sehat dan kuat. Di sini, kita belajar kekompakan tim. Belajar keteraturan. Belajar mengikuti perintah. Belajar banyak."
"Siap, Pak!" jawab kami bersamaan.
"Nah, sebentar lagi kalian masuk kelas. Sekarang, kita latihan satu kali lagi. Kalau masih ada yang salah, kita ulang dari awal!"
"Yaaah!"
"Mulai!"
Terpaksa, kami mulai. Sambil memasang kuping, sepenuh jiwa. Jangan sampai salah dengar komando. Dengan kesadaran penuh, jangan sampai salah langkah. Atau, kalau salah satu saja salah, nggak ada habisnya baris berbaris yang melelahkan ini....
***
"Untung aku sarapan tadi pagi," ucapku pada Alexa sambil kami minum air es di kantin sekolah.
"Bagus deh, Vrin. Baiknya mulai sekarang lo biasain sarapan. Kalau nggak, bisa pingsan," jawab sobih cantikku bijak. Kadangkala, dia itu pelit omong tapi sekalinya ngomong langsung bijak. Kalau lagi bener.
"Betewe, di kelas kita cuma kita berdua ceweknya, Lex. Hihi."
"Yah, kayaknya sih, gitu ya. Baguslah aku bisa sebangku kamu lagi."
"Eh, emang kamu nggak pengen gitu sebangku sama orang lain?" selidikku.
"Enggak, Vrinda. Aku nggak mau sebangku sama cowok."
"Hmmh, padahal aku pengen."
Di sela obrolanku sama Alexa, tiba-tiba seorang cowok nimbrung gitu aja. Kayaknya sih, dia penasaran sama aku. Eh, lebih tepatnya sama Alexa. Soalnya kalau diibaratkan dongeng, sohib gue itu angsa rupawan dan gue lebih mirip sama itik buruk rupa.
"Hai, maaf ganggu. Namaku Dennis. Kita bakalan sekelas."
"Hai juga."
"Emh, aku penasaran deh, apa sih yang membuat kalian berdua masuk jurusan ini?"
Gue dan Alexa langsung terdiam. Kami beneran bingung.
Ceritanya panjang, tapi nggak panjang-panjang banget. Waktu itu, aku sama temen-temen SMP lagi bingung nentuin mau daftar di SMA mana. Aku sendiri bahkan belum diskusi sama nyokap untuk nentuin apakah aku bakalan lanjut sekolah atau nggak.
Waktu itu, kita lagi di SMP asal dan tiba-tiba aja, kepala sekolah yang emang akrab sama kita nganjurin buat coba ambil formulir pendaftaran di SMK Loka Karya.
"SMK Loka Karya, mau buka jurusan baru. Tata Boga, Akuntansi, kabarnya begitu."
"Wah, bagus juga."
Maka kami berangkat ke SMK Loka Karya, untuk mengambil formulir pendaftaran. Sekaligus nyari info, persyaratan apa aja yang mesti kami siapkan saat mendaftar nanti.
Alangkah terkejutnya, ketika di tempat pengambilan formulir, ternyata nggak ada jurusan yang dimaksud. Cuma ada dua jurusan yang dibuka, yaitu, MO (Mekanik Otomotif) dan BO (Body Otomotif).
Berhubung, kata penjaga di situ BO lebih banyak gambar-gambarnya, jadi kita berdua sepakat buat mencontreng kolom MO sebagai jurusan yang kami pilih.
Tentunya, keputusan itu juga setelah aku berunding sama ortu. Kata Mama, "Nggak pa-pa itu malah keren. Lagipula SMA paling dekat kan, SMK itu. Nanti biayanya bisa lebih ringan di transpor-nya."
Waktu pendaftaran, ternyata Alexa juga memutuskan untuk tetap daftar. Apalagi setelah tahu aku jadi daftar, makin semangatlah kita berdua. Sepanjang jalan saling menguatkan, bahkan ketika serangkaian tes masuk kita saling mendoakan satu sama lain. Betapa indahnya....
"Oh, itu, aku sama Alexa, emang suka sama otomotif sejak lama."
"Nah, bener banget itu," timpal Alexa nggak kalah meyakinkan.
"Kita berdua, suka baca majalah otomotif. Suka juga ngeliat MotoGP. Hehe. Iya. F1 juga."
Padahal aku nggak ngerti sama sekali mengenai apa yang gue omongin. Segera, aku berdoa semoga cowok di hadapan ini, nggak nanya lebih lanjut lagi mengenai pengetahuan otomotif.
"O, wow! Aku beruntung banget ketemu dan bisa sekelas sama kalian. Cewek langka."
Dikira badak bercula atau komodo apa, dibilang langka. Tapi untungnya dia nggak nanya-nanya lagi.
"Oke. Udah mau masuk, yuk, kita ke kelas."
"Ah, siap. Duluan aja. Kita mau bayar dulu."
"Nggak usah, pesenan kalian udah aku bayarin, kok."
Orang yang mengaku bernama Dennis itu pun berlalu setelah mengisyaratkan, salam hormat sama aku dan Alexa. Eh, dikira kami tiang bendera kali ah, dasar cowok aneh.
"Lex, kita salah jalan nggak sih?"
Cewek di sebelahku malah menggeleng. Pasti otaknya sama kosongnya sama otakku sekarang.