Waryono memang gila mancing. Setiap hari libur, pasti Waryono menyempatkan diri untuk memancing. Wajar saja, ia bekerja di sebuah rumah makan di pinggiran Kota Jogja. Karena waktu kerjanya ber shift, maka ia jarang dapat kesempatan untuk mancing. Waryono sendiri tidak memancing sendirian. Kadang ia mengajak adiknya yang masih kelas dua SMA. Terkadang ia juga mengajak Suwito, temannya. Suwito memiliki kelebihan dengan indra keenam.
Hari ini kebetulan Waryono libur. Ia berencana mancing di pinggir Kali Bedog di wilayah Sleman. Kali ini ia mengajak Suwito karena adiknya sekolah. Suwito juga setuju. Pukul 15.00, mereka berangkat menuju lokasi. Dengan membawa peralatan pancingnya, mereka langsung tancap gas. Sesampainya di sana, mereka langsung memasang umpan dan memancing.
Sudah satu jam mereka memancing, tapi ikan belum juga mereka dapatkan.
‘‘Haduh, ini ikannya pada kemana ya to?’’ tanya Waryono dengan nada pasrah
‘‘Lha yo mana aku tahu no.’’
‘‘Eh, eh, iki kayaknya aku dapet. Berat ini.’’ ujar Waryono
Sementara itu Suwito merasakan hal aneh. Ia memilih untuk mengentas pancingnya dan memilih untuk melihat saja. Dengan satu kali sambaran, Waryono berhasil mengentas pancingnya. Tapi ia terkejut. Bukannya mendapat ikan, ia justru mendapat sebuah benda yang mirip dengan mata manusia. Waryono bingung sendiri. Waryono juga merasa merinding.
‘‘Eh, to, kok aku malah dapat benda ini yo. Kayak mata bentuknya.’’
‘‘Ssssttt diem dulu no. Sekarang kamu merem dan i ikuti aku baca Ayat Kursyi.’’
‘‘Lah memang kenapa?’’
‘‘Sudah, ikuti aku saja!’’
Merekapun membaca Ayat Kursyi. Setelah selesai membaca, mereka membuka mata. ‘Gandriiikk!!’, tiba-tiba muncul makhluk menyeramkan dengan kepala yang tidak ada matanya. Setelah muncul ke permukaan, badannya tinggal tulang.
Kepalanya masih ber rambut, juga terlihat jantungnya berdetak. Serentak mulutnya menganga. Mereka berdua terdiam mematung seketika. Tanpa basa-basi, mereka langsung membereskan barang-barangnya dan lari tunggang langgang.
‘‘To, tadi itu apa?’’ tanya Waryono terengah-engah
‘‘Tadi itu mayat korban pesugihan yang dibuang di situ. Karena yang kau dapat tadi itu tumbal matanya. Jangan pernah kembali ke situ lagi.’’ jawab Suwito dengan serius
Sejak saat itu, Waryono kapok mancing di tempat itu. Ia juga tidak mau lagi mancing di tempat angker bin wingit, terlebih jika ia bersama adiknya.