Read More >>"> NAURA (8 : Nomor Asing) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - NAURA
MENU
About Us  

Sebulan berlalu sudah sejak kepergian Naura. Sejak kejadian itu, Ayunita akhirnya memilih memutuskan hubungan pertemanannya dengan Vanessa dan ketiga temannya. Hal itu justru membuat Vanessa geram dan kembali membully Ayunita. Namun, Ayunita tidaklah peduli. Baginya, dibully seperti apapun tidak masalah untuknya. Karena sebelum kehadiran Naura dihidupnya, dirinya sudah terbiasa dibully oleh orang-orang tidak berakhlak seperti mereka.

Ayunita memasang earphone pada kedua lubang telinganya. Matanya terpejam mengikuti alunan musik yang terdengar. Ia kembali pada kehidupannya yang lama. Sendirian dan tidak ada teman. Ayunita menghela napas pelan saat mengingat Naura. Jika saja waktu itu ia tidak berbuat sebodoh itu, pasti Naura tidak akan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Jika saja dirinya bisa berpikir sedikit lebih jernih, mungkin saja kini Naura masih ada di sisinya. Menemaninya dengan senyum hangat yang selalu menyapanya dipagi hari. 

Ayunita kembali menghela napas. Bagaimanapun dia menyesal, sekarang sudah tiada artinya. Naura sudah tidak ada didunia ini lagi. Meminta maaf pun sudah tidak bisa ia lakukan. Yang hanya bisa ia lakukan adalah mengatur rasa menyesalnya agar tidak mempengaruhi kondisi psikisnya.

Bel masuk berbunyi. Ayunita melepaskan earphone-nya dan menyimpannya didalam laci mejanya. Sudah waktunya ia memfokuskan diri untuk belajar.

-ooo-

Ayunita membereskan peralatan belajarnya saat mendengar suara bel istirahat berbunyi. Sudah waktunya ia melepas rasa jenuhnya pada pelajaran Fisika yang sama sekali tidak masuk didalam otaknya. Ia menunggu teman-teman sekelasnya keluar terlebih dahulu. Ia malas harus berhimpitan untuk keluar. Setelah merasa mulai sepi, baru-lah ia keluar dari kelas.

Kali ini, Ayunita tidak melangkahkan kakinya menuju ke Kantin. Ia melangkahkan kakinya menuju ke Taman Sekolah, tempat favorit bagi Naura saat merasa sedih. Ia ingin mengenang segala hal tentang Naura ditempat itu. Langkah Ayunita terhenti saat melihat Bayu tengah duduk di kursi taman dengan pandangan kosong lurus kedepan. Ayunita terus menatap lelaki itu. Ada rasa rindu dihatinya saat melihat wajah itu. Semenjak kepergian Naura, hubungannya dengan Bayu juga tidak seakrab dulu. Mereka sudah seperti orang asing.

Lelaki itu juga sudah berubah. Memang sejak dulu, lelaki itu dikenal dengan sikap dinginnya terhadap gadis-gadis disekolahan. Tetapi, lelaki itu sekarang juga kurang bergaul dengan teman-teman lamanya. Lelaki itu memilih untuk menghabiskan waktunya termenung di Taman Sekolah hingga waktu istirahat berakhir.

Ayunita memundurkan tubuhnya. Mungkin saat ini bukan waktu yang tepat bagi dirinya untuk mengenang Naura di tempat itu. Ayunita memutar arah menuju ke arah Kantin sekolah. Dan ia harus menyiapkan diri menerima setiap bully-an dari Vanessa untuknya.

Bayu menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi Taman sekolah. Tangan sebelah kanannya tergerak mengusap sisi kanan tempat duduk yang kini tak berpenghuni itu. Mata Bayu tampak sendu. Senyuman tipis tercetak diwajahnya.

"Aku rindu kamu." Ujar Bayu lirih. Bayu menarik napas dalam-dalam. Hari ini genap sudah sebulan kepergian Naura. Bayu kemudian mengeluarkan sebatang cokelat dari saku celananya, lalu menaruhnya pada sisi kanan tempat duduk yang kini tak berpenghuni itu.

"Aku bawain cokelat untuk kamu." Ujar Bayu lagi dengan suara gemetar. Rasa sesak di dadanya semakin menjadi-jadi. Tangisanpun tak bisa ia elak lagi. Ia benar-benar merindukan gadis itu. Gadis unik yang berhasil merebut hatinya.

Suara bel masuk berbunyi. Bayu menghapus airmata yang membasahi pipinya. Kemudian melangkah meninggalkan Taman sekolah itu.

-ooo-

Ayunita melangkahkan kakinya keluar dari gedung sekolah. Baru beberapa langkah ia keluar dari gedung sekolah, suara Bayu menggema memanggil namanya membuatnya reflek menghentikan langkah. Ayunita memutar tubuhnya menatap laki-laki itu yang berlari kecil menghampirinya. Kini mereka sudah berdiri berhadapan. Mata mereka saling beradu.

"Lo pulang bareng gue. Ada hal yang mau gue bicarain sama lo." Ujar Bayu dengan nada serius. Ayunita menggeleng cepat, "sorry, Kak. Gue nggak bisa." Tolak Ayunita cepat.

"Meskipun itu tentang Naura?" Ujar Bayu lagi membuat Ayunita menatap Bayu tak kalah serius.

"Apa yang mau lo bicarain sama gue?"

-ooo-

Kini Bayu dan Ayunita tengah berada di TPU Karet Bivak. Bayu mengajak Ayunita mengunjungi makam Naura. Bayu juga tak lupa membeli sebuket bunga mawar putih untuk Naura. Bayu dan Ayunita telah sampai di makam yang bertuliskan nama Naura disana. Ayunita dan Bayu berjongkok.

"Nggak terasa udah sebulan aja kamu pergi. Apa kabar?" Tanya Bayu sambil mengusap batu nisan Naura. Ayunita yang mendengarnya hanya bisa terdiam. Apalagi yang bisa ia lakukan sekarang selain berdiam diri?

"Aku minta maaf nggak ada di sisi kamu disaat kamu lagi butuh sandaran. Aku minta maaf nggak bisa nguatin kamu. Aku bener-bener nyesal. Coba aja waktu itu aku nggak ceroboh, mungkin aja sekarang kamu masih ada di dunia ini. Dan mungkin aja aku bisa ngehentiin rencana kamu untuk bunuh diri." Bayu menghela napas sesaat, kemudian meletakkan sebuket mawar putih itu pada sisi batu nisan Naura.

"Aku nggak tau kamu suka bunga apa. Jadi aku beliin mawar putih buat kamu. Aku harap kamu suka ya." Ujar Bayu kemudian menangkup kedua tangannya seolah berdoa. Ayunita juga turut melakukannya. Mengirimkan do'a agar Naura tenang dialam sana. Dan tak lupa mengucapkan maaf sedalam-dalamnya untuk Naura. Mereka kemudian pergi dari makam itu menuju ke tempat mobil Bayu terparkir.

"Jadi, apa yang mau lo bicarain sama gue, Kak?" Tanya Ayunita kembali. Bayu menghentikan langkah kakinya. Kemudian menghadap Ayunita.

"Sebelum gue ngomong, bisa lo jelasin ke gue alasan lo ngehindar dari gue selama sebulan ini?" Tanya Bayu membuat Ayunita terdiam. Memang benar. Ayunita selama ini berusaha menghindari pertemuan dengan Bayu karena rasa bersalah yang ia punya terhadap Naura.

"Nggak ada alasan. Gue cuma mau kembali pada kehidupan gue yang dulu. Tanpa lo dan tanpa Naura." Ujar Ayunita yang jelas berbohong. Lelaki itu tampak mengangguk. Ayunita yang melihatnya menghela napas lega. Untunglah laki-laki itu tidak curiga padanya.

"Foto yang waktu itu. Entah kenapa gue ngerasa ada kejadian yang janggal." Ujar Bayu membuat Ayunita yang mendengarnya mendadak takut.

"M-Maksud Kakak?" Tanya Ayunita lebih lanjut. Bayu menatap sekeliling makam yang sepi itu, kemudian menarik tangan Ayunita.

"Mending kita cari tempat yang bagus untuk ngobrol." Ujar Bayu yang dijawab anggukan oleh Ayunita. Mereka kemudian masuk kedalam mobil. Mobil itu pun melesat pergi dari TPU itu.

-ooo-

Bayu memarkirkan mobilnya pada salah satu Kafe di Ibu Kota saat ini. Mereka kemudian keluar dari mobil dan masuk kedalam Kafe itu. Bayu dan Ayunita memesan apa yang ingin mereka santap, lalu duduk di kursi yang tidak berpenghuni.

"Oke. Gue lanjutin pembicaraan tadi." Ujar Bayu lalu mengeluarkan ponselnya. Jarinya tergerak memencet galeri. Kemudian memencet foto yang menampilkan foto Naura dengan pria asing itu.

"Foto ini dari tanggalnya kayaknya baru diambil sehari sebelum kejadian Naura bunuh diri." Ujar Bayu sambil membagi ponselnya agar Ayunita dapat melihatnya. Ayunita berusaha bersikap senormal mungkin. Bayu kemudian memperbesar foto itu hingga menampilkan jam yang juga tertera disana.

"Trus juga, waktu pengambilannya itu malam hari." Ujar Bayu membuat Ayunita menelan salivanya. Entah mengapa, Ayunita kembali merasakan ketakutan.

"Setelah gue inget-inget, bukannya itu pas hari ulang tahunnya Vanessa ya?" Tanya Bayu kemudian menatap Ayunita yang tampak gugup.

"Lo kenapa?" Tanya Bayu bingung. Ayunita menggeleng cepat seolah mengatakan tidak apa-apa. Bayu kemudian meletakkan ponselnya diatas meja.

Bayu kemudian menatap Ayunita dengan tatapan serius, "Apa lo tau sesuatu tentang kejadian didalam foto ini?" Tanya Bayu membuat Ayunita semakin gugup.

"Permisi, Mas, Mbak. Ini pesanannya." Ujar pelayan sambil mengantar pesanan mereka. Pelayan itu kemudian pergi dari hadapan mereka. Bayu kemudian meraih sendok diatas piring saji.

"Kalo lo tau sesuatu, jangan pernah disembunyiin. Karena lo tau sendiri, kematian Naura itu karena bunuh diri, bukan karena Tuhan yang menginginkan." Ujar Bayu seolah mengingatkan. Ayunita yang mendengarnya mengangguk kaku.

Mereka kemudian menyantap makanan itu. Ayunita menatap makanan dihadapannya terlihat sangat lezat, namun pernyataan Bayu tadi membuat rasa lezat didalam makanan itu terasa hambar.

-ooo-

Bayu mengantar Ayunita pulang dengan selamat. Ayunita melepas seatbelt yang dipakainya, kemudian membuka pintu.

"Yu." Panggil Bayu membuat kaki Ayunita yang tadinya sudah keluar dimasukkan kembali. Ayunita menatap Bayu yang kini menatapnya serius.

"Gue minta sama lo jangan ngehindar dari gue." Ujar Bayu membuat Ayunita mengerjapkan matanya berkali-kali. Benarkah ini sosok Bayu yang ia kenal?

"Gue butuh lo untuk nyelesaiin kasus foto itu." Lanjut Bayu membuat harapan dihati Ayunita pupus seketika. Ternyata, laki-laki itu hanya membutuhkannya untuk kasus Naura.

Ayunita tersenyum tipis, "Lo tenang aja, Kak. Kalo gitu gue keluar dulu. Thanks buat hari ini." Ujar Ayunita dijawab anggukan singkat oleh Bayu. Ayunita kemudian keluar dari mobil. Mobil Bayu perlahan pergi dari hadapan Ayunita. Ayunita menatap mobil bayu yang mulai menghilang di belokan. Ayunita menarik napas panjang, lalu melangkah masuk kedalam rumahnya.

-ooo-

Ayunita melangkah keluar dari kamar mandi dengan handuk kecil yang melilit rambutnya. Ayunita duduk di atas kursi meja rias. Tangannya tergerak meraih pelembab kulit wajah lalu mengoleskannya pada wajahnya. Ayunita melakukannya sambil bersenandung kecil.

Tiba-tiba, sebuah deringan singkat berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ayunita menghentikan kegiatannya sesaat, lalu meraih ponselnya itu. Dahinya berkerut saat melihat nomor asing yang tidak ia kenal. Ayunita bersikap tidak acuh sampai ponselnya itu berdering lama. Sebuah panggilan telfon masuk. Ayunita menatap layar ponselnya. Nomor asing tadilah yang menelfonnya. Ayunita kemudian mengangkat panggilan itu.

"Halo?" ujar Ayunita, namun tak ada balasan dari sana. Ayunita kemudian memutuskan telfon itu sepihak. Tangannya tergerak membuka pesan yang dikirim oleh nomor asing itu. Betapa terkejutnya dirinya saat melihat isi pesan itu.

Pengirim asing itu mengirimkan sebuah foto kertas yang bertuliskan kata 'MATI'. Ayunita bertanya-tanya dalam hati. Siapa orang ini? Kenapa mengirimkan pesan berbau teror seperti ini padanya? Ayunita terus memandangi foto itu, sampai sebuah panggilan masuk membuatnya terjengit kaget. Ini kedua kalinya nomor asing itu menelfonnya. Ayunita dengan segera mengangkat panggilan itu.

"Halo? Ini siapa? Dan, apa maksud dari pesannya tadi?" Ujar Ayunita bertubi-tubi. Ayunita dapat mendengar helaan napas dari penelfon itu.

"Kamu nggak perlu tahu siapa saya. Yang jelas, pesan tadi sebuah peringatan untuk kamu."

"Apa maksud – Halo? Halo?"

Tiba-tiba, telfon itu diputus sepihak oleh penelfon asing itu. Ayunita mencoba menghubungi nomor itu kembali. Tetapi sayangnya, nomor itu sudah tidak aktif lagi.

Ayunita kemudian melempar ponselnya ke atas kasur. Siapa orang itu? Dan darimana ia mengetahui nomornya? Dan apa maksud dari pesan itu? Ayunita merasakan keringat dingin turun dari pelipisnya. Ayunita dapat merasakan tangannya kini gemetar. Apakah ia takut?

-ooo-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 2 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Oh, My Psychopaths CEO!
491      354     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Slash of Life
7431      1525     2     
Action
Ken si preman insyaf, Dio si skeptis, dan Nadia "princess" terpaksa bergabung dalam satu kelompok karena program keakraban dari wali kelas mereka. Situasi tiba-tiba jadi runyam saat Ken diserang geng sepulang sekolah, kakak Dio pulang ke tanah air walau bukan musim liburan, dan nenek Nadia terjebak dalam insiden percobaan pembunuhan. Kebetulan? Sepertinya tidak.
Phased
5331      1602     8     
Romance
Belva adalah gadis lugu yang mudah jatuh cinta, bukan, bukan karena ia gadis yang bodoh dan baperan. Dia adalah gadis yang menyimpan banyak luka, rahasia, dan tangisan. Dia jatuh cinta bukan juga karena perasaan, tetapi karena ia rindu terhadap sosok Arga, abangnya yang sudah meninggal, hingga berusaha mencari-cari sosok Arga pada laki-laki lain. Obsesi dan trauma telah menutup hatinya, dan mengu...
Cerita Sampah
1411      808     3     
Short Story
Cerita tentang kehidupan sekolah yang tak terungkap. Sebuah cerita sampah dari yang tak dianggap.
Beware of your words
670      435     18     
Short Story
This story was about a girl who tried to fight against bully, but she failed.
Suara Kala
6300      1997     8     
Fantasy
"Kamu akan meninggal 30 hari lagi!" Anggap saja Ardy tipe cowok masokis karena menikmati hidupnya yang buruk. Pembulian secara verbal di sekolah, hidup tanpa afeksi dari orang tua, hingga pertengkaran yang selalu menyeret ketidak bergunaannya sebagai seorang anak. Untunglah ada Kana yang yang masih peduli padanya, meski cewek itu lebih sering marah-marah ketimbang menghibur. Da...
Dendam
459      329     3     
Short Story
Dulu, Helena hidup demi adiknya, Kiara. Setelah Kiara pergi, Helena hidup demi dendamnya.
Bilang Pada Lou, Aku Ingin Dia Mati
892      480     4     
Horror
Lou harus mati. Pokoknya Lou harus mati. Kalo bisa secepatnya!! Aku benci Lou Gara-gara Lou, aku dikucilkan Gara-gara Lou, aku dianggap sampah Gara-gara Lou, aku gagal Gara-gara Lou, aku depression Gara-gara Lou, aku nyaris bunuh diri Semua gara-gara Lou. Dan... Doaku cuma satu: Aku Ingin Lou mati dengan cara mengenaskan; kelindas truk, dibacok orang, terkena peluru nyasar, ketimp...
Metanoia
2644      808     2     
True Story
âťťYou, the one who always have a special place in my heart.âťž
The Black Envelope
2508      874     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.