Read More >>"> NAURA (4 : Berubah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - NAURA
MENU
About Us  

Naura berjalan menuju ke kelasnya dengan wajah riang. Kejadian kemarin membuatnya malu-malu sendiri saat mengingatnya. Hari ini adalah hari pertama bagi dirinya dan Bayu menjadi sepasang kekasih. Kalau ditanya bagaimana kondisi hatinya ini, Naura hanya bisa menjawabnya dengan senyuman malu. Ia bahkan tidak sanggup menceritakannya pada Ayunita sekarang. Ia memilih untuk merahasiakan hubungannya dengan Bayu dan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya.

Naura memasuki kelasnya. Dahinya berkerut saat melihat Ayunita tidak duduk ditempat biasanya. Ayunita duduk bersisian dengan teman sekelas lainnya. Naura berjalan mendekati Ayunita. Tangan Naura tergerak ingin menepuk pundak Ayunita, Namun segera ditahan oleh Ayunita. Ayunita menatap Naura dengan menyorot tajam, kemudian menghempas tangan itu kasar. Naura yang mendapat perlakuan semacam itu terkejut sekali. Pasalnya, Naura tidak pernah diperlakukan sekasar itu oleh Ayunita.

“Jangan sentuh gue.” Ujar Ayunita dingin dan penuh penekanan. Naura yang mendengarnya merasa terkejut. Ayunita tampak berbeda hari ini. Naura ingin sekali bertanya, namun sorot mata Ayunita mengurungkannya untuk bertanya lebih lanjut. Naura kemudian memilih menganggukkan kepalanya, lalu duduk ditempatnya berada sambil berpikir tentang perubahan sikap Ayunita yang tiba-tiba sekali.

Naura menatap punggung Ayunita dengan sedih. Ia tidak pernah berharap mendapat perlakuan seperti ini dari sahabatnya. Naura kemudian menghela napas panjang. Naura mencoba berpikir positif, mungkin Ayunita sedang tidak ingin diganggu. Ia akan berusaha membujuk sahabatnya itu saat istirahat nanti.

-ooo-

Istirahat pun tiba. Ayunita bergerak keluar dari kelasnya dengan wajah masam. Naura terus saja mengikutinya dari belakang, hingga akhirnya Ayunita memilih untuk mendudukkan dirinya disalah satu kursi di Kantin. Naura kemudian duduk dihadapan Ayunita. Ayunita yang melihatnya mendengus kesal.

“Bisa nggak sih lo biarin gue sendirian? Gue lagi nggak mau diganggu.” Ujar Ayunita membuat Naura menatap Ayunita dengan sedih.

‘Kamu kenapa? Daritadi kamu berusaha ngehindar dari aku. Aku ada salah sama kamu? Bilang kalo aku memang ada salah. Jangan dipendem kayak gini.’
Ungkap Naura dengan bahasa isyaratnya. Ayunita menggebrak meja, membuat seluruh penjuru kantin menatap kearahnya.

“Lo budeg? Udah gue bilang, gue lagi nggak mau diganggu! Kenapa lo ngeganggu gue terus sih?!” Seru Ayunita marah. Naura yang melihat sorot kemarahan yang terpancar dari mata Ayunita, hanya bisa menghela napas panjang. Naura kemudian bangkit dari duduknya, menundukkan kepalanya dalam-dalam seolah mengatakan maaf. Setelah itu, Naura pergi dari hadapan Ayunita. Ayunita menarik napas panjang, berusaha menetralkan emosi yang melandanya.

“Kayaknya ada yang lagi berantem.” Ujar Vanessa yang kini tengah berjalan menghampirinya. Ayunita mendesis geram. Satu masalah belum selesai, masalah baru muncul.

“Mending lo pergi. Gue lagi nggak mau diganggu.” Ujar Ayunita dingin. Vanessa tersenyum miring mendengarnya.

“Tenang. Gue kali ini nggak ngegangguin lo. Gue cuma mau ngomong sama lo sebagai seorang temen.” Ujar Vanessa membuat Ayunita mendecih pelan mendengarnya.

“Gue nggak butuh. Jadi lo pergi dari sini.” Ujar Ayunita Mengusir Vanessa. Lolita ingin sekali memaki Ayunita, namun ditahan oleh Vanessa.

“Oke, gue pergi. Tapi lo inget satu hal,” Ayunita menatap Vanessa dengan malas, “Cepet atau lambat, lo bakalan bergabung lagi dalam kelompok ini. Dan gue akan selalu nerima lo.” Ujar Vanessa lalu mengajak ketiga temannya meninggalkan Ayunita sendirian.

-ooo-

Naura berjalan dengan langkah berat menuju ke taman sekolah. Sikap Ayunita kali ini benar-benar tidak terduga. Bermacam-macam pertanyaan tengah memenuhi pikirannya saat ini. Apa yang membuat Ayunita bersikap tidak peduli padanya? Apa yang membuat Ayunita sampai harus membentaknya? Dan masih banyak lagi. Naura menghela napas panjang, kemudian mendudukkan dirinya disalah satu kursi taman.

“Lagi-lagi kamu disini.” Ujar seseorang membuat lamunan Naura buyar seketika. Naura menoleh dan mendapati Bayu tengah menghampirinya. Naura tersenyum tipis, kemudian menggeser bokongnya agar Bayu dapat duduk disebelahnya. Bayu kemudian mengambil posisi duduk disebelah Naura. Bayu menatap wajah Naura yang tampak sedih.

“Kamu kelihatan sedih. Kenapa? Ada masalah?” Tanya Bayu yang dijawab gelengan oleh Naura. Bayu menghela napas pelan, tangan besarnya tergerak mengusap rambut hitam Naura dengan penuh kasih sayang.

“Kamu lupa aku ini pacar kamu?” Ujar Bayu membuat wajah Naura memerah mendengarnya. Bayu terkekeh geli melihat wajah Naura yang memerah.

“Kalo kamu ada masalah, jangan sungkan-sungkan cerita sama aku. Selain berstatus pacar kamu, aku juga salah satu teman kamu.” Ujar Bayu kemudian Naura menghela napas panjang. Naura kemudian mencoba menceritakannya pada Bayu. Kejadian yang barusaja menimpanya di Kantin hari ini.

Bayu menghela napas pelan. “Yaudah, kasih Ayunita waktu untuk sendiri. Kamu nggak bisa maksain oranglain untuk menceritakan masalahnya yang mungkin dia belum siap ceritakan.” Ujar Bayu bijak, kemudian Naura kembali menghela napas. Wajah Naura masih kelihatan sedih.

Bayu kemudian menyerahkan sebuah cokelat kepada Naura. Naura menatap Bayu bingung.

“Buat kamu. Biar muka kamu nggak cemberutan gitu.” Ujar Bayu lalu diterima oleh Naura. Naura kemudian mengucapkan terima kasih dalam bahasa isyarat.

Naura kemudian mematahkan sepotong cokelat dan memberikannya pada Bayu. Bayu menerimanya, lalu memakannya. Naura melakukan hal yang sama. Mematahkan sepotong, lalu memakannya.

“Kamu suka cokelat?” Tanya Bayu yang dijawab anggukan oleh Naura.

‘Cokelat itu makanan favorit aku setelah nasi goreng buatan Mama.’
Ungkap Naura membuat Bayu mengangguk paham.

Kemudian mereka terus berbicara sambil bercanda ria. Naura sesekali dibuat kesal oleh Bayu, kemudian dibuat malu oleh Bayu. Perasaan sedih Naura seketika hilang sejak kehadiran Bayu. Dan Naura mensyukuri hal itu.

-ooo-

Ayunita menatap layar ponselnya yang kini tertampil foto Bayu, Naura dan dirinya. Ayunita kemudian kembali teringat akan kejadian kemarin yang tak pernah ia duga akan terjadi. Kejadian dimana membuat hatinya hancur berkeping-keping.

Flashback ON


Ayunita mengernyit bingung, “Lo kenapa sih? Sikap lo aneh banget.” Tanya Ayunita yang sudah dibuat bingung oleh Naura. Naura menggeleng, seolah mengatakan ia tidak apa-apa. 


“Yakin nih nggak mau ditemenin?” Tanya Ayunita memastikan. Naura mengangguk, kemudian Ayunita menghela napas pelan.

“Yaudah, gue cabut duluan. Jaga diri lo.” Ujar Ayunita lalu melangkah pergi dari hadapan Naura. Langkah Ayunita perlahan terhenti, kemudian Ayunita membalikkan tubuhnya. Ayunita mengernyit bingung. Ia menyadari sesuatu. Bukankah toilet ada dijalan yang kini dilaluinya? Bukankah jalan yang kini dilalui Naura menuju ke taman sekolah? Sebenarnya ada apa ini? 


Demi menjawab rasa penasarannya, Ayunita mengikuti Naura yang kini tengah berlari kecil. Ternyata, Naura menuju ke taman sekolah. Tapi untuk menemui siapa? Ayunita kemudian bersembunyi dibalik dinding. Matanya sibuk mencari-cari siapa yang akan ditemui Naura. Matanya terbelalak kaget saat melihat Bayu yang tampak tersenyum kearah Naura. 

“Kak Bayu? Ngapain ketemuan sama Naura? Diem-dieman lagi. Pasti ada sesuatu yang nggak beres.” Gumam Ayunita pelan, kemudian berusaha mencari tempat yang pas untuk menguping dan memata-matai.

“Ada hal yang ingin aku bicarain sama kamu.” Ujar Bayu kemudian meraih tangan Naura, “Naura, aku nggak tau gimana cara nyampaikannya, tapi aku akan berusaha keras biar nggak terlihat malu-maluin didepan kamu.” Ujar Bayu membuat Naura semakin bingung.


“Aku suka sama kamu, Ra.” Ujar Bayu dengan senyum yang melekat diwajah tampannya. Ayunita yang mendengarnya merasakan kesakitan yang luar biasa didalam hatinya. Ayunita melihat Naura menarik tangannya membuat Bayu terkejut.


‘Jangan bercanda. Aku nggak suka.’
Ungkap Naura dengan bahasa isyarat. Bayu yang melihatnya menghela napas pelan. 

“Aku nggak pernah main-main kalo tentang perasaan. Aku beneran suka sama kamu.” Ujar Bayu membuat Naura menggeleng saat mendengarnya. 

‘Kita berbeda. Kamu terlalu sempurna untuk seorang anak disabilitas kayak aku.’ Ungkap Naura membuat Bayu tersenyum penuh arti.

“Didunia ini, nggak ada yang sempurna, Ra. Aku nggak masalah pacaran sama kamu. Karena aku nggak mandang kamu dari kekurangan dan kelebihan kamu, tetapi dari ketulusan hati kamu.” Ujar Bayu kemudian menangkup kedua pipi Naura menatap lamat-lamat mata Naura yang kini tampak sendu.


“Aku janji, aku nggak bakalan ninggalin kamu. Aku janji, akan selalu ada disaat kamu lagi ada masalah. Aku janji, akan menjadi seorang yang pertama dan terakhir buat kamu.” Lanjutnya, kemudian Naura tersenyum mendengarnya.


“Jadi gimana? Kamu mau jadi pacar aku?” Tanya Bayu kemudian. Ayunita berharap Naura menjawab dengan gelengan. Ia tidak ingin Naura menjadi kekasih Bayu, orang yang ia suka. Harapan Ayunita pupus ketika melihat anggukan oleh Naura. Bayu tampak tersenyum bahagia, kemudian menarik Naura kedalam dekapannya. Naura awalnya terkejut, kemudian membalas pelukan Bayu. 


Ayunita menatap pemandangan didepannya dengan sorot mata penuh kesakitan. Ia tak menyangka, Naura yang selama ini ia anggap sebagai sahabatnya kini menjalin hubungan dengan Bayu. Airmata yang sedaritadi tertahan dipelupuk matanya tumpah seketika saat ia memejamkan matanya.

Flashback OFF


Ayunita kemudian menghapus foto itu. Ia tidak ingin mengingat-ingat tentang dua orang yang sudah melukai hatinya itu. Sudah cukup. Baginya, Naura sekarang adalah musuhnya dan bukan temannya lagi. Ia akan kembali pada pribadinya yang dulu. Sosok pribadi yang tidak mengenal rasa iba terhadap siapapun. Ayunita yang kejam kembali hadir.

-ooo-

Hari berganti hari. Namun sikap Ayunita semakin menjadi-jadi pada Naura. Ayunita berubah drastis. Hubungan pertemanan mereka pun semakin renggang. Naura kini duduk dikantin sendirian ditemani dengan bekal nasi gorengnya. Sementara Ayunita? Ayunita kini tengah bersama dengan teman lamanya, yakni Vanessa dan ketiga temannya. Awalnya Naura tak percaya, tetapi mau dikatakan apa lagi. Ayunita benar-benar telah berubah.

Naura menyantap makanannya tanpa memperdulikan orang-orang yang mulai berbisik-bisik tentang kerenggangan hubungan pertemanannya dengan Ayunita. Matanya sesekali melirik kearah Ayunita yang tampak santai bersama Vanessa dan ketiga temannya. Naura mengunyah nasi goreng yang ada di mulutnya dengan cepat. Ia sudah tak sanggup menatap kebahagiaan Ayunita bersama Vanessa dan ketiga temannya. Setelah menyantap habis makanannya, Naura kemudian bergegas pergi dari Kantin.

Ayunita melirik kearah meja Naura. Meja itu sudah tidak berpenghuni. Matanya kemudian tergerak menatap punggung Naura yang menjauh. Gadis itu sepertinya menghabiskan makanannya dengan cepat.

“Woi!” Seru Lolita sambil menepuk pundak Ayunita. Ayunita tersentak, kemudian menaikkan satu alisnya.

“Lo masih peduli sama anak cacat itu?” Tanya Lolita membuat Ayunita menghela napas pelan saat mendengarnya.

“Loly, lo lupa kalo Ayunita nggak suka denger Naura dibilang cacat?” Ujar Vanessa lalu dibalas dengan tatapan datar oleh Ayunita.

“Gue udah nggak peduli sama dia. Terserah lo pada mau ngehina dia gimanapun. Gue nggak bakal peduli lagi.” Ujar Ayunita, kemudian dibalas dengan senyuman hangat oleh Vanessa.

“Gitu dong, baru Ayunita yang gue kenal.” Ujar Vanessa lalu tersenyum kearah ketiga temannya.

-ooo-

Naura lagi-lagi mendudukkan dirinya pada kursi taman sekolah. Sepertinya, taman sekolah adalah salah satu tempat yang akan menjadi tempat favoritnya dikala sedih. Kali ini ia tidak ditemani oleh Bayu karena lelaki itu tidak hadir ke sekolah karena ada urusan keluarga. Naura kini hanya bisa meratapi kesedihannya sendirian ditemani dengan daun-daun yang berjatuhan, angin yang berhembus dan mentari yang bersinar cerah.

“Lo Naura ‘kan?” Tanya seorang laki-laki asing yang tiba-tiba datang entah darimana dan tentunya ia sama sekali tidak mengenalnya. Naura mengangguk kaku, matanya menatap was-was lelaki dihadapannya. Lelaki itu tertawa kecil.

“Lo tenang aja. Gue cuma mau ngasih barang titipan Bayu buat lo.” Ujar lelaki itu, kemudian menyerahkan kotak panjang berwarna merah maroon kepadanya. Naura menerimanya, kemudian menuliskan kata-kata terima kasih dalam notebook-nya, lalu memberikannya pada lelaki itu. Lelaki itu mengangguk, kemudian pamit pergi meninggalkan Naura di taman sekolah.

Naura menatap kotak merah maroon panjang yang kini digenggamnya. Naura dengan segera membuka kotak itu. Senyum hangat terbit diwajahnya saat melihat isinya. Lagi-lagi Bayu memberikan sebuah cokelat untuknya. Naura meraih cokelat itu, sambil mengusap-usapnya perlahan.

Tak lama setelah itu, ponsel yang kini ada di saku roknya bergetar singkat. Naura meraihnya dan tersenyum saat ada nama Bayu yang tertera dilayar ponselnya. Dengan segera, Naura membuka pesan yang dikirimkan Bayu untuknya.

Bayu
Be happy, sayang. Jangan sedih-sedih mulu.

Naura tersenyum simpul saat membaca pesan itu. Tak menyangka, Bayu bisa bersikap semanis ini padanya. Kemudian jemarinya tergerak lihai diatas keypad ponselnya.

Naura
Thank you, Bayu.

Bel masuk pun berbunyi mengharuskannya mematikan data selulernya. Ia harus kembali ke kelasnya mengikuti pelajaran yang akan berlangsung nanti.

-ooo-

Naura melangkahkan kakinya keluar dari kelas setelah siap membereskan peralatan belajarnya. Naura terus berjalan sampai akhirnya Vanessa menghalangi jalannya. Naura menghela napas panjang. Ia sudah malas berurusan dengan Vanessa. Toh, bagaimanapun juga, dirinya akan kalah.

Naura menatap Vanessa seolah bertanya ‘ada apa’. Vanessa tersenyum manis, kemudian menyerahkan sebuah undangan kecil untuk Naura. Naura menerimanya, lalu membacanya.

“Seperti yang lo liat. Besok acara ulang tahun gue yang ke-17. Semua anak-anak disekolah ini gue undang. Jadi nggak mungkinkan gue nggak ngundang lo dalam acara ulang tahun gue? Selaku lo juga anak sekolah disini.” Ujar Vanessa kemudian menepuk pundak Naura dengan senyum yang masih melekat diwajah cantiknya.

“Jangan lupa dateng, ya. Gue tunggu kehadiran lo.” Ujar Vanessa kemudian melangkah pergi meninggalkan Naura yang tampak bingung dengan sikap Vanessa yang tidak seperti biasanya. Ia tidak ingin berprasangka buruk, hanya saja Naura tahu betul tabiat gadis itu. Naura kemudian menggeleng cepat. Mungkin Vanessa bermaksud baik mengundangnya dalam acara ulang tahunnya.

Naura kemudian menyimpan undangan itu didalam tasnya, lalu melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti. Naura menunggu jemputan Mamanya saat ini. Sesekali matanya melirik kearah jam yang kini dipakainya. Panas matahari yang menyengat membuatnya menghembus napas berkali-kali.

Naura menolehkan wajahnya kesamping dan terkejut dengan keberadaan Ayunita yang kini berdiri disebelahnya. Naura menatap Ayunita yang kini tampak menunggu. Entah apa yang ditunggu gadis itu. Naura kemudian memilih bersikap seolah tidak peduli. Dirinya ingin sekali bertanya, hanya saja mengingat kerenggangan yang terjadi diantara mereka membuatnya menahan diri.

“Gue denger dari Vanessa, lo diundang ke acara ulang tahunnya.” Ujar Ayunita membuka percakapan. Naura menelan salivanya susah payah, lantas menganggukkan kepalanya.

“Lo pergi bareng siapa?” Tanya Ayunita kemudian Naura menoleh kearahnya. Ayunita tampak bersikap biasa saja, seolah perihal kerenggangan diantara mereka tidak berpengaruh padanya.

‘Sendiri.’
Jawab Naura dengan bahasa isyarat. Ayunita menaikkan alisnya bingung.

“Kenapa nggak barengan sama Kak Bayu? Kak Bayu juga di undang ‘kan?” Tanya Ayunita heran. Naura menggeleng.

‘Bayu ada urusan keluarga. Dia izin 2 hari.’
Jawab Naura dengan bahasa isyarat. Ayunita mengangguk paham. Pantas saja ia tidak melihat keberadaan Bayu di pagi hari ini. Biasanya laki-laki itu akan sibuk di ruang OSIS.

Kemudian keadaan kembali hening. Suara lalu lalang kendaraan-lah yang mengusik keheningan diantara mereka. Naura memilin-milin tali tasnya karena gugup dengan keheningan yang terjadi diantara mereka. Sementara Ayunita tampak bersikap biasa saja.

“Gue juga pergi sendiri. Kalo lo mau, kita bisa barengan.” Ujar Ayunita menyarankan membuat Naura segera menoleh kearah Ayunita. Ayunita juga menoleh kearah Naura, memberi sorot mata datar.

“Acaranya itu malem. Nggak baik buat lo berangkat sendirian.” Terang Ayunita membuat Naura tersenyum saat mendengarnya. Matanya tampak berkaca-kaca saat ini. Merasa terharu dengan penuturan Ayunita yang terbesit rasa peduli didalamnya.

“Tapi itu terserah lo. Kalo lo mau pigi sendiri, silahkan. Kalo mau barengan sama gue, ya terserah.” Ujar Ayunita kemudian pergi meninggalkan Naura yang masih menatap tak percaya kearah Ayunita.

“TIN-TIN”


Naura menoleh dan tersenyum saat melihat wajah teduh Daniar muncul dari balik kaca pengemudi. Naura dengan segera melangkah masuk kedalam mobil, kemudian mobil itu melesat pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

Ayunita menghentikan langkahnya, memutar tubuhnya menatap mobil hitam yang barusaja pergi. Tangannya meraih ponsel disaku roknya, lalu menekan nomor yang amat dikenalnya.

“Halo?”


“Urusan gue udah siap. Sisanya lo yang urus.” Ujar Ayunita kemudian mematikan telfon itu sepihak.

See you tomorrow, Naura Adipati.” Ujarnya kemudian melanjutkan langkahnya yang terhenti.

-ooo-

How do you feel about this chapter?

0 0 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Black Envelope
2509      875     2     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
How Precious You're in My Life
11906      2007     2     
Romance
[Based on true story Author 6 tahun] "Ini bukanlah kisah cinta remaja pada umumnya." - Bu Ratu, guru BK. "Gak pernah nemuin yang kayak gini." -Friends. "Gua gak ngerti kenapa lu kayak gini sama gua." -Him. "I don't even know how can I be like this cause I don't care at all. Just run it such the God's plan." -Me.
Suara Kala
6301      1998     8     
Fantasy
"Kamu akan meninggal 30 hari lagi!" Anggap saja Ardy tipe cowok masokis karena menikmati hidupnya yang buruk. Pembulian secara verbal di sekolah, hidup tanpa afeksi dari orang tua, hingga pertengkaran yang selalu menyeret ketidak bergunaannya sebagai seorang anak. Untunglah ada Kana yang yang masih peduli padanya, meski cewek itu lebih sering marah-marah ketimbang menghibur. Da...
Bullying
533      322     4     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...
The Eternal Witch
20067      2723     6     
Fantasy
[Dunia Alternative] Perjalanan seorang pengembara dan petualang melawan dan memburu entitas Penyihir Abadi. Erno Orkney awalnya hanyalah pemuda biasa: tak berbakat sihir namun memiliki otak yang cerdas. Setelah menyaksikan sendiri bagaimana tragedi yang menimpa keluarganya, ia memiliki banyak pertanyaan-pertanyaan di benaknya. Dimulai dari mengapa ia menerima tragedi demi tragedi, identitasnya...
Black Envelope
324      219     1     
Mystery
Berawal dari kecelakaan sepuluh tahun silam. Menyeret sembilan orang yang saling berkaitan untuk membayarkan apa yang mereka perbuatan. Nyawa, dendam, air mata, pengorbanan dan kekecewaan harus mereka bayar lunas.
Mystique war
381      251     6     
Short Story
The world is in total destruction, what will the powerful sorcerers do?
Partial
349      240     2     
Short Story
Tentang balas dendam yang biasa saja. Tentang niat membunuh seekor babi dengan kebenciannya.
3.12am
582      328     2     
Short Story
the story of a girl that has been experiencing weird things in her house and around her. she tried fixing the situation, she fixed it. but can she end it?
THROUGH YOU
1284      810     14     
Short Story
Sometimes beautiful things are not seen; but felt.