Berakhir... pada akhirnya semua yang kulakukan hanyalah sia-sia. Sekuat apapun aku mencoba, dia tidak akan pernah bisa melihatku, tidak akan pernah bisa !! bukankah tugasku sudah selesai, Tuhan ? bisakah kau pulangkan aku sekarang ? rasanya sudah tidak ada gunanya lagi aku masih berada di sisinya.
.
.
Sekarang sudah tidak ada lagi kebiasaan manis yang sering Tiara lakukan kepada Jimin. Semuanya sudah berakhir, Tiara memutuskan untuk menjaga jarak dengan Jimin, rasanya dia belum sanggup untuk melihat lelaki yang dia cintai memberikan hatinya kepada wanita lain. Langkah kakinya dilingkupi keputus-asa an, dia terus melangkah tanpa tujuan yang jelas, berusaha untuk melenyapkan semua ingatan tentang Jimin dan kenangan manis yang telah dia habiskan untuk merawat Jimin. Semakin ia berusaha untuk melupakan, maka semakin sakit yang ia rasakan. "Mengapa begitu sulit untuk melepaskan semua bayangan tentangmu di ingatanku ? Aku memilih mundur untuk memperjuangkanmu, maaf aku tidak bisa bersaing dengan wanita yang kau cintai, ini terlalu sulit.
.
.
Sementara di tempat yang berbeda, terlihat seorang laki-laki yang terlihat gelisah, berusaha untuk mencari sumber dari rasa kegelisahan nya, tetapi tidak dia temukan. Apakah mungkin karena sudah hampir 2 minggu ini Jimin tidak bertemu dengan Hana ? Jimin lantas mencari keberadaan telfon genggam nya dan segera menghubungi Hana untuk mengatur pertemuan mereka. Tak perlu waktu lama bagi Hana untuk mengangkat telfon dari Jimin dan menyetujui permintaan Jimin untuk bertemu. Dua insan yang saling menyayangi tersebut akhirnya bertemu dan melapas kerinduan satu dengan lainnya. Tidak ada rasa canggung diantara keduanya, tertawa dan bercanda dengan penuh kehangatan. Jimin merasa bahwa kehampaan nya akhir-akhir ini dikarenakan sudah lama dia tidak bertemu dengan Hana. Begitu pula dengan Hana, wanita mana yang tidak bahagia lelaki yang dipuja nya merindukannya dan menghabiskan waktu bersama dengannya sampai seharian. Jimin teringat akan sesuatu, dia menanyakan selembar kertas kecil berisi catatan semangat untuknya.
"oh Hana.. ada yang ingin kutanyakan, apakaah kertas kecil penyemangat ini kau yang selalu mengirimkannya padaku ?"
"tentu saja Jimin, kenapa kau tanya begitu ?"
"tulisannya terlihat sedikit berbeda dengan mu"
"aku menulisnya terburu-buru diwaktu itu"
Jimin hanya membalas dengan anggukan kecil.
Tetapi dalam hati kecil Jimin masih terdapat keraguan atas apa yang telah diucapkan oleh Hana, entahlah..Jimin merasa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Hana.
.
.
Sesampainya di dorm, Jimin menceritakan tentang kegelisahannya kepada teman-teman nya, diantaranya Hoseok, Jin, Yoongi, Jungkook dan Taehyung. Mereka mulai berdiskusi untuk mencari tau orang dibalik kertas kecil penyemangat yang biasa Jimin terima. Hoseok juga menceritakan bahwa kondisi dorm mereka menjadi sedikit lebih rapi dan bersih dari biasanya. Dia berfikir bahwa teman-teman yang lain yang membersihkan. Belum lagi makanan yang biasa mereka makan terlihat lain dari biasanya. Mereka tau bahwa Hana tidak bisa memasak, jadi sangat mustahil jika Hana yang melakukannya.
.
Tiara terus melanjutkan perjalanan nya yang tidak berujung itu, dia semakin berada jauh dari tempat Jimin berada. Dia merutuki sendiri aksi bodohnya. Kenapa dia bisa senekat ini untuk pergi sedangkan dia sendiri tidak tau arah dan tujuan nya melangkah. Sungguh bodoh fikirnya. Disepanjang jalan dia terus melamun dan memikirkan kondisi Jimin sepeninggalnya, hingga dia tidak menyadari dari arah berlawanan terdapat mobil yang melaju cukup cepat hingga menabrak badan mungil Tiara. Gelap.. Tiara tidak bisa merasakan apa-apa.
"oh.. bagaimana ini ? bagaimana bisa kamu menabrak gadis ini, paman ?"
"maafkan aku tuan, aku tidak melihat jika gadis ini melintas di depanku"
"sudah !! lekas angkat dia dan bawa ke dalam mobilku ! kita pergi ke rumah sakit sekarang"
.
.
"Halo.. aku sedang berada di rumah sakit sekarang, supirku baru saja menabrak seseorang"
"rumah sakit mana ? kami akan kesana"
.
.
"Bagaimana bisa ini terjadi, Namjoon ?"
"Aku juga tidak tau taehyung, mungkin sopirku mengantuk"
"Lantas dimana gadis yang kau tabrak ?"
"Dia berada di dalam, Jim"
Untuk pertama kalinya mereka semua bisa melihat keberadaan Tiara, tidak terkecuali Jimin. Ada debaran aneh pada diri Jimin. Rasanya seperti tidak asing dengan si gadis ini. Tapi seingat Jimin dia tidak kenal dan tidak pernah terlibat interaksi dengan gadis ini.
"Lantas siapa yang akan menjaga gadis ini di rumah sakit ? kau sudah menghubungi keluarganya ?"
"Tidak ada tanda pengenal ataupun identitas nya, Kook"
"Aku akan menjaganya disini"
"Untuk apa kau menjaganya, Jim ?"
"Tak apa, lagipula besok jadwalku untuk check kesehatan. Jadi sekalian saja"
"Tapi kau bisa pulang dulu ke dorm, kenapa harus menginap disini ?"
"Tak apaa, entahlah aku hanya ingin saja"
.
Sepanjang malam Jimin terus berada di sisi Tiara untuk menjaganya, tidak hentinya dia memandangi wajah gadis mungil yang berada disampingnya, entah mengapa ada perasaan yang susah dijelaskan.
"siapa kamu sebenarnya ? mengapa rasanya tidak asing. Apa kita pernah bertemu ? atau kamu adalah penggemar ku ?" gumam lirih Jimin.
Tiara perlahan mulai membuka matanya, mulai mencerna perlahan apa yang barusan terjadi yang sontak membuatnya kaget dan terbangun dengan segera,
"dimana aku ?"
"kamu di rumah sakit nona"
"hah ! Jji..Jjimin kamu bisa melihatku ?"
"kamu mengenalku ?"
"ehmm.. " Tiara bingung harus menjawab apa
"nona.. apakah kamu mengenalku dan pernah bertemu denganku sebelumnya ? rasanya wajahmu terlihat tidak asing"
Tiara hanya bisa mengernyitkan dahi nya, tidak percaya jika saat ini laki-laki yang berada di depannya bisa melihatnya dengan jelas.
"ehmm bagaimana aku menjelaskan kepadamu, ini terdengar sangat konyol dan mustahil tapi benar-benar terjadi dan kualami, mungkin kamu juga bisa merasakan keberadaanku sebelumnya" Tiara mulai menjelaskan awal mula keberadaannya kepada Jimin. Jimin yang mendengarnya antara percaya dan tidak. Jimin merasa bahwa Tiara tidak lain adalah seorang sasaeng yang sudah lama menguntitnya selama ini.
"tunggu.. ceritamu sangat aneh, bahkan akal dan logika ku tidak bisa menerimanya. Akan aku laporkan kejadian ini kepada team ku, aku yakin kamu hanyalah seorang penguntit yang berusaha mencari keuntungan pribadi" Tegas Jimin dengan raut wajah marah.
"aku tidak memaksamu untuk mempercayaiku, aku hanya ingin menceritakan hal yang sebenarnya terjadi"
"terserah apa katamu, aku sudah melaporkan kejadian ini"
Tiara tidak menyangka bahwa keberadaannya bisa terlihat, dia bingung antara senang atau sedih, dia senang akhirnya dia bisa terlihat sebagai "manusia" normal akan tetapi dia sedih bahwa Jimin sangat membencinya saat ini. Pikirnya sudah tidak ada kesempatan dan alasan lagi untuknya bertahan disini, dia akan berusaha supaya bisa kembali ke negaranya lagi.
(Selepas pulang dari rumah sakit)
Saat ini Tiara tengah duduk selayaknya diinterogasi oleh banyak orang, semua anggota dan teman-teman Jimin berkumpul. Tiara menceritakan kejadian yang sebenarnya kepada semua orang, cerita yang sama dengan apa yang dia sampaikan kepada Jimin sebelumnya.
"tunggu.. kenapa dia sangat manis ?" bisik Hoseok kepada Jongkook
"yahh hyung bisakah kau serius sedikit !" jawab Jongkook yang berusaha menahan tawa
"dia memang manis" imbuh Jin.
.
.
"aku tidak menuntut kalian mempercayaiku, aku hanya ingin pulang kembali ke negara ku, aku benar-benar asing dengan negara ini, terlebih sudah tidak ada alasan lagi kenapa aku harus bertahan disini" ujar Tiara sambil melirik Jimin.
-Jimin lantas membuang muka-
"kami akan mengembalikan mu ke negara asalmu tetapi tunggu sampai proses hukum yang berjalan selesai" jawab team Jimin.
Tiara hanya menunduk lesu, tidak mengira jika kejadiannya akan serumit ini. Masalahnya dia harus bertahan dulu disini, yang berarti dia masih berada di sekitar Jimin. Entah mengapa rasanya sekarang sudah sangat aneh, dia bahkan sudah tidak mampu menatap Jimin, ada kesedihan dan kekecewaan dalam hatinya.
(diatas balkon di petang hari)
"masuklah, diluar dingin"
Tiara tidak menjawab dan hanya menggelengkan kepala.
"jika aku memang berniat untuk menguntitnya bukankah aku sudah memperlakukan hal yang tidak pantas padanya ? nyatanya aku berusaha untuk menjaganya"
"aku memang tidak mengenalmu tapi rasanya matamu menyorotkan kejujuran"
"terimakasih...., maaf aku tidak tau namamu"
"kim taehyung, panggil saja taehyung"
"aah akan aku ingat, terimakasih"
.
.
Taehyung kemudian masuk dan meninggalkan Tiara di balkon sendirian. Dia berusaha mencari keberadaan Jimin.
"kau disini rupanya"
"kenapa ?"
"tidak.. aku hanya ingin memberitaumu tentang pendapatku saja"
"tentang siapa ? gadis penguntit itu ?"
"aku fikir dia bukan penguntit, jika dia penguntit bukankah dia akan melakukan hal diluar batas, dia bahkan tidak mengenalku dan teman-teman yang lain, lihatlah bahkan bahasanya tidak begitu lancar"
"kau sangat mengenalnya sehingga mampu berucap seperti itu ?"
"ayolah Jim.. gunakan hatimu, bukankah kamu sangat lihai dalam menilai kebohongan seseorang ?"
Jimin terdiam mendengar kalimat terakhir dari Taehyung. Nyatanya memang ada rasa yang sulit untuk dijelaskan.
Jimin tidak sengaja melewati area balkon dan menemukan Tiara yang masih duduk mematung disana.
"untuk apa berdiam diri disini ?" ucap Jimin dengan nada dan wajah yang ketus.
Tiara yang menyadarinya lantas berdiri dan memilih untuk tidak bertatap muka dan berkomunikasi langsung dengan Jimin serta memilih pergi.
"kau menghindariku ? malu akibat ulah penguntitmu ?"
"sudah kukatakan aku bukan penguntit !! jika aku bisa memilih pun aku memilih untuk tidak dipertemukan denganmu !!!" ucap tegas Tiara dengan marah dan tanpa terasa mulai menitikkan air mata.
Jimin tidak menduga jawaban tegas itu keluar dari mulut seorang gadis yang memiliki wajah tenang dan sendu. Ada rasa sakit yang tidak bisa dia jelaskan ketika melihat buliran bening keluar dari mata indah Tiara.
( 1 minggu berlalu setelah kejadian tersebut)
"proses hukum ini dihentikan sebab polisi tidak menemukan bukti apapun mengenai Tiara" ucap team Jimin.
"bukankah keberadaannya yang tiba-tiba di dorm ini sudah jelas bahwa dia penguntit ?" sahut Jimin tidak terima.
"tenanglah dulu Jim, biarkan hyung menyelesaikan pembicaraannya" ucap Yoongi.
"begitulah adanya Jim, gadis itu tidak mengindikasikan penguntit, kami sudah menemukan data diri sebenarnya, dan yahh.. semuanya sesuai dengan apa yang dia sampaikan, dia bersih dari kasus apapun. Justru kami menemukan fakta baru (hening sejenak) fakta ini mengungkap siapa sebenarnya Hana"
"Hana ?!! cukup hyung rasanya penemuan mu ini sungguh aneh"
"kau bisa tenang dulu, tidak ?!!" ujar Taehyung
"iya Jim.. rupanya Hana adalah seorang penguntit, dia berusaha mendekatimu dan masuk dalam hidupmu hanya untuk keuntungan pribadinya, dia telah merubah data diri asli bahkan wajahnya agar memudahkan aksinya, dia mulai terobsesi dengan mu sejak umur 12 tahun, berasal dari keluarga kaya raya membantunya untuk memuluskan aksinya ini, bahkan skenario pertemuan kalian sudah dia siapkan sejak 10 tahun lalu"
"ini tidak masuk akal hyung ! dia perempuan yang baik, tidak mungkin dia melakukan aksi gila macam itu !!"
"terserah mau kau percaya atau tidak, ini semua bukti dokumen penyelidikan kami, kamu baca dan analisa saja sendiri" sebelum team meninggalkan dorm, mereka menegaskan bahwa lusa akan mengembalikan Tiara ke negara asalnya.
"oh satu lagi, lusa kami akan memulangkan Tiara ke negara asalnya"
"lakukanlah dengan cepat !! aku juga tidak perduli dengannya"
Semua teman-teman yang mendengar ucapan Jimin sedikit kaget dengan respon arrogant nya.
(dalam kamar nya Jimin terus membaca dan menganalisa hasil temuan team nya mengenai Hana, dia tidak bisa menepis bahwa hasil temuan team nya mengenai Hana adalah fakta yang menyakitkan untuknya)
Disela itu Tiara menyempatkan memasak Kimchi jiggae, aroma yang tidak asing itu mampu membangunkan Jimin untuk beranjak dari kamarnya dan mendatangi Tiara.
"maaf mengejutkanmu, aku memasak lebih, makanlah jika kamu mau" ucap Tiara
Jimin hanya diam dan tidak menjawab sepatah kata apapun, menunggu Tiara meninggalkan dapur dan mulai mencicipi kimchi jiggae buatannya. Rasa yang sama dengan masakan yang pernah dia makan disaat Tiara "tidak terlihat" dulunya.
"masakan ini memiliki rasa yang sama dengan yang kumakan dulu, apakah dia yang memasaknya dan bukan Hana yang melakukannya ?"
Disepanjang malam Jimin tidak bisa tidur memikirkan apa yang sebenarnya terjadi, berusaha mengaitkan cerita dari sisi Tiara dan Hana serta hasil penemuan team nya. Disepanjang malam itu Jimin akhirnya bisa memikirkan dan memutuskan siapa pihak yang benar sebenarnya.
Di siang hari yang cerah semua berkumpul di ruang utama.
"besok pagi adalah kepulanganmu, terima kasih atas bantuanmu selama ini" ucap Yoongi
"aku hanya ingin berbalas budi saja, aku juga tidak melakukan banyak hal. Sebelumnya aku minta maaf atas kegaduhan yang terjadi" Jawab Tiara
"tidak usah meminta maaf, ini diluar kendalimu " sahut Namjoon
"bahkan kamu sangat sopan, ehmm.. kamu tidak ingin berbicara terlebih dahulu dengan Jimin ?" imbuh Taehyung
"ohh kurasa tidak perlu, dia juga tidak membutuhkannya"
"siapa yang bilang aku tidak butuh ?" sahut Jimin dari kejauhan yang baru saja turun dari kamar pribadinya.
Semua mata langsung tertuju kepada Jimin, rambut berantakannya, baju tidurnya dan bahkan muka bangun tidurnya yang terlihat sangat lucu.
"aku ingin bicara padamu empat mata"
"tunggu Jim, maksudmu kamu mengusir kami ?" ledek Jin
"HAHAHAHA.. bukan seperti itu hyung, aku hanya ingin meluruskan masalahku saja"
"baguslah jika kamu sekarang bisa berfikir jernih, kami beri waktu kalian untuk menyelesaikan ini semua" imbuh Yoongi.
-Diatas balkon dengan angin siang yang masih terasa dingin-
"aku memang belum bisa menerima kenyataan yang terjadi, tapi kurasa ini semua bukan salahmu dan yaah.. kamu bukan penguntit"
"bukankah sudah kubilang sebelumnya ?!"
(Jimin hanya tersenyum kecil) " aku meminta maaf telah menuduh dan merendahkanmu"
"aku sudah biasa diperlakukan dan dipandang rendah"
(Tatapan sendu itu membuat siapapun ingin memeluk gadis malang itu)
"bukankah kamu hidup dengan nenekmu ? bagaimana kabarnya sekarang ?"
"aku tidak tau, aku harap dia akan selalu baik-baik saja. Aku sangat merindukannya"
"kamu tidak ingin lebih lama disini ?"
"untuk apa ? direndahkanmu lagi ?"
"maafkan aku"
"nenekku sangat membutuhkanku"
"bagaimana dengan aku?"
"lanjutkan hidupmu sama seperti sebelum ada aku"
"aku membutuhkanmu"
"untuk apa?"
"mendampingiku"
Suasana berubah sendu dan hening, hanya ada tatapan mendalam dua insan yang mempunyai perasaan yang sangat rumit untuk dijelaskan.
"tidak mungkin, kita berbeda"
"akan aku usahakan"
"tidak akan berhasil, kita berbeda. Dunia kita berbeda, akan terlalu sulit dan menyakitkan"
"aku membutuhkanmu agar semuanya tidak begitu sulit"
"aku harus apa ?"
"mendukung dan percaya padaku, akan aku buktikan bahwa perbedaan tidak akan sesulit itu"
"kamu yakin memilihku ? tidak ada yang istimewa"
"tidak perlu mencari istimewa jika dengan kehadiranmu sudah membuatku sempurna"
"kamu sadar dengan apa yang kamu katakan barusan ?"
"sangat" jawab tegas Jimin yang penuh keyakinan dengan menatap dalam gadis di depannya.
"simpan cincin ini, tepat di usiaku yang ke-35 tahun akan aku bawa cincin beserta orang yang memakainya ke sebuah jalan Altar yang sangat sakral"
Dan disaat itulah aku membuktikan padamu bahwa tidak semua kesulitan harus dihindari tetapi harus ditaklukkan, tidak perduli bagaimana jahat nya penolakan diluar sana, akan dengan bangga dan aku jaga perempuan yang sangat berharga melebihi apapun di dunia.
Memang tidak semua pertemuan berakhir dalam sebuah ikatan, tapi denganmu akan aku usahakan agar pertemuan ini tidak berakhir dengan sebuah kehilangan dan penghianatan.