Semenjak salah tingkah karena ketahuan menatap seorang lelaki di tempat fitness tadi, Putri menjadi tidak bisa fokus belajar pada malam harinya. Pikirannya terus saja melayang kepada sosok lelaki tampan yang juga tidak sengaja ikut menatapnya itu.
Ia malu karena pasti lelaki tersebut menganggapnya aneh, namun tidak bisa dipungkiri jika ia juga merasa sedikit senang karena bisa menatap lelaki tampan yang sudah pasti tidak akan pernah lagi ditemuinya.
Dengan keyakinannya yang 100% tidak akan pernah bertemu dengannya lagi, dengan santainya ia malah terus membayangkan wajah lelaki tadi dalam otaknya. Bahkan cara lelaki itu meneguk minumannya juga terus terngiang-ngiang di dalam kepala Putri.
Terlihat seksi, dan begitu sensual dengan baju basah kuyup karena keringat. Lengan tangannya pun juga tak luput dari bulir-bulir keringatnya yang berjatuhan, semakin memperlihatkan kesan menggoda karena otot-ototnya yang terbentuk sempurna membuat pikiran Putri menjadi melayang kemana-mana.
"Huh, mikirin apaan sih. Fokus... fokus..."
Putri mencubit dan menepuk pipinya sendiri karena wajah tampan lelaki tadi tidak kunjung hilang dari pikirannya. Ia akhirnya menutup bukunya untuk menyudahi belajar malamnya dan memilih untuk tidur, daripada bayang-bayang lelaki itu terus saja muncul dalam pikirannya.
Seperti rutinitasnya sehari-hari, Putri selalu bangun pukul 5 pagi dan langsung bersiap-siap untuk pergi ke rumah neneknya, untuk mengambil sepeda lalu berangkat ke sekolah dengan sepeda kesayangannya.
Dengan semangat yang biasa saja, Putri mengayuh sepedanya menuju ke arah sekolah yang hanya tinggal berjalan lurus saja dari rumah neneknya.
Di tengah perjalanan menuju sekolah, ada seorang kakak kelas berjenis kelamin laki-laki yang menyalip sepedanya, dan Putri hanya bisa menutup matanya sejenak sembari mencium aroma parfum yang terpancar dari kakak kelasnya tersebut.
"Wangi banget. Itu orang mandi pake parfum apa gimana?"
Baru beberapa saat dirinya menikmati aroma parfum dari kakak kelasnya tersebut, sekarang ia dikejutkan dengan seorang pengendara motor yang tiba-tiba saja berjalan perlahan di sampingnya. Karena Putri tidak menaruh rasa curiga, ia dengan cuek terus mengayuh sepedanya menuju sekolah.
Namun ternyata si pengendara motor itu berbuat tidak senonoh padanya. Setelah lelaki itu mendekatkan motornya di samping sepeda Putri, lelaki tersebut dengan cepat menyingkap rok Putri hingga ke atas dan memperlihatkan pahanya yang hanya ia tutupi dengan celana pendek berwarna hitam.
Putri dibuat terkejut setelah dilecehkan seperti itu. Baru saja ia ingin berteriak, namun si pengendara motor tersebut sudah kabur sambil tertawa seperti orang gila, dan Putri hanya bisa pasrah sambil menurunkan kembali roknya.
Lagi-lagi, tanpa semangat ia tetap melanjutkan perjalanannya untuk pergi ke sekolah, meskipun dirinya sudah dilecehkan oleh orang asing di pagi hari.
Setelah memarkirkan sepedanya, dengan lesu ia berjalan masuk ke dalam kelas. Seperti biasa, kelas masih berisik karena tahun ajaran baru para guru belum mulai memberikan materi, dan bahkan kelas masih sering kosong karena gurunya yang terkadang tidak masuk ke dalam kelas atau bahkan hanya memberikan muridnya tugas dengan seenaknya.
Putri duduk di bangkunya yang berada di paling belakang, lalu ia mulai melamun sambil memikirkan kembali tentang kejadian yang menimpanya tadi.
Lamunannya harus terganggu karena tiba-tiba saja salah satu teman sekelasnya yang bernama Siska membuat kehebohan di dalam kelas. Siska ini merupakan temannya yang sedikit nakal, namun untung saja ia tidak pernah mem-bully Putri.
"Put, minggir dong. Aku mau ngomong berdua sama Hendrik."
"Kenapa disini? Di tempat lain aja sih."
"Cepetan ih!"
Hanya bisa mengalah, Putri beranjak dari duduknya dan memilih untuk duduk di luar kelas, dan ketika ia tidak sengaja menatap ke arah Hendrik, lelaki itu malah memberikan senyuman nakal sambil menaik turunkan alisnya kepadanya.
Tahun ajaran baru dimulai, namun kedua orang tersebut sudah menjalin hubungan percintaan di sekolah. Maklum, masih cinta monyet, sehingga mereka saat ini sedang bertengkar di dalam kelas karena salah satunya berselingkuh. Sepertinya mereka memang terlalu banyak menonton ftv alay di tv.
Anak-anak kelas yang lain tidak ada yang berani ikut campur. Mereka hanya menonton pertengkaran keduanya dari dalam maupun dari luar kelas. Bahkan ada penonton dari kakak kelas yang malah menertawakan mereka, seakan mereka sedang meremehkan cinta monyet diantara keduanya.
"Berantem terus. Bentar lagi paling putus."
Putri menoleh ke samping, dan ia melihat Tika yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya. Tika ini merupakan teman SD Putri sekaligus teman sebangkunya saat ini. Meskipun keduanya tampak akrab, namun mereka tidak seakrab seperti sahabat, hanya sebatas teman sekelas saja.
"Eh eh Put. Ada mas Yudi. Aduh ganteng banget!"
Putri menoleh ke arah seorang lelaki yang sedang lewat, dan ia baru mengingat jika lelaki dengan wangi parfum tadi pagi adalah dia. Kakak kelasnya yang duduk di kelas 2. Tampan dan juga lumayan populer di sekolahnya.
'Lebih ganteng juga mas-mas yang kemarin di tempat fitness. Aduh, belum ada yang menandingi ketampanannya kalau di mataku.'
"Iya, iya, ganteng."
Putri hanya menjawab dengan asal dan memilih untuk masuk ke dalam kelas karena pertengkaran mereka tadi telah selesai. Seharian ia benar-benar tidak bersemangat untuk mengikuti pelajaran di sekolah, karena ternyata ketika ia pergi ke toilet pada jam istirahat pertama, ia sedang mengalami datang bulan.
Untung saja tidak menembus pada roknya karena baru ada sedikit noda. Dan ia memutuskan untuk duduk di dalam kelas hingga bel pulang sekolah berbunyi. Terlihat sekali jika kehidupannya di sekolah memang terlihat sangat membosankan seperti itu.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, Putri segera berlari ke tempat parkir sepeda karena perutnya sudah terasa sangat sakit sejak tadi. Baru saja ia selesai mengambil sepedanya, ia tidak sengaja melihat rantai sepedanya terlepas.
Dengan helaan napas yang panjang, ia menuntun sepedanya hingga sampai keluar area sekolahnya, lalu berjongkok sebentar dan berusaha untuk membenarkan rantai sepedanya dengan tangan kosongnya.
"Duh, untung aja berhasil."
Dengan cepat ia mengayuh kembali sepedanya menuju rumah neneknya, namun sialnya rantai sepedanya kembali terlepas, membuatnya mau tidak mau harus berhenti di pinggir jalan untuk membenarkannya.
Putri kembali berjongkok dan berusaha untuk membenarkan rantai sepedanya, namun rantai sepedanya tetap tidak mau terpasang. Karena mood-nya sudah memburuk, terpaksa ia mendorong sepedanya dan memilih untuk berjalan kaki ke rumah neneknya.
Teman-temannya yang juga pulang ke arah yang sama dengannya bahkan tidak ada yang mau membantunya, atau setidaknya menawarkan bantuan untuk memboncengnya pulang.
Putri hanya bisa memanyunkan bibirnya sambil terus berjalan di bawah teriknya matahari siang, sampai pada akhirnya ada sebuah motor ninja hitam yang tiba-tiba saja berjalan pelan di samping dirinya.
Karena takut dengan kejadian tadi pagi, Putri segera mempercepat langkahnya untuk menghindari pengendara motor tersebut. Betapa bodohnya dirinya saat ini, ia tetap dapat dikejar karena dirinya hanya berlari sambil mendorong sepedanya, sedangkan si pengendara motor itu melaju pelan dengan menggunakan motornya.
Pengendara motor ninja hitam, dengan celana abu-abu khas anak SMA, menggunakan helm berwarna hitam, jaket berwarna hitam, sepatu juga hitam, dan bahkan kaus tangannya juga berwarna hitam itu tiba-tiba saja membuka sedikit kaca helmnya sambil menatap ke arah Putri.
'Ini orang mau ngapain? Gak akan macem-macem kan ya? Nanti kalo mau nyulik aku, aku teriak aja. Ada banyak orang kok. Gak usah takut.'
"Rantai sepedanya lepas ya dek? Mau aku benerin sebentar gak?"
"Enggak usah. Rumahku udah deket di depan sana kok. Makasih."
Putri segera menuntun kembali sepedanya, dan berusaha untuk mempercepat langkahnya agar bisa sampai ke rumah neneknya. Namun ternyata si pengendara motor itu lagi-lagi berhasil mengejarnya dan berhenti tepat di depannya untuk memblokir jalannya, membuatnya tidak bisa pergi kemana-mana.
"Kok kayaknya aku pernah liat kamu ya? Tapi dimana?"
'Ya mana ku tau.'
Pengendara motor itu melepas helmnya, lalu mengibaskan rambut hitamnya di bawah terik matahari siang hari yang entah mengapa membuat Putri terpana.
'Mas-mas di tempat fitness kemarin bukan sih? Kok mirip ya?'
"Ah, aku inget. Kamu yang kemarin sore boncengan bertiga sama ibumu itu kan? Sama adekmu juga? Kenalin, namaku Yusuf."
'Ngapain ngajak kenalan di pinggir jalan sih? Mana panas pula.'
Putri yang memang sangat pemalu itu hanya bisa menunduk lalu segera memundurkan sepedanya agar bisa menjauh dari lelaki yang tidak sengaja ditatapnya kemarin, dan ia segera berlari dengan kecepatan penuh menuju ke rumah neneknya.
Ia malu karena ternyata dirinya malah dipertemukan lagi dengan lelaki itu. Dan ia juga tidak peduli dengan lelaki bernama Yusuf itu yang mungkin saja saat ini tengah bingung dengan tingkah Putri yang malah pergi menjauhinya.
'Bego. Kenapa harus ketemu dia lagi sih? Kan aku jadi keinget kejadian kemarin lagi. Aku malu banget.'
💌
@Madesyokee, ditungguu
Comment on chapter 1 ㅡ Accidental