Kisah ini terjadi pada tahun 2007, ketika seorang gadis remaja bernama Putri masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Iya, Sekolah Menengah Pertama. Pastikan jangan menghitung berapa umurnya sekarang, karena ini bukan soal matematika.
Ketika itu, Putri hanyalah seorang murid biasa. Tidak jauh berbeda dengan murid-murid cupu lainnya yang pada pagi hari berangkat sekolah, lalu siangnya langsung pulang ke rumah. Maklum saja, sejak dulu ia memang tipe orang yang sangat pendiam, tertutup, dan bahkan tidak memiliki teman.
Kalaupun ia memiliki teman dekat, pasti temannya tersebut lambat laun akan direbut oleh temannya yang lain, sehingga ia selalu berakhir sendirian ketika berada di lingkungan sekolah.
Awal masuk sekolah di sekolah yang baru, hari-harinya berjalan seperti biasa. Putri tetap menjadi siswa yang pendiam di kelas, sama seperti kehidupannya sewaktu ia masih duduk di bangku Sekolah Dasar dulu.
Dirinya tidak memiliki teman, dan bahkan tidak dianggap ada. Pengecualian, Putri dianggap ada hanya ketika teman-teman sekelasnya membutuhkan bantuannya untuk mengajarinya pelajaran bahasa Inggris, karena memang saat itu dirinya sedikit unggul dengan pelajaran bahasa asing tersebut dibandingkan teman-temannya yang lain.
Sekolah baru, kelas baru, dan suasana yang baru, tak luput juga ia harus menyesuaikan diri dengan kegiatan wajib seperti ekstrakurikuler dan juga kegiatan pramuka yang memang wajib untuk diikuti oleh murid angkatan baru.
Ada beberapa ekstrakurikuler yang bisa ia pilih, dan pilihannya jatuh kepada ekstrakurikuler vokal. Ada alasan tersendiri mengapa ia memilih vokal sebagai pilihan ekstrakurikulernya. Alasan pertama, ia memang sudah bernyanyi sejak berumur 10 tahun hingga mengikuti berbagai macam lomba paduan suara di kotanya. Lalu di umur 12 tahun, dirinya pernah masuk di surat kabar bersama dengan tim paduan suaranya. Dan, alasan selanjutnya adalah karena hobinya memang menyanyi.
Lain halnya dengan ekstrakurikuler pramuka yang mengharuskan dirinya untuk wajib mengikutinya. Ia memang tidak begitu menyukai kegiatan tersebut, karena ia tidak suka pulang terlalu sore.
Berbeda dengan teman-temannya yang begitu bersemangat mengikuti kegiatan pramuka. Alasannya sederhanya, mereka menyukainya karena ada banyak kakak penggalang pramuka yang tampan, yang akan membimbing mereka.
Dan kegiatan pramuka yang tidak diinginkan oleh Putri akhirnya terjadi. Sore itu menjadi kegiatan pramuka pertama bagi Putri. Malas, lelah, mengantuk, dan ingin segera rebahan di rumah adalah hal yang selalu ada dalam pikirannya karena ia benar-benar tidak tertarik dengan kegiatan pramuka. Apalagi kalau kakak penggalangnya sudah terlihat sok tegas dan galak, membuatnya semakin malas untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Kegiatan pramuka sore itu tidak ada yang menarik. Putri hanya mengikuti kegiatan pramuka dengan setengah hati. Dan suasana hatinya semakin bertambah buruk karena dirinya resmi terpilih menjadi wakil regu pramuka gugusnya, sedangkan ketuanya adalah teman sekelasnya yang bernama Widya.
Putri dan Widya sama sekali tidak akrab, hanya mengenal sebatas teman sekelas saja. Ditambah Widya ini juga dari awal sudah tidak disukai oleh teman sekelasnya karena sifatnya yang suka mengatur dan berlaku seenaknya sendiri, dan sepertinya Putri hanya bisa pasrah jika dirinya disuruh-suruh oleh Widya kelak.
Setelah selesai membuat regu, saat ini setiap regu sudah berbaris dengan rapi di lapangan sekolah untuk mendengarkan instruksi selanjutnya dari kakak penggalang mereka. Dan karena Putri resmi menjadi wakil dari regunya, maka ia berdiri paling belakang.
Dan ia paling malas kalau suatu hari nanti Widya tidak masuk pramuka, karena otomatis dirinya yang harus menggantikannya menjadi ketua dan berdiri di barisan paling depan. Putri membenci hal itu, namun ia tidak bisa berbuat apa-apa. Memang tipe orang yang cuma bisa bilang iya dan cuma bisa menurut saja si Putri ini.
"Semua regu sudah selesai dibentuk semua ya? Dan perlu kalian ketahui, setiap regu nantinya akan dibimbing oleh kakak-kakak yang ada disini. Sedangkan kakak kebetulan saat ini akan mengambil alih regu tiga. Tapi nanti juga bukan kakak terus yang akan membimbing kalian, karena sistemnya akan berputar, biar kalian juga merasakan dibimbing oleh kakak yang lain. Regu tiga, ketua dan wakilnya yang paling belakang itu namanya siapa?"
"Saya Widya kak, dan wakilnya si Putri."
"Oke. Kita perkenalan dulu. Nama kakak Wahyu, nama lengkapnya gak usah ya? Gak penting juga. Dan sekarang ini kakak sudah kelas 3, jadi kalau nanti kakak sudah mulai disibukkan dengan persiapan ujian akhir, maka pembimbing kalian akan digantikan oleh kakak-kakak dari kelas 2."
'Ya, ya. Udah sih cepetan ngomongnya. Pegel berdiri nih ah! Pengen pulang, laper.'
"Ada pertanyaan? Kalau tidak ada, hari ini cukup sekian dulu saja. Kakak juga paham kalian pasti udah pengen pulang kan sekarang?"
'Iya udah cepetan. Kesel ih, pegel nih kaki.'
"Boleh minta nomor teleponnya gak kak?"
Bukan Widya yang berbicara, tapi salah satu teman regunya yang lain. Dan Putri saat ini hanya bisa menghentak-hentakkan kakinya dengan kesal karena ia sudah benar-benar ingin pulang sejak tadi.
"Kakak gak punya hp. Lebih tepatnya hp-nya disita karena mau ujian. Ada pertanyaan lain?"
"Udah punya pacar belum kak?"
"Kakak gak mau jawab. Kalo pertanyaannya aneh-aneh gini, lebih baik kita akhiri saja."
'Dari tadi kek, emosi nih aku. Udah ini baju pramuka gak enak banget dipake, kena keringet sampe sore, gak enak banget ih rasanya.'
Untung saja setelah pertanyaan tadi, tidak ada lagi yang ingin bertanya, sehingga kegiatan pramuka pada sore hari itu resmi selesai. Dengan secepat kilat, Putri segera mengambil sepedanya di tempat parkir, lalu ia kayuh sepedanya dengan cepat menuju ke rumah neneknya yang hanya berjarak kurang dari 1 km dari sekolahnya.
Karena sekolahnya memang dekat dengan rumah neneknya, sehingga Putri lebih memilih untuk berangkat dari rumah neneknya, dan pulang juga ke rumah neneknya. Tapi setelah itu ia akan tetap pulang ke rumahnya sendiri, karena setiap sore ibunya selalu menjemputnya di rumah neneknya tersebut, bersama dengan adik laki-lakinya.
Jadi setiap pukul 6 pagi setelah selesai sarapan, ibunya selalu mengantarkan Putri dan adiknya ke rumah sang nenek. Jarak tempuh dari rumah nenek ke sekolah mereka berdua memang lebih dekat. Selain itu, sepeda keduanya sengaja dititipkan di rumah neneknya tersebut agar mereka tidak perlu mengayuh sepeda sampai ke rumah mereka yang jaraknya bahkan lebih jauh.
Sejak kecil, Putri dan adiknya memang hidup disiplin. Ayah mereka seorang polisi, dan ibu mereka seorang guru, sehingga bangun pukul 5 pagi sudah menjadi hal yang biasa bagi mereka.
Setibanya Putri di rumah neneknya, ia segera berganti pakaian dan bersiap untuk pulang ke rumah karena ibu dan adiknya juga sudah menunggu sejak tadi. Mereka bertiga berboncengan naik motor, dengan adiknya yang dicepit di tengah, dan Putri yang duduk paling belakang.
Jarak rumah neneknya dengan rumahnya sendiri kira-kira berjarak 2 km lebih, dan ketika motor mereka melewati sebuah tempat fitness yang hanya berjarak beberapa rumah saja dari rumah neneknya, Putri tidak sengaja menatap seorang lelaki yang sedang meneguk minumannya.
'Ganteng banget. Minum air putih doang kenapa bisa ganteng banget gitu sih.'
Karena ibunya memang selalu mengendarai motor dengan pelan, membuat si lelaki yang sedang minum itu juga melirik ke arah Putri. Putri dan lelaki tersebut saling bertatap pandang, hingga motor yang dikendarai ibunya menjauh dari lokasi fitness tersebut.
Ia masih ingat dengan jelas ciri-ciri lelaki yang ikut menatapnya tadi. Lelaki itu memiliki rambut hitam pekat yang ditata ke atas, wajahnya sedikit oriental, kulitnya lumayan putih, dan postur tubuhnya cukup tinggi dengan badan yang lumayan atletis. Ia memakai kaus putih polos tanpa lengan, dan tentunya menonjolkan otot-ototnya yang terlihat dengan jelas. Menambah kesan seksi meskipun ia sedang meneguk minumannya.
Putri merutuki tingkahnya yang dengan sengaja menatap lelaki tersebut dengan mulut setengah terbuka, karena ia tadi juga tersadar jika lelaki itu ikut menatapnya. Malu, ia sangat malu dengan dirinya sendiri. Untungnya motor ibunya sudah melesat jauh melewati tempat fitness tersebut, jadi ia bisa merasa sedikit lega karena ia sendiri yakin tidak akan bertemu dengannya lagi.
💌
@Madesyokee, ditungguu
Comment on chapter 1 ㅡ Accidental