"Aku memerlukan bola ajaib," kata Lusi kepada pangeran.
"Baiklah." Pangeran menyentuhkan tangannya ke kot ajaib, dan bergumam seperti kata "bola ajaib" tak lama keluar bola ajaib dari kot ajaib itu.
"Ini," kata pangeran, "ambillah."
"Terima kasih." Lusi mengambil bola ajaib itu dan menyimpannya dengan baik, "Esta, kalian akan ikut bersama kami, bukan?" Lusi bertanya pada Esta.
"Tentu saja, cermin ajaib ini adalah milik bangsa starla yang di curi oleh Hesper. Hanya kami yang mengetahui apa kegunaan cermin ajaib ini dan bagaimana untuk menggunakannya. Apa kau ingat itu?" tanya Esta pada Lusi.
"Iya," Lusi tersenyum mendengar jawaban dari Esta, "terima kasih sudah menolong kami memberitahu tentang alat transportasi waktu ini. Sekarang waktunya kita menolong kita yang lain di masa sebelumnya, dan juga pangeran yang sedang terbaring di hutan."
Bima mendekati Lusi, "Lusi sebelum kita masuk ke cermin ajaib ini, aku ingin sekali memberitahumu tentang ini."
"Apa itu?" tanya Lusi pada Bima, anak laki-laki terpopuler di sekolahnya.
"Satu kata untuk mu," kata Bima. Lusi menatap Bima.
"Kau KEREN!!!" suara serempak dari Linda, Robi dan Bima tertawa pelan. Mereka bertepuk tangan untuk keberanian dan kecerdasan Lusi.
Lusi tersenyum. Harga dirinya meningkat. Ia tidak dapat mempercayai dirinya sebelumnya. Tapi kini ia sangat yakin, bahwa dirinya dapat berguna untuk sesamanya. Mereka tersenyum bersama. Kali ini mereka saling tersenyum dengan perasaan yang lebih murni dan apa adanya.
Pangeran dan Leya menatap Lusi, mereka tersenyum pada mereka berempat, dan mengucapkan terima kasih.
"Aku mempercayakan perjalanan ini pada kalian semua." Pangeran sudah siap untuk melepaskan mereka di alat perjalanan waktu itu.
"Lusi, sebenarnya apa yang kau minta saat peristiwa genting itu?"
Lusi tersenyum, "Aku berjanji pada diriku sendiri, apabila kami semua bisa selamat dan tetap hidup, kami akan kembali ke tempat pertempuran itu, dan menolong kami yang lain di masa itu dengan barang ajaib di tangan kami."
"Luar biasa," Leya menyahut.
"Jadi, apakah kita sudah siap?" tanya Bima pada teman-temannya semua.
"YA!!!" seru para remaja ini kompak.
Lusi memegang bola ajaib itu.
"Luella, apakah kau akan ikut bersama kami?" tanya Esta pada Luella, makhluk starla lainnya yang mengamat-amati semua kejadian dari pintu selama ini.
"Ya, tentu saja. Aku paling suka perjalanan waktu," ucap makhluk itu sama riangnya dengan Vlademir.
"Baik, aku akan memimpin kalian." Teofa memberi aba-aba, "Apakah kalian semua sudah siap?"
"YA!!!" jawab para makhluk starla sama kompaknya dengan para remaja itu.
Mereka semua sudah berada pada tempat mereka masing-masing dengan para starla di atas mereka siap menerbangkan mereka.
"Baik, para ksatria pemberani. Ini waktu kita menolong bangsa ini!" Teofa melaju masuk ke cermin ajaib membawa Bima menuju lorong waktu.
"Yaaa!!!" Linda masuk ke cermin ajaib dengan Esta yang berada di atasnya.
Lusi, dengan Luella, teman starlanya yang baru. Lusi membawa bola ajaib itu di tangannya, dan masuk menembus waktu melalui cermin ajaib yang ada di depannya.
Vlademir berada di atas kepala Robi, mereka berdua memasuki cermin ajaib itu dan bertualang menjelajahi waktu yang berbeda.
Tidak ada yang boleh mereka lakukan. Memegang atau melakukan sesuatu yang berbahaya, selama mereka berada di terowongan waktu itu. Mereka melihat bahwa jarak di terowongan waktu itu sudah mulai memanjang, dan dinding waktu yang ada di kanan serta kiri mereka menjadi lebih gelap daripada biasanya. Vlademir dan makhluk starla lainnya paham benar mengenai tentang ini. Mereka adalah makhluk transparan, yang sudah turun-temurun berjelajah menggunakan alat transportasi ini. Namun karena Hesper mencurinya dari tangan para makhluk starla, cermin ajaib ini banyak mengalami perubahan, dan sihir Hesper lah yang merusak salah satu bagian terowongan waktu ini. Sehingga sudah banyak lobang waktu yang akan mengantarkan mereka pada dimensi waktu yang tidak mereka minta. Mereka harus berhati-hati, karena mereka sewaktu-waktu bisa terlempar ke waktu yang salah. Waktu yang mereka miliki sangat-sangat singkat. Kalau mereka tidak keluar dalam waktu kurang lebih setengah jam ke depan, maka selamanya mereka akan terlempar pada lobang-lobang waktu yang memiliki dimensi waktu yang lain. Seperti bukan di bumi lagi!
Di depan mereka, sudah terlihat ada lobang hitam. Mungkin itu lobang hitam yang harus mereka tuju.
Teofa telah ada di ujung terowongan waktu ini.
Hop ...
Kaki Bima melompat turun menjejaki tanah di bawahnya. Mereka berada di depan pohon oak besar tempat tinggal para starla.
Ia melihat di belakangnya, Linda sebentar lagi akan sampai, ia bergeser menjauh dari tempat ia mendarat. Bima melihat Linda keluar dari pohon oak itu. Linda segera mendarat. Ia tahu tempat ini adalah rumah nya para makhluk starla itu. Bima menarik tangan Linda, ia menggeser Linda agar memberi jalan pada Lusi yang sebentar lagi akan segera mendarat. Benar saja, Lusi segera mendaratkan kakinya menginjak tanah yang ada di depannya.
"Minggirlah," bisik Luella, "temanmu akan segera mendarat.
Lusi bergerak ke arah Linda. Sepersekian detik kemudian, Robi mendaratkan kakinya ke tanah di depannya.
"Wooww," ucap Robi. Ia memliki pengalaman dalam menjelajahi waktu, "tadi seru sekali!"
"Ssstt." Lagi-lagi mereka harus mendengar peringatan dari makhluk tak kelihatan, "usahakan kalian tidak membuka suara kalian di tempat ini. Sangat berbahaya." Suara itu berat dan dalam, itu suara Teofa, sang pemimpin para makhluk starla ini.
Semua mengangguk, mereka mengerti aturan main yang diberikan oleh pemimpin starla itu, dan ini pertama kalinya menreka menjelajahi waktu, mereka belum mengetahui apa-apa, jadi mereka benar-benar harus patuh pada perintah Teofa.
"Waktu kita tidak banyak, kalian lihat lobang-lobang hitam yang sudah ada di sepanjang terowongan waktu itu," suara Teofa kali ini seperti berbisik sangat pelan, "itu berarti waktu kita semua tidak banyak. Apabila tidak cepat, maka kita akan terlempar ke dimensi waktu yang lain."
Semua sudah mengerti, tidak ada yang dapat membantah.
"Semua siap? kita akan menuju hutan tempat goa pangeran itu berada!" kata Teofa dengan suara bersemangat yang pelan.
Semua mengangkat tangan mereka, seperti meninju angin yang ada di atas mereka.
Bima yang pertama, ia terbang di tengah kegelapan malam. Lagi-lagi udara dingin malam itu menusuk setiap daging yang membungkus tubuh Bima. Linda mengikutinya dari belakang. Ia senang sekali dapat terbang seperti burung. Menembus angin malam yang ada di depannya. Lusi terangkat dan melayang terbang, seperti kapas ringan tanpa sayap, menembus udara kosong yang ada di depannya. Robi berada di belakangnya, ia menatap dengan penuh takjub pemandangan kecil yang ada di bawahnya. Semua tampak indah.
Lusi merentangkan tangannya ke sebelah kanan dan kirinya, ia menggerak-gerakkan kedua tangannya itu naik turun, layaknya seekor burung yang sedang terbang. Wooowww!!! Ini adalah pengalaman yang sangat menakjubkan!!! Lusi terasa begitu dekat dengan awan yang berada di atasnya. Ia melihat jutaan bintang malam yang terhampar di langit luas yang berada di atasnya. Langit itu memancarkan kedamaian pada gelapnya malam. Sebentar lagi sinar akan datang. Matahari akan bersinar lagi di tempat ini. Menghapus segala keputusasaan yang telah lama menghinggapi negeri ini. Ya, sebentar lagi. Bersabarlah!
A simple band of gold
(Sebuah pita emas sederhana.)
Wrapped around my soul
(Menyelimuti seluruh jiwaku)
Hard forgiving, hard forget
(Sulit memaafkan, sulit melupakan)
Faith is in our hands
(Keyakinan di tangan kita)
Castles made of sand
(Kastil yang terbuat dari pasir)
No more guessing, no regrets
(Tidak ada lagi prasangka, tidak ada penyesalan)
Then you came my way on a winter's day
(Kemudian kau datang ke hidupku di hari musim dingin)
Shouted loudly come out and play
(Berteriak dengan keras, datang dan bermain)
Can't you tell I got news for you
(Tak bisakah kau ceritakan, aku punya kabar untukmu)
Sun is shining and so are you
(Matahari sedang bersinar dan kau juga)
And we're gonna be alright
(Dan kita akan baik saja.)
Dry your tears and hold tight
(Keringkan air matamu dan genggam erat)
Can't you tell I got news for you
(Tak bisakah kau ceritakan, aku punya kabar untukmu.)
Sun is shining and so are you
(Matahari sedang bersinar dan kau juga) -Axwell Λ Ingrosso-
**
Lusi mendengar auman, jeritan, bunyi pedang saling hantam berdentang di hutan yang tidak jauh dari tempatnya berada. Waktu mereka tidak banyak. Mereka harus segera menolong negeri ini. Lusi melihat raksasa memukul kalah singa-singa, membuat raja-raja hutan itu tergeletak tak bergerak di tanah. Serigala menggigit dengan ganas manusia kambing yang ada di hadapannya. Manusia kambing mengembik kencang menahan kesakitan, dan kemudian leher nya terkulai tak berdaya. Serigala itu melepaskan gigitannya, dan robohlah manusia kambing itu. Hesper beserta pengikutnya hampir memenangkan pertempuran di hutan dekat goa tempat persembunyian pangeran.
Mereka berempat sudah hampir sampai.
Di depan mereka, dengan sangat cepat, mereka melihat Hesper berlari ke arah Bima dan Robi yang sedang berperang, penyihir jahat itu membuang pedang di tangan mereka berdua dengan kasar. Dia mengangkat tinggi-tinggi kedua remaja itu.
Suara Linda menjerit sangat kencang, dan tiba-tiba sosok Linda segera terlihat, sepertinya ia baru saja bersembunyi dari kot ajaib. Perempuan itu menendang dengan sekuat tenaga kaki Hesper. Hesper melepas Bima dan Robi, yang membuat mereka jatuh ke tanah dengan bunyi bummm yang sangat kencang pada tanah di bawah mereka.
"Linda!!" terdengar suara Lusi, namun dirinya tidak dapat terlihat.
Mereka yang berada di atas melihat Hesper tersenyum, sepertinya penyihir itu mengetahui keberadaan Lusi. Ia mengangkat Linda ke atas dan melakukan hal yang sama terhadapnya. Bummm!!! Linda tergeletak jatuh ke tanah, tidak bergerak.
Hesper meninggalkan Linda dan mengejar sesuatu yang tak terlihat di depannya.
"Kembalikan kot ajaibku!!" erang Hesper pada angin kosong yang ada di depannya.
Hesper meraung memanggil manusia itu. Rumput-rumput tinggi yang ada di depannya bergoyang. Hesper sepertinya tahu kalau Lusi sedang berlari di antara rumput-rumput tinggi yang ada di depannya. Hesper menerkam sesuatu yang tidak kelihatan.
"Aaaa!!" Lusi tertangkap oleh Hesper di balik kot ajaibnya, "aaaa!!!"
"Lepaskan kot ini! Kot ini adalah milikku!!!!" perintah Hesper.
Lusi meronta. Ia tidak dapat lepas dari cengkeraman Hesper.
Tangan Hesper seperti sedang mencekik leher Lusi.
Empat remaja itu sudah ada di depan Hesper dengan kaki melayang di udara. Lusi menatap wajah mereka berempat.
"Akhirnya mereka datang juga," ucap Lusi yang masih tak kelihatan, dengan pelan.
Hesper menoleh ke arah mereka berempat.
Lusi melihat Hesper sedang menyiksa dirinya pada masa sebelumnya. Kemudian dia melemparkan bola ajaib ke wajah Hesper. Wajahnya kesakitan. Ia melepaskan cengkeramannya dari makhluk tak kelihatan itu.
Hesper meraung kesakitan karena lemparan bola itu.
Bola itu di tangkap oleh Bima. Bima melemparkan bola itu pada makhluk-makhluk raksasa yang sedang mengepung seekor singa. Makhluk-makhluk raksasa itu rebah ke tanah.
Bola di tangkap oleh Linda. Linda melemparkan bola itu pada Hesper lagi. Hesper terjatuh karena lemparan bola itu.
Bola itu segera ditangkap oleh Robi, yang sekali lagi melemparkan bola itu ke arah Hesper. Hesper tersungkur di tanah, namun Hesper masih berusaha untuk bangun.
Bola di tangkap kembali oleh Lusi, dan ia melemparkan nya pada makhluk-makhluk raksasa yang sedang mengepung makhluk orge. Sesaat kemudian makhluk-makhluk raksasa itu rebah di tanah.
Hesper dapat bangkit dari tanah, ia melihat kepada mereka berempat.
Ada keterkejutan yang nampak dengan jelas terpancar dari wajah Hesper. Ia melihat dua laki-laki yang berwajah sama dengan Bima dan robi lainnya yang sudah tergeletak di tanah.
Ada tangan seorang perempuan yang berada di depannya, sedang memegang sebuah batu dan mengarahkannya pada Hesper. Sepersekian detik kemudian, batu bertuah itu sudah mengenai dahi penyihir jahat itu. Batu bertuah itu jatuh ke tanah diikuti dengan jatuhnya tubuh besar itu ke tanah. Bummm!!! Hesper roboh. Badannya tidak bergerak lagi.
Si penguasa kegelapan telah tumbang.
Lusi keluar dari kot ajaibnya. Ia menatap sedih semua teman-temannya yang tergeletak tak berdaya di tanah.
"Akhirnya kalian datang juga." Lusi terlihat sangat letih.
"Maaf, kami terlambat," ujar Lusi yang memegang bola ajaib itu.
"Tidak, kalian sangat tepat waktu. Tanpa kalian aku juga akan tumbang. Dan tak dapat mengalahkan si Hesper ini."
"Tak masalah," ucap Robi.
"Waktumu tak banyak," Linda memburu Lusi, "cepatlah. Dan ingat setelah pertempuran selesai, kalian harus segera ke masa ini untuk menolong dirimu sendiri di masa ini."
"Bagaimana aku bisa kembali ke masa ini lagi dan menolong diriku sendiri?" tanya Lusi tak mengerti.
"Kau harus mencari cermin ajaib, bebaskan semua tawanan yang telah terjebak di cermin ajaib. Kemudian cermin ajaib dapat kalian jadikan sebagai transportasi waktu. Segeralah menolong dirimu dan yang lain!"
Lusi mengangguk paham.
"Sekarang apa yang harus ku lakukan?" tanya Lusi melihat ke sekelilingnya. Semuanya telah tumbang.
"Segera pergilah menuju pangeran," ucap Robi, "letakkan kot ajaib itu dan batu bertuah ke atas tubuh pangeran. Semua akan terjadi sesuai dengan ramalan, kau tahu?"
Lusi mengangkat bahunya, "Aku tidak tahu."
"Darah tak bersalah yang tercurah yang telah terpilih oleh kot ajaib. Kot ajaib, serta batu bertuah. Apabila semua di satukan, akan membuat pembalikkan." jawab Robi memberitahu.
"Kami tidak memiliki waktu yang banyak. Lubang penghubung antara waktu kami dan waktu ini semakin sempit. Kami harus segera kembali." Bima meyakinkan Lusi untuk segera melakukan apa yang harus di lakukannya, secepat mungkin.
"Kami harus cepat," ucap Linda, "aku yakin kau pasti bisa. Kau selalu dapat di andalkan, Adikku tersayang. Aku bangga padamu." Linda mengusap air mata yang menetes di wajahnya.
"Cepat, lobang hitam itu akan segera menutup jalan pulang kita!" teriak Teofa.
"Hati-hati, Lusi," Bima berpamitan kepada Lusi, "cepat pergi pada pangeran, dia ada di tengah hutan. Mari, Teofa. Kita sudah tidak punya banyak waktu."
Mereka semua terbang ke langit, di tengah kegelapan malam, kembali ke pohon oak besar milik para starla.
Perasaan mereka berempat menjadi lebih berat dari sebelumnya. Pertempuran itu sangat nyata. Bulu kuduk mereka berdiri. Mereka baru saja melihat diri mereka mati, tergeletak tak bernyawa di tanah.
Mereka tiba di depan pohon oak besar, milik para starla.
Linda terdiam. Dia sangat terpukul dan merasa begitu letih. Sejenak ia merasakan kengerian yang teramat sangat. Melihat mayat-mayat bergeletakkan di mana-mana.
"Apakah setelah itu kita menang, Lus?" tanya Linda. Raut wajahnya memancarkan kekhawatiran. Ia sendiri telah melihat, tubuhnya dihempaskan ke tanah, dan ia tak bergerak lagi di tanah. Wajahnya menjadi pucat pasi mengingat-ingat kembali yang sudah terjadi.
"Ya, kita menang. Tidak perlu khawatir." Lusi memegang tangan Linda. Ia menguatkan hati Linda. Pertarungan sudah selesai.
"Ayo, cepat!" perintah Teofa pada semua.
Mereka berempat hendak masuk ke terowongan waktu. Tiba-tiba hutan di tempat mereka berdiri menjadi terang. Matahari telah bersinar! Mereka terpukau dengan benda langit yang berada jauh di atas sana, kini telah terlihat lagi.
Mereka tersenyum.
Kita menang ....