Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lusi dan Kot Ajaib
MENU
About Us  


Pangeran menyentuhkan tangannya ke kot ajaib yang di pegang Lusi, dia memohon sebuah pedang. Seketika pedang segera muncul di depannya. Pangeran mengambil pedang itu dan menyambut para anak buah Hesper yang masih tersisa.

Harimau datang ke tempat itu, andai saja tadi dia langsung memakan tubuh pangeran yang sudah terbaring tak berdaya di meja persembahan itu, pasti saat ini pangeran tidak bisa menolong Lusi untuk menyelamatkan negeri Qirollik.

Dengan aumannya yang sangat keras, harimau itu menyerang pangeran. Pedang pangeran teracung ke depan. Ia bertarung melawan harimau. Lusi memohon pedang juga. Muncul pedang di depannya. Serigala datang dan menerjang tubuh Lusi. Ia segera mendorong tubuh serigala itu jauh dari tempatnya berada, serigala itu terjatuh beberapa meter darinya. Lusi bangun dan berlari ke arah serigala itu. Pedangnya terhunus, ia siap untuk menancapkannya ke tubuh serigala itu.

Namun serigala itu bangun lebih cepat daripada kehadiran Lusi dengan pedangnya. Dari arah belakang serigala, muncul serigala lainnya menerjang Lusi. Pangeran dan Lusi di kepung oleh para raksasa, serigala, dan harimau yang masih tersisa dari pertempuran pertama. 

Siapa yang belum mengenal pangeran, mungkin tidak mengetahui bahwa pangeran adalah petarung yang handal. Ia mengarahkan pedang itu ke arah raksasa. Dan dalam hitungan detik berikutnya, ia menumbangkan raksasa itu, dan bertarung melawan yang lain. Lusi bangkit berdiri dari terjangan serigala. Serigala itu mencakar wajahnya. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia mendorong serigala itu sampai makhluk itu terkapar di tanah. Ia berlari menuju serigala yang terkapar itu dan menusukkan pedang ke tubuh serigala itu. Lusi menarik pedangnya keluar dari tubuh serigala. Serigala itu tergeletak tak bergerak di tanah. Masih ada tiga serigala, dan satu raksasa lagi. Lusi mengarahkan pedangnya ke serigala kedua dan ketiga. Dari belakang tubuh pangeran, raksasa besar menyerang pangeran. Pangeran berhasil membalikkan tubuhnya dan menghunuskan pedangnya ke tubuh raksasa itu. Raksasa itu tumbang tak berdaya di depan pangeran.

Kini tiga lawan dua. Lusi menarik napasnya. Ia lelah sekali. Namun pertempuran masih belum selesai. Ia menoleh ke arah pangeran. Pangeran mengangguk. Lusi ikut mengangguk.

"Yaaaaa!!!" teriak Lusi memenuhi hutan di sekelilingnya. Semangatnya menyala, ia mengarahkan pedang itu pada serigala yang ada di depannya. Serigala itu merobohkan Lusi. Pedang Lusi terlempar beberapa langkah di sebelahnya. Cakar serigala itu lagi-lagi memberi tanda pada wajah Lusi. Kaki Lusi mendorong serigala itu. Serigala itu terdorong jauh dari tempat Lusi berada, Lusi langsung mencari pedangnya, dan mengambil benda itu dan berlari menuju serigala yang tergeletak di tanah. Perempuan itu menghunuskan pedangnya ke serigala itu. Ia menarik kembali pedangnya, dan terjatuh lemas di tempatnya.

Pangeran sedang bertarung dengan lawannya yang terakhir. 

Lusi berusaha bangun, kakinya sangat berat. Ia terus berusaha bangun. Kakinya lemas, ia menahan kedua kakinya agar dapat tetap berdiri tegak dengan pedang yang tertancap di tanah.

Ia bergerak maju ke arah pangeran.

Dan, serigala itu jatuh ke tanah, tepat di depannya. Serigala itu tidak bergerak lagi.

Pangeran mendekati Lusi. Ia menolong Lusi untuk dapat berjalan. 
"Apa kau masih kuat?" tanya pangeran.

Lusi menggeleng, wajahnya terkena cahaya matahari. Ia menghadapkan wajahnya ke atas dengan mata terpejam. Sesaat kemudian ia sudah tak sadarkan diri.

Pangeran menggendong Lusi dan membawanya ke atas kuda yang tertambat di pepohonan. 

Pangeran membawa Lusi pergi ke goa tempat persembunyiannya selama ini.

Ia sangat terkejut. Mayat bergeletakan di sepanjang hutan yang sebelumnya menjadi medan pertempuran.

Pemberontakan, perang serta pengkhianatan selalu menuntut darah para korban tak bersalah.

Ia berlutut. Ia meletakkan batu bertuah di dalam kot ajaib itu dengan tangannya. Seketika, cahaya berpendar menerangi hutan itu. Semakin lama semakin terang dan terang. Cahaya itu menyinari setiap makhluk pilihan yang telah tewas tergeletak di tanah.

Sinar itu melalui para orge, para raksasa dari Selatan, para namid, para manusia kuda, para manusia kambing, para rajawali, para singa, para manusia kerbau, Leya dan para manusia itu. Sinar itu menerangi mereka dari kepala mereka hingga ujung kaki mereka. Menyembuhkan setiap luka-luka yang ada pada tubuh mereka. Tangan mereka bergerak, kaki mereka bergerak, kepala mereka juga mulai bergerak. Tiap-tiap dari mereka mulai dengan perlahan membuka mata mereka. Para makhluk yang telah menjadi hidup itu menyipitkan mata mereka, terang matahari yang telah menghilang selama beberapa tahun terakhir, kini menyapa mereka hangat bagaikan kehangatan seorang bapak. Mereka tersenyum. Mereka tahu bahwa mereka telah menang. Kegelapan telah di enyahkan dari negeri mereka selamanya. 

Secara perlahan, mereka bangkit dari tanah tempat mereka tergeletak sebelumnya dan melihat pangeran yang sedang berlutut dengan batu bertuah terbungkus kot ajaib.

Semua makhluk yang telah hidup kembali itu, mendekati pangeran. Mereka berlutut dan meneriakan kata-kata, "HIDUP PANGERAN!!! HIDUP NEGERI QIROLLIK!!! HIDUP PANGERAN!!! HIDUP NEGERI QIROLLIK!!!"

Pangeran berdiri. Ia menuju pada Lusi, Linda, Robi dan Bima, para manusia yang telah menolong kerajaan Qirollik untuk terbebas dari kuasa kegelapan Hesper. 

Sekali lagi semua makhluk yang telah hidup kembali itu menyerukan, "HIDUP MANUSIA!!! HIDUP MANUSIA!!!" 

Pangeran berdiri di tengah-tengah mereka. Ia menatap semua rakyatnya. 

Dengan lantang pangeran berseru, "Karena mereka lah kita bisa terbebas dari kuasa kegelapan Hesper!!!" Pangeran menunjuk pada para manusia pemberani yang ada di sebelahnya, yang telah mengorbankan nyawa mereka untuk membela kebenaran, tanpa memperhitungkan keselamatan mereka sendiri. Para manusia itu telah bertarung hingga tetes darah mereka yang terakhir.

Para makhluk bertepuk tangan. Air mata mengalir membasahi wajah mereka. Sukacita bercampur haru memenuhi hati mereka. Lusi menatap Linda. Mereka saling berpelukkan. Robi memeluk kakaknya dengan perasaan haru. Mereka boleh hidup kembali. Perang yang baru saja mereka alami sangatlah nyata. Ketakutan, kegentaran serta kengerian yang mereka alami baru saja, sangatlah nyata. 

"Terima kasih," Linda berbisik di telinga Lusi. Air mata Lusi memenuhi wajahnya. 

"Kakak ...." Lusi sangat senang melihat Linda lagi. 
Beberapa menit yang lalu, detak jantung Lusi tak menentu. Hatinya mencelos ketika ia melihat tubuh kaku Linda tergeletak di tanah, dengan matanya menatap kosong udara di atasnya.

Namun kini mereka hidup. Lusi bisa bernafas dengan tenang lagi.

Tepuk tangan dari nyonya raksasa tua itu dan para raksasa lain memenuhi hutan itu.

Leya tersenyum melihat para manusia itu, dia juga tersenyum pada pangeran yang telah berkorban untuknya.

Tangannya bertepuk tangan tak berhenti. Air mata mengalir membasahi wajahnya. Ia bersyukur mereka semua dapat hidup kembali.

***

Pangeran mengajak Leya dan keempat teman barunya untuk segera pergi ke istana. Mereka menunggangi kuda untuk mencapai istana. Negeri itu tampak lebih indah dan lebih hidup bila dilihat pada siang hari. Matahari bersinar dengan terangnya. Perlahan kebisingan dari aktivitas para makhluk hutan mulai memenuhi hutan yang semula sunyi ini. Di sepanjang perjalanan, Lusi melihat berang-berang sedang mengumpulkan ranting-ranting pohon yang berjatuhan. Mereka berlari mengambil ranting yang satu, kemudian berlari masuk ke hutan. Tak lama kemudian, berang-berang itu keluar dari pepohonan yang tinggi dan rimbun, mengambil ranting lagi dan masuk kembali ke dalam hutan.

Kuda yang ditunggangi oleh Robi dan Lusi adalah kuda tercepat yang pernah mereka naiki. Rambut Lusi yang tergerai indah, menutupi wajahnya sesekali. Ia berpegangan pada pinggang Robi. Ia bersyukur dapat melihat temannya lagi. Robi tersenyum melirik kedua tangan yang saat ini sedang memegang pinggangnya.

"Hiyaaa ...." 

Istana sudah hampir dekat. Linda masih ingat dengan istana ini. Ia pernah ke tempat ini sebelumnya.

Ia masih ingat dengan lumut dan jamur yang memenuhi bagian dinding depan istana ini. Halaman luas yang berantakan. Rumput-rumput liar yang tinggi, yang menyambutnya ketika ia pertama kali berada di tempat ini.

Ia sudah dapat menerima dirinya kembali. Ia mengaku pada dirinya sendiri, bahwa ia terlalu sombong dan tamak atas prestasi-prestasi yang selama ini telah diperolehnya. Prestasi-prestasi, sanjungan dan segala label yang di kenakan padanya telah membutakan matanya. Ia tak lagi melihat pada kebutuhan orang yang ada di sampingnya. Sanjungan-sanjungan yang selama ini diterimanya telah membuat dirinya menjadi orang yang egois, dan hanya melihat kepada dirinya sendiri. Segala label yang mencap bahwa dirinya "Murid pintar", "Murid teladan" dan seribu label lainnya yang melekat padanya, telah membuatnya hidup hanya untuk dirinya sendiri.

Sehingga ketika Trappy menggodanya, ia sangat mudah untuk jatuh ke dalam jebakannya. Ke dalam lidah seorang penipu.

Namun Linda yang sekarang, bukanlah Linda yang sebelumnya. Ia telah membuktikan bahwa dirinya rela berkorban untuk orang lain. Ia keluar dari kot ajaib itu, menendang kaki Hesper, meskipun ia tahu kekuatan kecilnya tak akan mampu untuk mengalahkan si penguasa kegelapan itu, tapi semua yang melihat aksi heroiknya, pasti akan setuju, bahwa Linda telah keluar dari lingkaran keakuannya.

Mereka memasuki gerbang kerajaan. Tidak seperti pada malam Linda ke tempat ini. Saat ini, mereka semua di sambut dengan halaman yang lebar, luas dan indah. Bunga-bunga telah bermekaran. Tidak ada lagi rumput ilalang yang tinggi. Tidak ada lagi lumut yang menempel di dinding kerajaan. Dan tidak ada lagi kegelapan yang menguasai istana itu. Semua tampak berbeda. Semua terlihat sangat indah. Cahaya berkelipan datang dari atas istana. Di atas puri kerajaan, tampak kelap kelip seperti cahaya menyilaukan yang indah.

Pangeran dan Leya turun dari kuda mereka masing-masing. Bima dan Linda juga turun dari kuda mereka, begitu pun dengan Robi dan Lusi.

Para pengawal istana, membawa kuda-kuda itu ke kandang tempat hewan itu berada. 

"Mari masuk," kata pangeran kepada para tamunya.

Sudah lama pangeran tidak memasuki rumahnya sendiri. Ia rindu sekali dengan rumah masa kecilnya itu. Rumah yang sempat di rebut oleh Hesper dan membuat seluruh negeri menjadi negeri Malam. Ia membuka pintu utama besar itu. Pintu utama itu terbuat dari kayu tua dengan pigmen-pigmen yang terlihat jelas memenuhi kayu yang telah berdiri lama itu. Matanya berkaca-kaca mengingat kenangan yang telah banyak terjadi di dalam rumah ini. 

Nyonya tua raksasa telah memasukkan ke penjara seluruh prajurit Hesper. Kini prajurit yang baru, berasal dari bangsanya sendiri. Seperti saat raja dan ratu memerintah dulu. Para namid adalah prajurit-prajurit baru yang bekerja untuk kerajaan Qirollik saat ini.

"Mari kita ke ruang makan terlebih dahulu. Aku yakin kalian pasti lelah sekali." Pangeran mempersilahkan para tamunya untuk menuju ke ruang makan.

"Lusi, jaga etika mu," ingat Robi pelan.

Lusi tertawa mendengar peringatan dari Robi ini.

"Aku pikir darahku telah keluar sangat banyak, ketika para serigala mencakar wajahku." Lusi terkekeh.

Istana itu sangat luas dan lebar sekali. Keadaan masih sama seperti ketika Linda pertama kali datang ke tempat ini. Namun, ruang utama kerajaan itu, kini tampak lebih bersahabat di banding sebelumnya.

Mereka telah sampai menuju ruang perjamuan. Pangeran Arcturus menyilahkan Leya untuk duduk di sampingnya. Serta memberi tempat duduk untuk Lusi dan para manusia lainnya.

"Oh jangan, Pangeran, aku bisa melakukannya sendiri," kata Linda ketika pangeran hendak menarikkan kursi untuknya.

"Tidak apa, jangan sungkan. Aku belum pernah melakukannya lagi sepuluh tahun terakhir ini."

Linda tersenyum.

Linda membiarkan pangeran melakukan keramah-tamahan itu untuk dirinya, "Terima kasih."

Para pelayan datang membawakan hidangan terbaik untuk para tamu pangeran itu.

Lusi sudah tidak sabar. Ia sudah duduk di kursinya, menanti pangeran memulai jamuannya pada hari ini.

Pangeran mempersilahkan para tamunya untuk langsung menyantap makanan mereka.

"Bolehkah kita sambil mengobrol?" tanya Bima.

Ada segudang pertanyaan yang ada di benak Bima saat ini.

"Silahkan," jawab pangeran tersenyum.

Makanan berkarbohidrat beserta lauk dan sayur telah tersedia di atas piring Bima. Ia ragu apakah ia harus menyuap makanan itu terlebih dulu ataukah ia harus bertanya dulu pada sang pangeran.

Pangeran tersenyum menatapnya.

Bima meletakkan sendoknya, ia bertanya dulu pada sang pangeran. 

"Pangeran Arcturus, dapatkah kau menjelaskan mengapa kau lah yang ada di meja persembahan?" tanya Bima, "itu bukanlah pertukaran yang seimbang. Em ... kau tahu maksudku, bahwa kau sangat berarti untuk penduduk negeri ini."

Linda sudah dapat menerima tentang topik pengkhianatan yang melibatkan dirinya ini. 

Pangeran tersenyum pada Bima, "Begitulah perjanjian sihir yang sudah ada berabad-abad lamanya di negeri ini." Pangeran mengambil buah anggur yang ada di depannya dan memasukkannya ke dalam mulutnya, "tidak ada yang dapat menerima pengkhianatan terjadi di negeri ini."

"Lalu, mengapa kami bisa selamat?" tanya Bima lagi. Ia masih menahan keinginannya untuk mengambil sendok yang ada di sebelah tangan kanannya.

"Delapan orang asing akan datang dan menolong negeri ini dengan menghalau kekuasaan gelap Hesper," pangeran menjelaskan, "Lusi akan menolong kita untuk menemukan jawaban ini."

Semua mata memandang pada Lusi yang saat ini sedang sibuk menyantap ayam panggang di mulutnya.

Robi sebal sekali dengan pemandangan yang ada di hadapannya. Ia ingin sekali melempar sendok atau garpu ke arah Lusi. Seolah-olah perkara tentang Lusi sekarang adalah tanggung jawabnya.
"Ssttt ... Lusi!" tegur Robi pelan.

Lusi melihat ke arah Robi. Robi sedang memandangnya dengan galak. Kemudian dia melihat ke semua mata yang memandang padanya, "Ada apa?" tanyanya tak mengerti.

Bima tertawa melihat mulut Lusi yang saat ini penuh dengan makanan.

"Ada apa?" tanyanya lagi. 

Linda terkekeh, "Lusi, apakah tadi di goa kau tak sempat makan?" tanya Linda tak percaya.

Lusi terus mengunyah. Ia menikmati makanannya.

"Lusi, bisakah kau jelaskan pada yang lain tentang empat orang asing yang menolongmu di hutan tadi?" tanya Pangeran dengan senyumnya yang ramah.

"Benarkah ramalan itu?" tanya Leya, menatap lekat wajah Lusi.

Lusi tersedak mendengar pertanyaan Leya. Sepotong ayam yang sedang di gigit oleh Lusi, jatuh ke piringnya. Sepertinya ia melupakan sesuatu, "OH, TIDAK!!!" Lusi seperti menjerit pada dirinya.

"Ada apa?" tanya Leya dan Linda serempak.

"Pangeran, tunjukkan padaku di mana cermin ajaib itu!" Lusi menggeser kursinya, ia bangkit dari tempat duduknya, "kalian bertiga ikut denganku. Kita harus menolong mereka saat ini!"

"Lusi, ceritakan pada kami ada apa?!" pinta Bima yang belum memasukkan satu sendok makanan pun ke dalam mulutnya.

"Delapan orang asing itu adalah kita,' jelas Lusi dengan panik.

"Ya, memang mereka adalah kita," Robi menjawab Lusi dengan enteng.

"Bukan ... bukan itu maksudku," jawab Lusi yang masih menggigit bibirnya, "empat orang dari mereka adalah kita saat ini, dan empat orang lainnya adalah kita juga di masa depan."

Linda dan Leya saling berpandangan.

"Maksudmu, yang menolong kita tadi adalah kita juga di masa depan?" Bima mengernyitkan dahinya.

Lusi mengangguk-anggukkan kepalanya, membenarkan ucapan Bima, "Iya, kau benar. Empat orang sisanya adalah kita sekarang yang harus menolong kita di beberapa waktu yang lalu."

Bima dan yang lainnya membutuhkan waktu untuk mencerna perkataan Lusi. 

"Iya benar ... iya benar! Ayo, kita tidak punya banyak waktu! Mereka sungguh-sungguh membutuhkan pertolongan kita," Lusi menarik tangan Robi agar segera bangun dari tempat duduknya, "pangeran aku membutuhkan cermin ajaib, bola ajaib, dan starla."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags