Beberapa waktu sebelumnya ....
Pangeran datang ke tempat Hesper dan para pengikutnya. Mereka semua sudah berkumpul menunggu dia. Senyum para makhluk yang sudah berbaris di kanan dan kirinya itu sangatlah memuakkan.
Langit begitu cerah. Cahaya matahari masih bersinar. Hesper memandang tak suka pada langit cerah yang terbentang di atasnya itu.
"Kau memang seorang ksatria, Pangeran," ucap Hesper menyambut pangeran yang baru saja tiba.
Pangeran berjalan dalam hening.
"Kau tahu, kita sama. Aku pun juga paling tidak suka di bohongi. Itu terlalu keji bagiku." Hesper terkekeh. Di ikuti dengan suara tawa dari makhluk-makhluk yang berada di sekitar meja persembahan.
"Ini memang keputusan yang tepat, oh, Pangeran." Hesper tahu bahwa pangeran tidak akan melawannya.
Serigala, makhluk raksasa dari Utara, para harimau menyeringai tajam melihat pangeran yang menuju meja persembahan. Dia datang atas kemauannya sendiri. Ini adalah permintaan pangeran untuk menyelamatkan Linda dan Leya.
Hesper tertawa menang. Dia melihat pangeran terbaring di atas meja yang telah di persiapkannya. Matanya di tutup dengan kain seadanya. Serigala menjadi tak sabar. Beberapa kali kakinya dihentak-hentakkan ke tanah.
Hesper menyeringai. Ia menatap pangeran, "Sudah waktunya."
Pangeran tetap diam tak bergerak di atas meja persembahan. Hingga beberapa detik kemudian, ia merasakan ada sesuatu seperti benda tajam yang segera menghujam jantungnya. Ia berteriak pelan untuk menahan rasa sakitnya, namun tak lama kemudian pangeran diam dan tak terdengar suaranya lagi.
Hesper merapatkan jari telunjuk dan jari tengahnya, kemudian meletakkannya pada bagian leher di samping tulang tenggorokan pangeran. Senyumnya merekah.
"Dia sudah mati," desis Hesper pada para pengikutnya yang ada di tempat itu, "mari tinggalkan makhluk ini."
Semua makhluk yang mengitari pangeran, tertawa senang. Mereka melihat tubuh yang berada di atas meja persembahan itu sudah tak bergerak.
Tiba-tiba langit menjadi gelap. Matahari berhenti memberikan sinarnya di negeri itu. Burung-burung tak lagi berkicau. Ikan-ikan tak lagi melompat ceria di aliran sungai yang dangkal. Semua menjadi suram kembali saat darah pangeran menjadi pengganti darah para pengkhianat.
Hesper tertawa senang. Ia menang. Betapa bodohnya mereka semua. Mereka tidak lagi memiliki pemimpin, kini semua yang berpihak pada pangeran yang telah mati itu akan segera menyusul sang pangeran ke alam baka. Hesper menatap penuh dengki pada pangeran, "Kau juga harus membayar untuk nyawa Serenity!"
Para manusia banteng, serigala, raksasa dari negeri utara, harimau, dan juga elang, telah siap untuk menghabisi para pengikut pangeran yang saat ini sedang bersembunyi di goa tak terlihat.
Hesper memberi perintah untuk segera berpencar mencari keberadaan para pengikut pangeran. Hera mengikuti pencarian yang dilakukan oleh para serigala. Tongkat sihirnya menyentuh ke segala arah.
Sementara di goa tak terlihat, nyonya Ros menarik napas yang panjang. Ia memejamkan mata. Ia tahu ini adalah pilihan yang terbaik. Ia telah mengambil keputusan dan tidak akan dirubahnya lagi. Ia membuka mantera persembunyian goanya.
Para serigala yang ada di sekelilingnya dapat mengendus keberadaan makhluk-makhluk yang berada di dalam goa.
"PERANGGGGGG!!!!" raung nyonya tua raksasa.
Para singa keluar menerjang para serigala. Mereka saling mencakar. Manusia banteng menarik makhluk namid dengan kasar dan membanting mereka ke tanah. Para raksasa saling menjatuhkan. Harimau mencengkeram manusia kuda. Elang berusaha mengalahkan rajawali.
Para orge melihat banyak dari bangsa namid yang telah mati karena serangan para manusia banteng. Para orge menyerang para manusia banteng yang masih mengejar bangsa namid. Bima dan Robi menghunuskan pedang mereka ke para lawan mereka.
Hera menarik jubah Leya. Ia mencengkeramkan cakarnya ke tubuh Leya. Leya kesakitan. Wanita berjubah ungu tua itu berusaha untuk melepaskan cakar yang sekarang sedang menancap pada tubuhnya dengan sekuat tenaga. Namun cakar-cakar Hera terlalu kuat untuk dilepaskan dari tubuhnya. Leya tidak dapat menahan rasa sakit akibat luka tusuk yang di sebabkan oleh Hera. Raung Leya memenuhi hutan yang dipenuhi oleh pepohonan tua dan rimbun itu. Leya berusaha untuk melepaskan dirinya dari Hera. Hera tersenyum menang. Leya mengerahkan seluruh kekuatannya, ia memegang tangan Hera dengan sangat kuat dan melepaskan cakar itu dari kulitnya. Beberapa darah menetes jatuh ke tanah. Para abdi setia Hesper ini kini saling berhadapan.
Hera menerjang Leya, sebelum wanita berjubah ungu tua itu berhasil memberikan perlawanan kepadanya. Cakarnya berhasil melukai tangan Leya dan membuat goresan panjang di kedua tangannya. Leya tak bisa berkutik lagi. Ia kehabisan banyak darah. Dengan kesulitan, Leya mengumpulkan tenaganya yang terakhir. Ia menggumamkan kata-kata seperti "VIVIKUM!!" dan sedetik kemudian Hera terlempar sangat tinggi, tinggi dan tinggi sekali, hingga tak terlihat di langit malam. Namun, tak lama kemudian, tubuh Hera mulai terlihat dari langit, dan dengan cepat menuju ke bawah dan ... Brukkk!!! Tubuh Hera terhempas ke tanah. Ia tidak bergerak lagi.
Jubah yang di gunakan Leya penuh dengan darah. Leya berusaha untuk bangun, namun kedua kakinya lunglai, matanya pun sudah tidak awas. Wanita berjubah ungu tua itu roboh dan tergeletak di tanah.
Lusi dan Linda masuk ke dalam kot ajaib itu. Mereka berdua mencari Hesper. Hesper sedang melawan nyonya tua raksasa. Tangan Hesper mengangkat tinggi-tinggi nyonya tua raksasa itu, dan menjatuhkannya ke tanah. Bummm!!! Nyonya tua sudah tidak bergerak lagi. Matanya menatap kosong ke langit malam.
Tanah di sekitar goa itu bergetar.
Lusi dan Linda melihat ke sekelilingnya. Ia melihat Leya dan nyonya tua raksasa itu sudah tergeletak di tanah. Mereka berdua sangat ketakutan.
Jumlah mereka sudah berkurang banyak.
Di sisi kanan mereka, para manusia kambing, manusia kuda, dan rajawali tergeletak tak bergerak di tanah. Mata mereka saling menatap dengan pandangan kosong. Kengerian semakin mencekam di negeri itu.
Lusi menyentuh kot ajaib itu, dan meminta permohonan. Dia menundukkan kepalanya. Dia harus percaya bala bantuan akan segera tiba.
Linda dan Lusi mendekati Hesper. Mereka hendak melemparkan batu bertuah itu ke dahi Hesper. Namun, sebelum mereka dapat melakukan itu, mereka berdua melihat Bima dan Robi menyerang Hesper dari arah berlawanan.
Hesper menengok ke arah mereka. Dia tertawa melihat usaha dari kedua manusia itu. Hesper berlari ke arah dua remaja ini dan membuang pedang di tangan mereka berdua. Dia mengangkat tinggi-tinggi kedua remaja itu, dan ....
"Oh tidak ...!!" Linda segera keluar dari kot ajaib itu dan menendang dengan sekuat tenaga kaki Hesper. Hesper melepas kedua remaja itu. Bima dan Robi jatuh ke tanah dengan bunyi bummm pada tanah di bawah mereka.
"Linda!!" pekik Lusi pelan.
Hesper tersenyum, ia mengetahui keberadaan Lusi. Ia mengangkat Linda ke atas dan melakukan hal yang sama terhadapnya. Bummm!!! Linda tergeletak jatuh ke tanah, tidak bergerak.
Linda!!!
Lusi menjauh dari Hesper yang kini mengejarnya. Sudah banyak yang berjatuhan di tanah. Lusi memandang sekelilingnya.
Hesper semakin mendekat. Lusi merasa Hesper akan segera dapat menemukannya.
"Kembalikan kot ajaibku!!" erang Hesper pada angin kosong yang ada di depannya.
Lusi mundur perlahan demi perlahan, ia tidak mau keberadaannya ketahuan oleh Hesper.
Krekkk ....
Ia menginjak ranting pohon yang ada di sebelahnya. Lusi menggigit bibirnya. Senyum Hesper mengembang cerah. Lusi membalikkan badan dan langsung berlari sejauh mungkin menghindari Hesper. Hesper meraung memanggil manusia itu. Ia melihat rumput-rumput tinggi bergoyang. Pria itu tahu bahwa manusia itu sedang melaluinya. Dengan secepat kilat, pria itu menerkam Lusi.
"Aaaa!!" teriak Lusi. Dia tertangkap oleh Hesper di balik kot ajaibnya.
"Lepaskan kot ini! Kot ini adalah milikku!!!!" perintah Hesper.
Lusi meronta. Ia tidak dapat lepas dari cengkeraman Hesper.
Tangan Hesper mencekik leher Lusi. Lusi tidak bisa bernapas. Kakinya menendang-nendang tubuh Hesper, agar pria besar menyeramkan itu segera menjauhinya. Namun gerakan kaki Lusi semakin lama, semakin melemah. Tangan Hesper terlalu kuat untuk tubuh kecil Lusi.
Mata Lusi hampir terpejam, sekilas ia melihat ada empat remaja dengan salah satu wajah mirip dengannya. Mereka membawa perlengkapan ajaib yang telah di mohonnya.
"Akhirnya mereka datang juga," ucapnya pelan.
Hesper menoleh ke arah datangnya keempat remaja itu.
Lusi yang berada di udara melemparkan bola ajaib ke wajah Hesper. Wajahnya kesakitan. Ia melepaskan Lusi.
Ia meraung karena wajahnya terkena lemparan bola dari tangan Lusi.
Bola itu di tangkap oleh Bima. Bima melemparkan bola itu pada makhluk-makhluk raksasa yang sedang mengepung seekor singa. Makhluk-makhluk raksasa itu rebah ke tanah.
Bola di tangkap oleh Linda. Linda melemparkan bola itu pada Hesper. Makhluk besar itu terjatuh lagi.
Bola itu segera ditangkap oleh Robi, yang sekali lagi melemparkan bola itu ke arah Hesper. Hesper menekukkan kedua kakinya ke tanah.
Bola di tangkap kembali oleh Lusi, dan ia melemparkan nya pada makhluk-makhluk raksasa yang sedang mengepung makhluk orge.
Sesaat kemudian makhluk-makhluk raksasa itu rebah di tanah.
Hesper berusaha berdiri lagi, ia melihat siapa keempat remaja yang telah menggagalkan rencananya.
Ia terkejut bahwa mereka berempat adalah orang-orang yang sudah mati, kecuali yang memakai kot itu. Dua laki-laki, satu perempuan yang sudah tergeletak di tanah dan satu perempuan tak kelihatan yang kini sedang menghindari kejarannya.
Lusi yang berada di tanah, memanfaatkan keadaan ini. Dengan sekuat tenaga ia bangkit. Ia mengambil batu bertuah itu dari dalam kantongnya, dan segera menyusul langkah Hesper.
Ia berdiri di depan Hesper yang sedang mengacungkan pedangnya pada keempat remaja yang berada di udara. Ada bagian tak terlindungi pada wajah Hesper. Bagian itu adalah dahinya.
Lusi menarik tangannya ke luar kot ajaib itu, dan dengan penuh kekuatan ia melemparkan batu bertuah itu tepat pada dahi Hesper, sang penguasa kegelapan di negeri malam Qirollik.
Hesper menatap tangan yang terlihat milik Lusi. Ia tersenyum melihat betapa bodohnya menusia itu. Namun, hanya dalam sepersekian detik kemudian, ada sebuah batu bertuah yang sudah mengenai dahinya. Batu bertuah itu jatuh ke tanah dari dahinya yang besar dan diikuti dengan jatuhnya tubuh besar itu. Hesper jatuh ke tanah. Bummm!!! Ia roboh. Badannya tidak bergerak lagi.
Si penguasa kegelapan itu telah tumbang.
Lusi bergegas mengambil batu bertuah milik pangeran yang jatuh di depan kaki Hesper.
Ia mengantongi batu bertuah itu ke dalam sakunya.
Para serigala, raksasa-raksasa dari Utara, harimau menghentikan perkelahiannya, musuh mereka telah tumbang semua. Mereka melihat Hesper yang telah tergeletak di tanah.
Lusi, Robi, Bima dan Linda yang sedang melayang di udara itu dengan bantuan para starla turun ke tanah menemui Lusi masa kini.
Lusi keluar dari kot ajaibnya. Ia menatap sedih pada semua teman-temannya yang tergeletak tak bergerak lagi di tanah.
"Akhirnya kalian datang juga." Lusi terlihat sangat letih. Lututnya lemas melihat perang sungguhan terjadi di depannya.
"Maaf, kami terlambat," ujar Lusi masa depan.
"Tidak, kalian sangat tepat waktu. Tanpa kalian aku juga akan tumbang. Dan tak dapat mengalahkan si Hesper ini."
"Tak masalah," ucap Robi.
"Waktumu tak banyak," Linda memburu Lusi, "cepatlah. Dan ingat setelah pertempuran selesai, kalian harus segera ke masa ini untuk menolong dirimu sendiri di masa ini."
"Bagaimana aku bisa kembali ke masa ini lagi dan menolong diriku sendiri?" tanya Lusi tak mengerti.
"Kau harus mencari cermin ajaib, bebaskan semua tawanan yang telah terjebak di cermin ajaib. Kemudian cermin ajaib dapat kalian jadikan sebagai transportasi waktu. Segeralah menolong dirimu dan yang lain!"
Lusi mengangguk paham. Ia berjanji setelah ini, ia dan teman-temannya akan datang kembali ke masa ini dan menolong mereka semua.
"Sekarang apa yang harus ku lakukan?" tanya Lusi melihat ke sekelilingnya. Semua telah tumbang.
"Segera pergilah menuju pangeran," ucap Robi, "letakkan kot ajaib itu dan batu bertuah ke atas tubuh pangeran. Semua akan terjadi sesuai dengan ramalan, kau tahu?"
Lusi mengangkat bahunya, "Aku tidak tahu."
"Darah tak bersalah yang tercurah yang telah terpilih oleh kot ajaib. Kot ajaib, serta batu bertuah. Apabila semua di satukan, akan membuat pembalikkan." jawab Robi masa depan memberitahu.
"Kami tidak memiliki banyak waktu. Lubang penghubung antara waktu kami dan waktu ini semakin sempit. Kami harus segera kembali." Bima meyakinkan Lusi untuk segera melakukan apa yang harus di lakukannya, secepat mungkin.
"Kami harus cepat," ucap Linda, "aku yakin kau pasti bisa. Kau selalu dapat di andalkan, Adikku tersayang. Aku bangga padamu." Linda mengusap air mata yang menetes di wajahnya.
"Cepat, lobang hitam itu akan segera menutup jalan pulang kita!" teriak Teofa.
"Hati-hati, Lusi," Bima berpamitan kepada Lusi, "cepat pergi pada pangeran, dia ada di tengah hutan. Mari, Teofa. Kita sudah tidak punya banyak waktu."
Mereka semua terbang ke langit, di tengah kegelapan malam.
Lusi harus pergi ke tengah hutan lagi. Dia berlari meninggalkan medan pertempuran. Dia mengenakan kot ajaibnya.
Serigala mengejarnya dengan sangat cepat. Lusi menoleh ke belakang. Starla mengangkatnya ke langit malam. Serigala mengendus-endus keberadaannya. Harimau menerjang tempat Lusi semula berjalan. Namun harimau hanya menyerang angin yang ada di depannya.
Lusi tahu bahwa starla telah mengangkatnya.
"Diam. Jangan berbicara," Vlademir menasehatkan Lusi dengan sangat pelan.
Mereka berdua terbang di langit malam yang gelap. Lusi lagi-lagi merasakan angin menerpa tubuhnya dalam kegelapan malam. Meskipun bintang-bintang bertebaran di langit luas yang terhampar di atasnya, namun ia merasakan kesedihan untuk negeri Malam ini. Baru sebentar rakyat merasakan matahari bersinar, namun kini matahari sudah tidak ada lagi. Lusi harus bersyukur, bila di dunianya matahari masih selalu setia bersinar setiap pagi. Membawa pengharapan baru. Mengubur setiap kegagalan dan kesedihan yang terjadi dalam satu hari. Memberikan harapan di keesokan harinya.
Tidak seperti negeri ini. Matahari tidak pernah bersinar. Tidak pernah ada harapan baru yang ditawarkan di bawah kolong langit negeri ini.
Jauh di bawah sana, para raksasa berjalan dengan sangat cepat menuju kediaman pangeran.
Starla tahu tempat pangeran terbaring.
Dengan melesat, Vlademir menerbangkan Lusi ke tempat pangeran terbaring, lebih dulu daripada makhluk yang lain.
"Lusi setelah kau berada di tempat itu, tanpa berbicara sepatah kata pun, berjanjilah untuk langsung meletakkan kot ajaib itu di atas tubuh pangeran."
"Ya," Lusi menyanggupi permintaan dari Vlademir.
Sebentar lagi mereka akan sampai. Lusi melihat pangeran dari kejauhan tempatnya berada. Vlademir melaju secepat mungkin, menembus angin malam yang dingin.
Lusi melihat tubuh pangeran terbaring di atas meja persembahan. Starla meletakan Lusi ke tanah. Tanpa banyak bicara seperi yang di perintahkan, Lusi membuka kot ajaib yang di gunakannya ke atas tubuh pangeran. Perempuan itu mengambil batu bertuah yang ada di sakunya, dan meletakannya juga di atas tubuh pangeran. Di sekitar meja persembahan itu, mengalir darah pangeran, darah tak bersalah yang telah dipilih oleh kot ajaib.
Ia mengingat apa yang dikatakan empat orang asing lainnya dari masa depan. Ramalan akan segera terjadi, apabila ada darah tak bersalah jatuh ke tanah, kot ajaib dan batu bertuah bertemu bersama. Tiba-tiba, tubuh pangeran bergerak. Pangeran menggerakan jari-jari pada tangannya. Lusi senang sekali. Pangeran membuka matanya. Ia hidup.
Tiba-tiba terjadi hal seperi ini, matahari terbuka secara perlahan menyinari negeri Malam, negeri Qirollik. Burung-burung bersinar. Suara percikan air bergemericik, ketika air membentur batuan besar di depannya, tanda pagi menjelang.
"Sudah berapa lama ini semua terjadi?" tanya pangeran berusaha untuk duduk.
"Kira-kira dua jam," Lusi memberitahu pangeran, "para serigala, raksasa dan makhluk lainnya sedang menuju tempat ini."
Lusi tertunduk sedih, "Mereka yang ada di medan pertempuran, semuanya mati. Linda mati. Robi mati. Bima mati. Leya mati. Nyonya tua raksasa mati. Hanya aku yang masih selamat, karena kedatangan empat orang asing seperti yang di ramalkan oleh para leluhur di sini. Empat orang asing lainnya telah datang dan menolongku untuk mengalahkan Hesper!"
"Lusi, terima kasih," ucap Pangeran.
"Sudah selayaknya kami berbuat seperti ini. Kau telah korbankan dirimu untuk kakakku. Terima kasih." Lusi menengok cemas ke arah belakangnya, "Mereka akan segera tiba di tempat ini."
"Baik, mari kita lawan mereka." Pangeran dengan gagah berani siap sedia untuk pertarungan ini.
Pangeran menyentuhkan tangannya ke kot ajaib yang di pegang Lusi, dia memohon sebuah pedang. Seketika pedang segera muncul di depannya. Pangeran mengambil pedang itu dan menyambut para anak buah Hesper yang masih tersisa.
Harimau datang ke tempat itu, andai saja tadi dia langsung memakan tubuh pangeran yang sudah terbaring tak berdaya di meja persembahan itu, pasti saat ini pangeran tidak bisa menolong Lusi untuk menyelamatkan negeri Qirollik.
Dengan aumannya yang sangat keras, harimau itu menyerang pangeran. Pedang pangeran teracung ke depan. Ia bertarung melawan harimau. Lusi memohon pedang juga. Muncul pedang di depannya. Serigala datang dan menerjang tubuh Lusi. Ia segera mendorong tubuh serigala itu jauh dari tempatnya berada, serigala itu terjatuh beberapa meter darinya. Lusi bangun dan berlari ke arah serigala itu. Pedangnya terhunus, ia siap untuk menancapkannya ke tubuh serigala itu.
Namun serigala itu bangun lebih cepat daripada kehadiran Lusi dengan pedangnya. Dari arah belakang serigala, muncul serigala lainnya menerjang Lusi. Pangeran dan Lusi di kepung oleh para raksasa, serigala, dan harimau yang masih tersisa dari pertempuran pertama.
Siapa yang belum mengenal pangeran, mungkin tidak mengetahui bahwa pangeran adalah petarung yang handal. Ia mengarahkan pedang itu ke arah raksasa. Dan dalam hitungan detik berikutnya, ia menumbangkan raksasa itu, dan bertarung melawan yang lain. Lusi bangkit berdiri dari terjangan serigala. Serigala itu mencakar wajahnya. Dengan tenaga yang masih tersisa, ia mendorong serigala itu sampai makhluk itu terkapar di tanah. Ia berlari menuju serigala yang terkapar itu dan menusukkan pedang ke tubuh serigala itu. Lusi menarik pedang itu keluar dari tubuh serigala. Serigala itu tergeletak tak bergerak di tanah. Masih ada tiga serigala, dan satu raksasa lagi. Lusi mengarahkan pedangnya ke serigala kedua dan ketiga. Dari belakang tubuh pangeran, raksasa besar menyerang pangeran. Pangeran membalikkan tubuhnya dan menghunuskan pedangnya ke tubuh raksasa itu. Raksasa itu tumbang tak berdaya di depan pangeran.