Read More >>"> Moira (#Special Chapter Mimpi Lucas 2.0) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

 

.

.

.

Suara asing di tengah kegelapan pandangannya membuat Lucas seperti terbangun dari kelelahan dan menemukan dirinya di tempat yang sangat gelap.

Suara itu kembali terdengar, “Kau benar-benar ingin menemukannya?”

“Siapa kau?”

“Tidak perlu tahu siapa aku, tapi yang harus kau tahu, satu-satunya yang bisa membantumu hanya aku. Kutanya sekali lagi, kau ingin menemukannya? Perempuan yang dipanggil Diana di dunia ini? Sang Ratumu?”

Lucas tertegun mendengar suara asing itu. Ia masih curiga tapi di sisi lain, hanya itu pilihan yang ia punya.

“Hmm.”

“Aku bisa membawanya kembali padamu, tapi ada beberapa hal yang harus kau penuhi.”

“Katakan.”

“Kau tidak akan menemukannya dalam waktu dekat, setidaknya sampai dua ratus tahun.”

“Omong kosong.”

“Tolong jangan menyela. Kau tahu sendiri seberapa kotor tanganmu bukan?”

Ini merujuk pada semua dosa Lucas sebelumnya.

“Kau melukai satu-satunya orang yang mencintaimu dengan tulus. Jadi dengar dan percayalah.” Suara asing itu kembali terdengar, “Untuk membawa mahkota yang sangat suci dan mulia, tanganmu terlebih dulu harus bersih. Kau tidak mau mahkota itu ternodai olehmu, kan? Jadi untuk membersihkan tanganmu, kau harus menunggunya dua ratus tahun, aku tidak menjamin apakah akan lebih lama dari itu. Tergantung bagaimana kutukannya mereda.”

Ia melanjutkan, “Setelah kau menemukannya, maka buatlah seolah-olah perempuan itu yang menemukanmu, tapi, karena kutukan yang ia tanam terlalu kuat, rasa sakitnya membelenggu jiwamu, sehingga ketika kau bisa membawanya kembali, ingatan kalian berdua akan hilang.”

“Tunggu! Setelah waktu yang panjang dan aku masih tidak bisa membawanya dengan utuh?”

“Hei! Yang bisa kau lakukan hanya membawanya kembali dan memulai semuanya dari nol.”

“Dan aku bisa menyakitinya kembali?”

“Kali ini, separuh ingatan di dunia asalnya akan kubawa sebagai senjatanya menghadapimu. Kemudian, cinta yang tulus akan membawanya pulang padamu, dan sadar atau tidak, kau akan mengharapkan kepulangannya. Lagipula, apa yang akan terjadi jika kau kembali lagi ke awal dan masih membawa penderitaan dua ratus tahunmu itu? Bukankah lebih mudah untuk menulis ulang di kertas yang baru?”

Lucas tidak kembali menjawab, ia memikirkan apa yang dikatakan suara asing itu. Setelah menimbang-nimbang, satu-satunya pilihan yang ia punya harus bekerja lebih baik daripada tidak sama sekali. Lagipula, keinginan besar untuk menemukan Diana jauh di atas segalanya.

“Baiklah. Katakan apa yang harus aku lakukan.”

“Kau hanya tinggal menunggu sampai kau menutup mata. Biarkan semua berjalan secara otomatis.” Suara asing itu semakin menjauh. “Oh, selama periode itu, mungkin kau akan memilih untuk bunuh diri karena terlalu menyakitkan, tapi penderitaan itu tidak akan pernah hilang. Bertahanlah. Aku doakan yang terbaik untukmu.”

 

**</3**

 

Saat itu dunia belum dikejutkan dengan perang yang panjang dan dingin. Penduduk dunia hanya mengandalkan alam untuk bertahan hidup. Laki-laki kurus yang memegang setumpuk koran mencoba menghangatkan dirinya di tepi jalan yang ramai. Salju turun sepanjang minggu ini, dan untuk orang yang tidak punya tempat tinggal, jalanan yang ramai dekat lampu minyak adalah tempat paling hangat.

“Mimosa! Mimosa! Tunggu!”

“Kita tidak bisa menunggu, pertunjukan jalanannya akan segera di mulai.”

Dari sebrang laki-laki itu, seorang perempuan dengan gaun paling mencolok sedang menunggu kereta melintas di depannya dan akan menyebrang. Laki-laki itu sangat mengenal wajah perempuan itu. Segera ia bangkit dan menjatuhkan koran yang sejak tadi ia peluk. Berjalan ke sisi jalan yang lain sambil menunggu kereta melintas di depannya.

Perempuan itu berlari menyebrangi jalanan dengan riang, begitu pula dengan laki-laki yang kondisinya jauh mengerikan jika dibandingkan perempuan itu. Lalu tanpa diduga, kereta berjalan kencang tanpa arah yang jelas hingga membuat orang-orang terpaksa menepi, tapi perempuan itu tidak melihatnya, dan ia berakhir terpental tepat di depan mata laki-laki yang selangkah lagi menggapainya.

“Mimosa!!!”

“Diana!!!”

Lucas terlonjak kaget dan bangun dari tidurnya, itu kenangan Diana lima puluh tahun yang lalu. Benar kata suara asing itu, sudah dua kali ia mati dan hidup dalam waktu yang berbeda. Tapi rasa sakit di hatinya tidak pernah hilang bahkan oleh kematian itu sendiri. Kutukan yang diberikan Diana memang menyiksanya, tapi itu bukan kutukan biasa, dua kali ia melihat perempuan itu mati di depan matanya. Suara asing itu membuatnya kembali teringat, untuk membawa Diana kembali, setidaknya ia harus menanggung luka dua ratus tahun di dunia.

“Sersan! Para perawat sudah tiba.”

“Aku akan memimpin mereka menuju barak merpati. Berbahaya bagi mereka.”

Dengan diikuti prajuritnya, Lucas menuntun para perawat itu ke sebuah kemah di dalam hutan, diantaranya ada seorang perempuan yang sangat ia kenal dan rindukan. Kali ini Lucas harus menahan langkahnya untuk mendekati perempuan itu. Apalagi keadaan mereka tidak mendukung untuk banyak berbicara dan santai.

Tapi, mereka berdua seperti dipertemukan untuk kembali dipisahkan. Begitu para perawat selesai menangani prajurit yang terluka, suara gaduh dan mengerikan, senjata dan teriakan prajurit lain menghantui mereka sesore ini. Lucas dengan cekatan mengatur strategi dan memprioritaskan keselamatan para perawat. Hanya saja ia tidak menyadari peluru sudah berterbangan di udara dan siap meledak di tubuh orang-orang itu. Beberapa tembakan mengarah padanya, tapi yang ada di hadapannya adalah tubuh perempuan dan semburan darah disertai tembakan beruntun ke tubuhnya. Wajah perempuan itu terlihat menahan sakit yang kentara.

Setelah tubuhnya kehilangan keseimbangan, Lucas menangkapnya. “Tolong, Diana! Tolong aku! Tolong berhenti menyiksaku! DIANA! BERHENTILAH! KUMOHON HENTIKAN SEMUA INI! CUKUP DIANA!!! AKU TIDAK BISA MENANGGUNGNYA LAGI!!!”

Itu adalah luka yang tidak pernah sembuh bahkan di dunia maupun akhirat, surga dan neraka seolah enggan memberikannya keringanan atau sapuan kecil pada beberapa bagian di hatinya. Kematian dan kehidupan, sesak dan bernafas baginya tidak pernah ada bedanya. Yang ia tahu rasa di dunia ini hanyalah sakit yang tak berujung.

Ia tak pernah merasa sakit ketika terhantam benda setajam apapun yang mengoyak daging dan tulangnya dibandingkan berulang kali melihat Diana mati di hadapannya. Itu adalah neraka baginya, keabadian yang mengutuknya sampai kematian sendirilah yang ia harapkan paling tinggi.

Tapi, bahkan kematian pun tak ingin membawanya pulang.

“Gue setuju buat approve naskah lo karena lo bilang bakal ada sekuelnya, tapi berulang kali gue baca dan kayaknya gak ada tanda-tanda perempuan itu tetap hidup?”

Lucas menyeruput kopi hitamnya, “Dia gak mati.”

“Dia memalsukan kematiannya?”

“Bukan.”

“Terus?”

“Masih rahasia.”

“Hei! Jangan bilang lo nipu gue?”

Tapi Lucas tak menjawab.

“Oke! Gak usah ngomongin soal sekuel. Sekarang yang paling penting, lo mau ya promosiin buku yang sekarang? Gue yakin kali ini pun novel ini bakal masuk National’s Best Seller. Apalagi sekarang lo nyiksa pembaca dengan kematian si perempuan yang tidak bersalah.”

“Udah dibilang identitas gue gak mau sampai terbongkar.”

“Semua orang nyariin sosok lo di internet. Dan lo masih gak mau nunjukin diri? Lo yakin bukan buronan, kan?”

Lucas melihat jam tangannya, sudah waktunya ia untuk pergi lagi. “Gue pergi sekarang, gue masuk sebentar lagi.”

“Jawab gue dulu! Lagian ngapain sih lo kerja di kafe? Duit lo numpuk loh!”

Ini bukunya yang kedelapan. Lucas merahasiakan identitasnya sebagai penulis. Ia tidak pernah pintar berinteraksi dengan manusia, ditambah, alasannya hidup bukan untuk ini.

Lonceng nyaring menyeruak di dalam kafe tempat ia bekerja. Pengunjungnya tidak terlalu banyak, tapi di belakang meja barista, para staf selalu kehilangan waktu untuk duduk.

“Selamat datang selamat si—“

Lucas ikut mematung ketika perempuan itu menyapanya seolah ia adalah pengunjung. Perempuan ceplas ceplos yang selalu mengikat rambutnya seperti ekor kuda itu mengerjapkan matanya lalu tersenyum ringan dan menyapa ‘rekan kerja pendiamnya’ itu.

“Nan…”

“Tia—“

“Tiara!!! Sirup mangganya abis, udah dibilangin ih!”

“Dibilangin ada di kulkas belakang, astaga! Pake mata bukan mulut nyarinya woy!”

Selalu seperti itu, perempuan yang menyapanya dengan tawa ringan itu tidak pernah banyak berbicara dengannya. Lucas hanya bisa melihat punggung perempuan yang lebih tegap dari sebelumnya itu kembali menjauh, meski sekarang tidak terlalu jauh.

 

**</3**

 

Yang ada dihadapannya bukan lagi sesuatu yang aneh dan asing. Mimpinya barusan seperti lama dan nyata, tapi matahari belum sepenuhnya tenggelam. Ruangan yang beraroma manis mawar dan begonia, juga sedikit kayu cendana yang basah. Meja dengan tumpukan kertas-kertas yang tidak tertata, juga karpet yang melapisi set sofa di hadapannya.

Kepalanya sejenak terasa berat, hatinya bergemuruh menginginkan sosok yang ia rindukan begitu sangat.

“Diana,” katanya lirih.

Lucas menuruni tangga dan menemukan Diana sedang berjongkok di ambang jendela kamarnya. Melihat ke atas dengan lamunan yang membingungkan juga mulut yang sedikit terbuka.

“Diana…”

Tidak ada jawaban dari perempuan itu.

“Diana...” Sekali lagi Lucas memanggilnya.

Perempuan itu masih memandangi langit setengah sore yang lembut.

Lucas ragu-ragu, ia bergumam, “Tiara.”

Diana menolah dan menemukan Lucas sudah ada di kamarnya. “Oh, Lucas, ada apa?”

Ia berdiri dan dengan ringan berjalan ke arahnya dengan senyuman di wajahnya. “Pekerjaanmu sudah selesai? Cepet juga.”

Alih-alih menjawab pertanyaan Diana, Lucas justru menarik tubuh perempuan itu dan memenjarakannya dalam pelukan. Tubuhnya sedikit bergetar, ketakutan jika sosok ini menjadi salah satu dari mimpi buruknya.

“Kenapa? Kau sakit? Atau ada yang mengganggumu lagi? Siapa?! Katakan siapa?! Akan kujambak rambut—“

“Aku hanya merindukanmu.”

“Hah?”

“Aku melihatmu, aku mencintaimu, aku menginginkanmu… Aku menemukanmu dan ditemukan…”

Diana menepuk pelan punggung tegap kekasihnya itu, sedikit cemas dan geli. Tidak biasanya Lucas berbicara seperti meratapi dan memohon seolah hidupnya akan berakhir.

“Aku tidak kemana-mana. Aku juga… mencintaimu…”

“Jangan kemana-mana.”

“Tidak kemana-mana.”

“Aku sangat mencintaimu.”

“Aku tahu itu.”

“Aku ingin memelukmu, selamanya.”

“Hahaha… kalau selamanya, tubuhku bisa kesemutan. Sudah, sudah, pasti itu cuma mimpi buruk. Jangan dibahas lagi, kau sekarang bersamaku, kan?”

Diana hanya menebak mungkin Lucas hanya terbangun dari mimpinya yang tidak menyenangkan. Ia bisa apa selain memberikan kenyamanan pada kekasihnya itu.

Lalu, semangkuk baso dan es campur dikhayalannya tadi jadi tidak begitu berarti dibandingkan pelukan dan suara manis Lucas yang seperti ini.

Di musim panas, yang bisa menyegarkan Diana mungkin hanya seorang Lucas.

 

 

Teruntuk,

Korelasi yang selalu tepat dengan Bandung

 

Tidur yang lelap dan nyaman. Aku pernah mencintaimu dengan sebenar-benarnya, dan melepasmu dengan seikhlas-ikhlasnya.

 

Dari Bandung,

Aku yang sesekali akan merindukanmu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Aranka
3546      1240     6     
Inspirational
Aranka lebih dari sebuah nama. Nama yang membuat iri siapa pun yang mendengarnya. Aland Aranka terlahir dengan nama tersebut, nama dari keluarga konglomerat yang sangat berkuasa. Namun siapa sangka, di balik kemasyhuran nama tersebut, tersimpan berbagai rahasia gelap...
Gray Paper
489      263     2     
Short Story
Cinta pertama, cinta manis yang tak terlupakan. Tapi apa yang akan kamu lakukan jika cinta itu berlabuh pada orang yang tidak seharusnya? Akankah cinta itu kau simpan hingga ke liang lahat?
In the Name of Love
630      374     1     
Short Story
Kita saling mencintai dan kita terjebak akan lingkaran cinta menyakitkan. Semua yang kita lakukan tentu saja atas nama cinta
Dramatisasi Kata Kembali
634      312     0     
Short Story
Alvin menemukan dirinya masuk dalam sebuah permainan penuh pertanyaan. Seorang wanita yang tak pernah ia kenal menemuinya di sebuah pagi dingin yang menjemukan. \"Ada dalang di balik permainan ini,\" pikirnya.
A D I E U
1780      651     4     
Romance
Kehilangan. Aku selalu saja terjebak masa lalu yang memuakkan. Perpisahan. Aku selalu saja menjadi korban dari permainan cinta. Hingga akhirnya selamat tinggal menjadi kata tersisa. Aku memutuskan untuk mematikan rasa.
Sweetest Thing
1581      858     0     
Romance
Adinda Anandari Hanindito "Dinda, kamu seperti es krim. Manis tapi dingin" R-
Mawar Putih
1372      711     3     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Mimpi Membawaku Kembali Bersamamu
556      386     4     
Short Story
Aku akan menceritakan tentang kisahku yang bertemu dengan seorang lelaki melalui mimpi dan lelaki itu membuatku jatuh cinta padanya. Kuharap cerita ini tidak membosankan.
When I\'m With You (I Have Fun)
586      327     0     
Short Story
They said first impression is the key of a success relationship, but maybe sometimes it\'s not. That\'s what Miles felt upon discovering a hidden cafe far from her city, along with a grumpy man she met there.
When You Reach Me
6156      1739     3     
Romance
"is it possible to be in love with someone you've never met?" alternatively; in which a boy and a girl connect through a series of letters. [] Dengan sifatnya yang kelewat pemarah dan emosional, Giana tidak pernah memiliki banyak teman seumur hidupnya--dengan segelintir anak laki-laki di sekolahnya sebagai pengecualian, Giana selalu dikucilkan dan ditakuti oleh teman-teman seba...