.
.
.
“…”
.
.
.
Membuat Diana marah menjadi hobi baruku, aku tidak tahu sudah berapa lama kebiasaan ini muncul, tapi setiap hal yang membuatnya kesal memberikan sedikit hiburan di tengah-tengah waktuku yang padat. Contohnya saja saat aku menggantikan tugas mengurus istana yang semula dikerjakan Nyonya Olivia kemudian diganti oleh Diana.
Ia mengejarku dan memprotes keputusan yang kubuat. Pengurus Istana adalah posisi penting yang memang seharusnya dipegang oleh seorang ratu, tapi beberapa hal terjadi dan Nyonya Olivia sendirilah yang memegang tugas itu, sampai beberapa menit yang lalu. Perempuan di daratan Xavier sangat menginginkan posisi Diana sebagai ratu, termasuk menjadi Pengurus Istana karena bisa memberikan banyak keuntungan, salah satunya relasi dengan kerajaan dan bangsawan di luar Kerajaan Xavier. Diana yang berbeda seperti itu terlalu sulit aku jabarkan.
“Kau juga protes?”
“Iyalah, kau pikir untuk apa aku mengejarmu?”
“Aku menyuruhmu menjadi pengurus istana agar aku bisa memantau gerak-gerikmu.”
“Apa maksudmu?”
“Aku tahu ada seseorang yang berusaha mencelakaiku, dan kau satu-satunya orang yang paling aku curigai. Jadi, selagi aku mencari tahu siapa pelakunya, lakukan tugasmu itu dan buat aku percaya jika kau tidak berusaha untuk mencelakaiku.”
"WAHHH"
BUGGG!!!
Diana memukul lenganku yang sebelumnya ia tangkap. Wajahnya sarat akan kemarahan yang kentara.
“Seumur hidup aku tidak pernah mengenal orang paling menyebalkan sepertimu. Penjarakan saja aku sekalian!!!”
Kemudian ia pergi meninggalkanku dan tak berapa lama sepatu yang dikenakannya terlepas dan ia melemparnya ke dinding. Hmm… sikap Diana yang seperti itulah yang membuatku semakin tertarik padanya. Berani juga ia memukul seorang raja.
**
Cecilia bertugas sebagai asistenku, tapi pekerjaanku sama sekali tidak terasa ringan. Ada saja alasan yang dibuat perempuan itu ketika aku meminta laporan-laporan yang dikerjakannya. Kalau saja aku tahu pasti siapa yang berpihak pada Keluarga Barton, sudah sejak lama aku menendang perempuan ini dari istana. Teman masa kecil yang tidak berguna sama sekali, di usianya yang sama dengan Diana, dia tidak menunjukkan sikap yang dewasa. Merepotkan sekali melihatnya di sekitarku.
“Bibi sepertinya kecewa karena kau mencabut wewenangnya.”
“Nyonya Olivia sibuk menemani Tuan Daniel dinas di luar istana, bukan?”
“Iya, tapi aku yakin Bibi masih bisa menangani istana ini juga. Mengurusi istana adalah pekerjaan paling ia sukai.”
“Kalau kau datang padaku hanya untuk mengeluh, sebaiknya kau selesaikan pekerjaanmu.”
“Kau ini sejak dulu dingin sekali, Lucas. Aku kemari hanya ingin berbicara denganmu. Belakangan Paman dan Bibi sering mengunjungi Perbatasan Timur, aku jadi kesepian.”
Ekor mataku menangkap gerak-gerik Cecilia di ruang kerjaku, “Kenapa Tuan Daniel pergi ke sana?”
“Aku tidak tahu pasti, tapi sepertinya Komandan Pasukan Pusat ingin memberi wewenang kepada Paman untuk mengisi posisi Komandan Perbatasan Timur yang kosong.”
“Hmm…”
“Paman sepertinya senang dengan rencana Komandan Pasukan Pusat, bagaimana menurutmu?”
“Aku hanya memberikan persetujuan selama setiap Komandan Pasukan menyetujuinya.”
“Kenapa ada brosur ini di mejamu?” Cecilia mengambil selembar brosur yang diberikan Michael beberapa saat lalu.
“Aku hanya sedang melihat-lihat.”
“Ini kan dari toko pakaian paling terkenal di Kerajaan Xavier. Perancangnya sering membuat pakaian terbatas dan berbeda-beda di setiap musim. Aku sendiri bahkan sering kehabisan.”
**
Keluarga Cadis akan datang beberapa hari lagi, Diana yang sudah kutugaskan untuk menyiapkan kedatangan Keluarga Cadis pun terlihat menikmati pekerjaannya sekarang. Tidak seperti saat pertama kali aku memintanya, ia terlihat ingin membunuhku dan beberapa kali mengabaikanku, meskipun Diana yang sekarang memang selalu mengabaikanku.
“Seperti yang dikatakan Nona Cecilia, Komandan Thomas merekomendasikan Tuan Daniel untuk mengisi kekosongan Komandan Perbatasan Timur,” jelas Alpha. “Ada berita yang beredar jika sebenarnya Komandan Thomas tidak terlalu senang diikuti terus oleh Tuan Daniel.”
“Kenapa?”
“Sepertinya Tuan Daniel tidak banyak membantu Pasukan Pusat, rumor yang diam-diam disebar soal mata-mata di Pasukan Pusat membuat Komandan Thomas menyeleksi kembali anggota-anggotanya, dan sepertinya ia juga curiga dengan Tuan Daniel.”
“Apa mungkin Thomas berada di pihak kita?”
“Saya harus memastikannya lagi.”
“Kalau begitu lakukan saja. Lalu bagaimana dengan Sang Ratu? Apa ada hal yang mencurigakan akhir-akhir ini?”
“Sejauh ini tidak ada Yang Mulia. Setelah pertemuan dengan Keluarga Cadis, Yang Mulia Ratu akan menjenguk Nyonya Besar kembali.”
“Apa kondisi Nyonya Besar kurang baik?”
“Sepertinya begitu.”
“Jaga Sang Ratu selama di perjalanan. Dan jangan pulang terlalu petang seperti waktu itu.”
Tidak ada jawaban dari Alpha. Mataku yang memandangi laporan yang diberikan Diana itu pun dengan terpaksa melihat ke arah Alpha.
“Ada apa?” tanyaku.
“Akhir-akhir ini Anda selalu memperhatikan Yang Mulia Ratu. Semenjak ia jatuh dari tangga…”
“Kau sadar jika ada yang berubah dari Diana?”
Alpha tersenyum, tanpa menatapku ia tersenyum. Seolah ia sedang membangun khayalan tentang Diana. “Saya sangat menyadarinya.”
“Bagian itulah yang membuatku tertarik padanya. Setelah ia terjatuh dari tangga, Sang Ratu seperti bangkit dari tidurnya lalu menunjukkan taring yang selama ini ia sembunyikan.”
Senyuman Alpha tiba-tiba memudar lalu menatap langsung ke arahku, “Anda pernah mengatakan jika Yang Mulia Ratu tidak akan dilibatkan dalam masalah istana.”
“Memang benar aku tidak melibatkan Diana dalam masalahku, aku hanya memberikan segala hal yang sudah seharusnya dimiliki oleh seorang ratu.”
“Saya mengatakan ini sebagai teman masa kecil Yang Mulia Ratu. Sejak dulu, Yang Mulia Ratu tidak pernah ikut campur ke dalam masalah para kepala bangsawan atau masalah-masalah politik lainnya. Jadi saya harap Yang Mulia tidak terlalu menarik Yang Mulia Ratu ke dalam masalah tersebut, saya tidak yakin Yang Mulia Ratu bisa menahan semua itu.”
“Aku tidak pernah peduli soal jabatan kita, Alpha. Kau satu-satunya orang yang selalu ada di sampingku dalam keadaan apapun. Aku juga tidak mempermasalahkan bagaimana ketidak sopananmu sebagai seorang ksatria. Aku pun mengatakan ini sebagai suaminya, meskipun kami berdua tidak begitu lama saling mengenal, Diana bisa menjadi sosok ratu yang hebat untuk kerajaan ini, dan aku yakin perempuan itu mampu melakukannya.”
“Saya tidak akan tinggal diam jika sesuatu terjadi pada Yang Mulia Ratu.”
“Kau pikir aku akan diam saja jika Diana dalam bahaya? Kau lupa raja yang sekarang sudah mengambil berapa ratus nyawa?”
**
Aku menunggu Diana di ruang makan, tak lama ia membuka pintu dengan kasarnya. Penampilannya seperti Diana yang dulu, napasnya tersenggal dan matanya berkilat tajam melihat ke arahku.
“Kau gila ya?!” Diana yang menyeramkan akhirnya muncul. Berbeda sekali dengan penampilannya yang sangat anggun.
“Ada apa denganmu?” tanyaku tidak mengerti.
“Kau mendadak memintaku untuk bertemu dengan Keluarga Cadis?”
“Aku memintamu beberapa jam sebelum Keluarga Cadis tiba.”
“Itu namanya dadakan. Bagaimana mungkin aku menemui pemimpin kerajaan lain secara tiba-tiba? Kau pikir aku sudah terbiasa dengan hal itu?”
Memang selama apa aku mengurungmu di istana? Sampai-sampai kau segugup itu bertemu dengan orang lain. Aneh sekali. Diana yang ini semakin aneh saja. Kemana wajah gugup perempuan itu setiap kami bertemu? Ia menghilang dan yang muncul sosok paling berbeda dari seorang Diana. Dan yang lebih aneh lagi, aku menyukai itu.
Apapun yang dikeluhkan Diana, pada dasarnya tidak mempengaruhi apapun pada sikapnya saat bertemu dengan Keluarga Cadis. Ia bertingkah seperti bangsawan, ia menyapa Keluarga Cadis dengan hangat, ia bahkan bisa akrab dan berbaur dengan Nyonya Lily. Bahkan Nyonya Lily terlihat senang menghabiskan waktu berdua saja dengan Diana.
“Sepertinya Ratu baru Kerajaan Xavier cocok denganmu, Lucas. Lily sendiri sangat senang menghabiskan waktu dengannya, ia mudah sekali akrab dengan orang baru. Cocok denganmu yang tidak pandai bersosialisasi. Sepertinya kalian berdua mulai sedikit akrab juga,” tutur Tuan Hades.
“Tidak. Kami lebih sering berdebat.”
“Tapi setiap surat yang kau kirim, Diana tetap membantumu meskipun kalian banyak berdebat. Kau tahu Lucas, hubungan itu akan terasa semakin dekat ketika sering sekali berbeda pandang.”
Aku memang menyukai sifat Diana yang sekarang. Kami lebih banyak beradu argumen, meskipun selebihnya Diana selalu menang dan aku yang sering mengalah. Di samping perdebatan itu, segala hal yang dikerjakan oleh Diana selalu selesai tepat waktu. Ia juga sering menjelaskan laporan-laporan yang dibuatnya, ditambah anggaran yang selalu ia pakai bahkan tidak lebih dari setengah anggaran yang dulu diminta oleh Nyonya Olivia.
Jika mengingat-ingat tingkah lakunya itu, Diana seperti bukan Diana yang dikenal semua orang. Ia seperti orang lain dalam raga yang sama.
“Kudengar Tuan Barton akan dipindahkan ke Perbatasan Timur.”
“Hm. Tuan Thomas yang merekomendasikannya sendiri. Aku curiga Tuan Daniel diam-diam sedang membuat rencana untuk mengkudetaku. Jika ia menjadi Komandan Pasukan Pusat, akan sangat mudah baginya untuk menurunkanku.”
“Sejak seseorang menjatuhkan pot bunga itu ya? Sebelum masa jabatan kakekmu, Keluarga Barton sangat loyal pada kerajaan, untuk itu mereka mendapatkan tempat di istana. Tapi sepertinya Keluarga Barton yang sekarang cukup serakah dan berani melawanmu. Beruntung ayahmu meminta Keluarga Levada sebagai syarat kau menjadi raja.”
“Tapi melibatkan Keluarga Levada, kadang aku merasa bersalah pada mereka. Bagaimana jika Diana terluka suatu hari nanti, bagaimana jika aku tidak bisa menjaganya seperti yang sudah-sudah.”
“Kau sendiri yang mengatakannya bukan? Diana yang sekarang jauh lebih berani. Kau mulai percaya pada orang lain, tetapi kau ragu pada dirimu sendiri. Ratumu saja sudah lebih percaya diri, sebagai seorang raja, kau jangan sampai kalah juga.”
Kadang ada sisi yang sengaja aku tutup-tutupi di hatiku. Kecemasan yang cukup sering aku rasakan dan itu semua muncul ketika aku memikirkan Diana dan sebuah masa depan.
“Berbicara soal orang tuamu, baru kali ini kulihat kain yang biasa menutupi foto orang tuamu disingkirkan. Apalagi foto besar yang tergantung di sana itu, aku jadi teringat masa mudaku dengan ayahmu dulu sekali. Kau yang membukanya?”
Aku melihat ke arah pandang Tuan Hades, foto kedua orang tuaku yang biasa menggantung di ruang makan ini. Diana memandangi foto itu saat aku mengintipnya beberapa hari lalu. Padahal aku sengaja mengabaikan foto mendiang orang tuaku, aku hanya takut saja melihat kenyataan, tapi saat itu Diana memberi hormat dan melaporkan keadaanku seolah ia sedang berbicara dengan kedua orang tuaku, saat itu, baru pertama kali aku melihat ekspresinya, bibirnya mengulas seutas senyuman tulus, tapi matanya terlihat nanar dan sarat akan kesedihan.
“Diana yang membukanya.”
**
Aku melihat tatapan lembut Diana yang tidak ditujukan untukku sore tadi. Ada hawa panas memuakkan di dadaku ketika melihatnya. Apalagi yang selalu bisa menunjukkan sisi Diana yang hangat itu hanyalah Alpha. Aku senang Diana memang jauh lebih kuat, tapi ada bagian memuakkan yang juga ikut muncul, ada orang lain yang juga tertarik padanya, dan aku benci itu semua. Kenapa Diana hanya menjauhiku, kenapa hanya aku yang selalu berdebat dengannya. Agar kami lebih dekat? Hah! Bahkan untuk menunjukkan tatapan lembutnya itu padaku saja sepertinya tidak mungkin.
Aku benci itu, aku benci mendapatkan sedikit hal tentang eksistensi Diana. Aku ingin hanya akulah yang mendapatkan segala hal dari Sang Ratu.
TUK!
Alat tulis yang sejak tadi dipegang Diana jatuh, aku pun memperhatikannya, tidak disangka Diana tertidur dalam posisi duduk di atas sofa sambil memegang kertas laporan yang dibawanya, juga mulutnya yang sedikit terbuka. Dengan hati-hati aku mengambil kertas itu dan membenarkan posisi tidurnya, apa dia tidak sadar jika tidur seperti itu bisa membuat tubuhnya sakit?
Kujadikan jubahku sebagai selimutnya, kasihan juga jika Diana kedinginan di tempat ini, apalagi jika ia terbangun karena aku memindahkannya. Ahh… aku tidak sadar sudah membuatnya bekerja terlalu keras hari ini. Aku tidak bermaksud membuatnya kelelahan, aku hanya ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengannya hari ini, tapi justru aku sibuk dengan perasaanku sendiri.
Diana memang tidak bisa membuatku benar-benar membencinya, aku memang tidak bisa menghabiskan sepanjang hariku tanpa menggodanya. Aku benci jika Alpha menghabiskan waktu denganmu lebih banyak dariku. Aku hanya… ah! Ternyata aku tidak suka dia di dekatmu.
Aku mengelus kepalanya sepelan mungkin, berusaha memberikan kenyamanan yang terasa samar-samar ini, dan menutup malam itu dengan kecupan di kening Sang Ratu, begitu hangat dan lembut seperti tatapannya tadi pada orang selain aku. Semoga perasaanku ini tersampaikan padamu.
“Selamat tidur, Sang Ratu.”
Salam Hangat,
SR
ig: @cintikus
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1