Hai...
Happy Late New Year temen-temen. Gimana tahun ini adakah resolusi baru? Atau menuntaskan resolusi yg tahun lalu? Apapun itu, semoga hal-hal baik selalu mengelilingimu tahun ini. Keadaan sedang tidak begitu baik, jaga diri dan jaga pikiran ya. Kita semua kuat melewati berbagai keadaan di depan.
Setelah libur sejenak, akhirnya Moira update lagi, yay!!! Terima kasih ya untuk yg masih setia nungguin Moira, terima kasih supportnya juga sampai Moira udah tembus 700 kali dibaca.
Okay deh, tanpa basa basi lagi,
Salam hangat,
SR
.
.
.
“…”
.
.
.
Aku menahan kesedihanku sekuat tenaga. Di depanku sangat kacau, Ibu Diana berlari menghampiri kami dan memeluk anak kesayangannya dengan air mata yang pecah. Pelayan pribadi perempuan ini pun menuruni anak tangga dan memegang tangan perempuan ini yang sudah terkulai lemas. Alpha sendiri masih berdiri mematung dengan tetesan darah di ujung pedangnya.
Aku bangkit dan membiarkan Ibu Diana dan juga pelayan pribadinya untuk menjaga tubuh Diana.
“Alpha! Perhatikan musuhmu.”
“Baik Yang Mulia.” Seketika Alpha kembali memasang wajah dinginnya. Laki-laki yang menjadi sainganku dalam menjaga Diana ini mulai kembali pada kesadarannya.
“Bunuh semua yang membelot, tanpa kecuali. Biar aku yang memburu Keluarga Barton.” Dan kupotong leher mereka di depan orang-orang nantinya.
Ruangan yang sudah disiapkan Diana berminggu-minggu lamanya ini hancur dalam beberapa detik saja. Para tamu diungsikan oleh ksatria kerajaan, sulit membedakan mana ksatria yang membelot dan mana yang masih setia. Aku menebas siapapun yang menghalangi langkahku, tidak peduli siapapun itu.
Pedangku berhenti mengayun saat Thomas, Komandan Pasukan Pusat menghalangi ksatria yang akan menyerangku. Keadaannya sudah penuh dengan darah di mana-mana.
“Biar saya yang tangani ini semua, Yang Mulia. Tuan Daniel melewati pintu utama tadi,” ucapnya.
“Jangan sampai ada yang tersisa.”
“Baik Yang Mulia.”
Aku melalui pintu utama, di luar istana keadaannya lebih kacau lagi. Para ksatria saling bertarung, keadaan di sini sudah seperti peperangan besar. Aku mencari-cari keberadaan Keluarga Barton namun tidak ada yang bersisa sedikit pun. Mereka sudah pergi dan aku kehilangan kesempatan ini.
Keadaannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku membuat rencana paling matang untuk menjaga Diana dari rencana pembunuhan yang dilakukan Tuan Daniel dan Franz. Lagi-lagi aku tidak berhasil menyelamatkan seseorang yang berarti untukku.
Kau pergi dengan membuktikan mimpi burukku selama ini. Sekarang aku harus bagaimana Diana? Aku tidak tahu harus seperti apa aku hidup setelah kehilanganmu?
**
Kehilangan kedua orang tuaku memberikan bekas yang tidak pernah hilang. Setelah kejadian tragis itu, tidak sedikit para petinggi yang memikirkan penerus Kerajaan Xavier. Hal itu membuatku sangat benci dengan petinggi-petinggi itu. Mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri dan tidak melihat bagaimana seorang anak yang masih berduka karena kehilangan orang tuanya. Aku benci mereka, karena itulah aku menjadi pemimpin paling mengerikan yang mereka temui. Sebab jika aku lengah sedikit saja, mungkin mereka bisa menusukku dari belakang.
Tidak mudah bagiku mempercayai orang-orang, hanya segelintir yang bisa kupercayai. Sisanya tidak begitu aku tanggapi dengan serius, selama mereka masih bisa kukendalikan, aku tidak perlu memperhatikan mereka seintens itu. Karena aku terlalu sibuk dengan diriku, aku tidak punya waktu memikirkan orang lain. Sampai sosok asing yang selalu mencoba mendekatiku, perlahan berubah.
“Saya membawakan teh untuk Anda, Yang Mulia.”
Perempuan yang selalu menghampiri ruang kerjaku tidak pernah lelah mencari perhatian dariku. Dia adalah Diana Van Levada, untuk beberapa saat lalu, sebelum dia menjadi istri dan Ratu di Kerajaan Xavier. Sosoknya yang malu-malu dan selalu terlihat ragu-ragu itu membuatku tidak pernah memperhatikannya. Diana hanya sosok pelengkap dari syarat bodoh yang diberikan ayahku sebelum aku menjabat sebagai seorang raja.
Sosok perempuan yang tidak percaya diri dan rapuh, aku tidak berminat mengajaknya masuk ke dalam hidupku yang berat dan rumit ini.
“Harus kukatakan berapa kali? Aku sedang sibuk dan tidak bisa diganggu,” tolakku dengan tegas.
“Saya hanya—“
“Diana. Berhenti memperhatikanku, kau sangat mengganggu pekerjaanku sekarang.”
Sebaiknya kau pergi saja dan jangan masuk ke dalam duniaku, aku tidak bisa mengajak seseorang yang rapuh sepertimu masuk ke dalam medan perang yang sama denganku.
Sampai suatu hari aku mendengar kabar jika Diana jatuh dari tangga dan tidak sadarkan diri selama beberapa jam. Aku terpaksa melihat keadaannya, bisa repot jika ada hal buruk menimpanya di saat pernikahan kami baru beberapa bulan.
Akhirnya ia membuka mata dengan ekspresi wajah yang kebingungan, apa mungkin kepalanya terbentur hebat? Setiap para pelayan berbicara, wajahnya terlihat sedikit… ketakutan?
“Lucas.” Ia memanggilku. Baru pertama kali aku mendengarnya memanggil namaku. Sorot matanya yang terlihat serius namun penuh kecurigaan bisa dengan jelas kutangkap. Tatapan yang tidak pernah ia tunjukan selama ini.
“Apa? Kau mulai merengek lagi? Aku tidak akan peduli, Diana.”
“HAH!!!”
Ia berteriak cukup kencang lalu meringkuk di bawah selimut sehingga membuat kami semua terkejut karena reaksinya.
“Yang Mulia Ratu,” panggil pelayan pribadinya.
“Jangan dekat-dekat! Apa-apaan kalian semua?!”
Aku terperangah, ucapannya terdengar sedikit aneh, seperti nada para perampok di pasar gelap. Ada apa dengannya?
“Panggilkan dokter kerajaan, dan pastikan keadaannya,” titahku.
**
Kukira keanehan Diana hanya berlangsung beberapa jam saja. Kupikir perubahannya muncul karena dia terkejut akibat kejadian yang menimpanya saat itu. Tapi melihat cara ia berpakaian, dan mahkota yang tidak lagi ia pakai, seolah keanehannya itu sudah tertanam di dalam dirinya. Apa yang sebenarnya ia rencanakan? Terlebih saat ia mengacaukan acara minum teh yang disiapkan Cecilia, apa dia sedang menguji kesabaran Keluarga Barton? Bisa-bisanya dia melakukan aksi nekad semacam itu.
“Yang Mulia Ratu baru saja kembali dari kediaman Levada.” Begitulah laporan yang dikatakan Alpha padaku.
“Bagaimana keadaan Nyonya Besar?”
“Beliau baik-baik saja.”
“Syukurlah. Sebentar lagi aku akan menemuinya. Tetap perhatikan Sang Ratu, jangan sampai ia jatuh lagi. Juga jangan lupa katakan pada Michael untuk melapisi seluruh lantai istana dengan karpet.”
“Saya akan memberitahu Tuan Michael segera, Yang Mulia.”
Alpha salah satu orang yang kupercaya. Sejak kami berada di akademi militer, Alpha sudah membantuku di medan perang. Aku mempercayakannya sebagai komandan ksatria istana, ia juga berperan sebagai tangan kananku. Juga sebagai pengawal pribadi Diana karena ia adalah teman masa kecil perempuan itu. Aku tahu Alpha memiliki ketertarikan terhadap Diana, seorang binatang buas sepertinya tidak menolak sama sekali ketika kuajak untuk berada di istana dan menjaga Sang Ratu.
“Kuharap kau tahu di mana tempatmu, jangan terlalu dekat dengan Sang Ratu. Aku mengatakan ini sebagai suaminya.”
Dan Alpha tidak menjawab apapun.
Aku melihat Diana yang akan masuk ke dalam kamarnya. Wajah itu biasanya sulit sekali terlihat karena kepalanya selalu menunduk, sekarang ia bahkan terlihat tidak senang ketika melihatku.
“Kau merusak acara yang dibuat Cecilia. Dia sudah mempersiapkan segalanya untukmu, tapi kau tidak menghargainya. Mengganggunya sama saja dengan menggangguku. Cecilia itu yatim piatu sama sepertiku, harusnya kau tidak mengganggunya seperti itu. Kau tidak tahu rasanya tidak memiliki siapapun di dunia ini!”
Tak jauh dari tempat kami, aku bisa melihat Cecilia sedang bersembunyi dan sepertinya menguping pembicaraan kami. Ia memintaku untuk menegur Diana, dan itu sangat merepotkan karena Cecilia sudah mengadu hal itu seharian penuh. Memang sebaiknya urusan acara minum teh itu hanya antara kami berdua saja. Sebenarnya ada hal lain yang ingin aku katakan padanya, tapi entah bagaimana hanya kalimat itu yang keluar dari mulutku. Rasanya jadi semakin susah untuk berbicara jujur dengan Diana yang ini.
“Kau sendiri memangnya mengerti rasanya tidak pernah tahu siapa orang tuamu?!”
Hah?
“Kau tahu rasanya hidup sendirian seumur hidupmu?! Kau tahu itu? Tidak kan?! Jangan mendikteku seolah cuma hidup kalian berdua saja yang menyedihkan.” Aku dibuat terdiam dengan ucapannya. “Kau tidak tahu semua itu! Kau sendiri tidak tahu bagaimana aku hidup selama ini!”
Tidak. Maksudku, aku tidak bermaksud membuatmu kesal, tapi kenapa ucapanmu terdengar sangat meyakinkan? Apa yang sebenarnya terjadi padamu? Memangnya apa yang telah kulewatkan selama ini?
Sebenarnya aku senang kau bisa melawan Keluarga Barton itu. Aku senang bisa melihat sorot matamu yang begitu meyakinkan. Aku senang bisa melihat wajahmu dengan mudah. Aku… senang karena bertemu sosokmu yang kuat dan tangguh.
Bisakah kau bantu aku menyingkirkan Keluarga Barton dari istana?
**
Selesai dengan membalas surat yang dikirimkan Keluarga Cadis. Cecilia datang membawa beberapa laporan yang sudah ia selesaikan. Ia lalu mengajakku melihat halaman yang dirawat oleh Diana.
“Kau tidak lihat aku sedang sibuk.”
“Tapi aku hanya ingin meminta maaf dan menjaga hubungan baik dengan Yang Mulia Ratu,” rengeknya.
“Kalau begitu kau pergi saja sendiri.”
“Ayolah Lucas! Jika aku pergi sendiri, Alpha pasti melarangku untuk bertemu dengan Yang Mulia Ratu. Laki-laki itu terlalu dekat dengan Yang Mulia Ratu untuk ukuran seorang pengawal biasa.”
“Apa maksudmu?”
“Alpha mencurigaiku sebagai penyebab Yang Mulia Ratu jatuh dari tangga. Ia bahkan selalu menjaga Yang Mulia Ratu saat malam hari. Apa mungkin ia juga sering masuk ke dalam kamar Yang Mulia Ratu?”
“Jaga ucapanmu Cecilia! Bagaimana jika orang lain mendengar rumor ini?”
“Maaf, maaf. Habisnya mereka teman masa kecil, walaupun status mereka sekarang berbeda, mungkin saja hal itu terjadi.”
Benar saja! Ucapan bodoh Cecilia sedikit terbukti. Di halaman samping kamar Diana, Alpha dan Diana terlihat saling menatap secara intens. Apa yang sedang mereka lakukan sebenarnya?! Rongga dadaku sedikit panas melihatnya.
Diperparah dengan sikap Diana yang acuh melihat kehadiranku. Ia justru melenggang pergi dan melewatiku begitu saja. Ada apa dengan sikapnya itu? Rasanya kau seperti menjauhiku sedikit demi sedikit.
Ada beberapa bagian dalam diriku yang benci melihatmu akrab dengan teman masa kecilmu itu. Sejak kapan kalian sedekat itu? Yang kutahu kau tidak seakrab itu dengan pengawal pribadimu, Diana. Kenapa sekarang berbeda? Kenapa rasanya kau menerima kehadiran Alpha dan melewati kehadiranku? Kenapa—
“Awas!!!”
Tiba-tiba saja Diana berlari dan menerjang tubuhku sampai-sampai aku tidak siap menahan tubuhnya hingga kami berdua terjatuh. Di waktu yang bersamaan aku mendengar suara benda nyaring yang jatuh tepat dari belakang tubuh Diana. Aku memandangi perempuan di atasku, wajahnya menunjukkan ekspresi menahan rasa sakit, lalu tak lama ada cairan yang mengalir dari pelipisnya dan mentes ke atas wajahku. Belum sampai aku menyentuh lukanya, Alpha dengan cepat membantu Diana bangkit. Orang bodoh mana yang mencoba melukai Sang Ratu?!
**
Ada sebuah pintu rahasia di bawah rumah kaca. Di balik pintu rahasia itu, terdapat ruang bawah tanah yang dulunya dipakai untuk memenjarakan para pemberontak kerajaan sebelum mereka dieksekusi di depan umum. Sudah ratusan tahun ruangan itu tidak pernah terpakai lagi, sampai aku menjabat sebagai seorang raja. Hanya beberapa ksatria istana yang tahu tempat ini, selain itu tidak ada, bahkan Diana maupun Keluarga Barton sekali pun.
Alpha menarik ikatan dari tubuh seseorang dengan kasarnya. Wajahnya sudah cukup hancur dan babak belur. Pakaian yang dikenakannya sudah penuh dengan darah. Orang itu hampir kehilangan kesadarannya. Ia tidak memberontak dan terlihat lesu saat melihat ke arahku.
“Ia masih belum membuka suara, Yang Mulia,” ucap Alpha.
Aku menarik pedang dari salah seorang ksatria dan menancapkannya tepat di kaki kiri orang tersebut. Dia menjerit kesakitan. Aku membiarkan pedang itu menancap di kakinya.
“Ampun… Yang Mulia… Biarkan saya mati…”
“Kau masih berani meminta padaku setelah apa yang kau lakukan pada Sang Ratu?”
“Saya… saya tidak bisa memberitahu—“
Aku menendang perutnya kuat-kuat. Darah menyembur dari mulutnya, ia terbatuk-batuk.
“Kesabaranku sudah habis, jika kau tidak membuka mulutmu dengan benar, tidak ada kematian untukmu!”
“Ksatria… seorang ksatria dari Pasukan Pusat… yang meminta saya mencelakai Yang Mulia Ratu…”
Alpha melihat ke arahku, “Apakah Tuan Daniel mencoba mengambil posisi Yang Mulia Ratu?”
“Kemungkinan besar. Tapi saat ini Tuan Daniel sedang berada di Pasukan Pusat. Kita akan kalah jumlah jika melawan pasukan itu tanpa persiapan apapun. Lenyapkan saja barang bukti. Cari tahu juga siapa saja yang berpihak pada Tuan Daniel.”
“Baik Yang Mulia!”
Tak lama dari itu, terdengar jeritan seseorang yang cukup mengganggu pendengaranku.
**
Melihat kejadian siang tadi, sepertinya aku sedikit lengah dengan Keluarga Barton. Aku tidak menyangka jika mereka akan secepat ini menjadikan Diana sebagai sasaran empuk untuk menurunkan tahtaku. Laki-laki yang menjadi pelaku kejadian siang tadi adalah seorang pelayan yang direkrut oleh Nyonya Olivia. Ia bertanggung jawab sebagai pengurus istana, menjadikan insiden hari ini bisa menjadi alasanku untuk menyingkirkan keluarga busuk itu dari istana, dan menghancurkan mereka sedikit demi sedikit.
Apalagi mereka mulai berani melukai Sang Ratu.
“Emm…”
Di tengah pikiranku, Diana melenguh lalu sedikit merubah posisi tidurnya. Pelipisnya sudah diperban, namun bahunya masih memar. Aku mencoba mengompres lebamnya itu, padahal ada sentuhan asing di tubuhnya, tapi Diana tidak terusik sama sekali. Aku hampir kehilangan detak jantungku saat melihatmu menerjang dan terluka di hadapanku. Bagian dirimu yang tidak tersentuh, membuatku mulai ketakutan jika eksistensiku sudah tidak lagi kau pedulikan. Juga bagian lama dirimu yang masih tersisa, aku jadi merindukannya. Aku tidak tahu kau bisa sekuat ini, dan menarik semua perhatian yang kupunya.
Jangan seperti ini lagi, Sang Ratu, kau bisa membuatku menumbuhkan rasa takut yang tak berdasar.
“Kau hampir membuatku mati karena khawatir.”
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1