Loading...
Logo TinLit
Read Story - Moira
MENU
About Us  

.

.

.

Aku senang kau sudah kembali pulih

.

.

.

Pertemuanku dengan Ibu Diana banyak memberikanku kekuatan. Kekhawatiran yang menggangguku akhir-akhir ini tidak akan ada artinya jika aku berusaha membuat kejadian itu tidak terjadi. Aku sudah tahu pasti jika Tuan Daniel yang akan berusaha membunuh Lucas. Mungkin tidak akan persis seperti yang ada di dalam mimpiku, tapi aku yakin Tuan Daniel akan melakukan penyerangan. Aku harus mempersiapkan segala hal yang bisa dilakukan untuk menggagalkannya.

Aku punya ide! Mungkin saat Tuan Daniel akan menyerang Lucas, aku bisa melemparkan sepatuku yang haknya tinggi dan runcing, setidaknya terkena lemparan benda tumpul ke kepalanya bisa menghentikan Tuan Daniel, atau memukul kepalanya dengan pot bunga yang besar. Iya, bisa jadi! Memukul kepala seseorang hanya membuatnya pingsan sedikit. Ideku ini bisa dengan mudah dilakukan, apalagi benda-benda itu tidak akan membuat orang-orang curiga. Benar! Akan kulakukan apapun supaya Lucas tidak terluka.

“Ahhh! Kepalaku selalu pusing di tempat ini!!!”

Aku menjatuhkan tubuhku ke atas kasur yang empuk ini. Di duniaku dulu, kasur busa ukuran single di kontrakanku dulu tidak ada apa-apanya dengan kasur ini, tapi bahkan di lantai dingin dan keras pun aku bisa dengan mudah tertidur, masalah hidupku selama ini memang hobi tidurku yang sudah seperti kerbau itu, apalagi di atas kasur empuk begini.

Dipikir-pikir, kapan ya aku bisa kembali ke duniaku? Apa Diana juga mengambil alih tubuhku? Atau dia sedang di suatu tempat? Lalu nasib tubuhku bagaimana? Apa ada yang menyadari jika aku menghilang?

“Ahhh! Bodo amat!!!” Aku menggulingkan tubuhku ke samping, memikirkan sesuatu yang hanya bisa kuprediksi itu pusingnya setengah mati, nanti biarlah nanti saja, urusanku yang paling penting adalah menyelamatkan Lucas dari Tuan Daniel.

Mataku teralih pada dream catcher yang tersimpan di atas nakas. Aku sampai lupa benda ini, hiasan yang dinamai lingkaran mimpi oleh Nyonya Hellen diberikan padaku saat di Daerah Perbatasan. Aku jadi ingat lagi perkataan Nyonya Hellen, kenapa ya beliau bisa tahu asalku? Beliau juga tahu soal teori kekekalan energi, beliau cenayang atau guru fisika sebenarnya?

Lingkaran mimpi ini harusnya punya fungsi yang sama dengan dream catcher, jika digantung di atas jendela, mimpi buruk tidak akan masuk ke dalam mimpi seseorang, konon katanya sih begitu, tidak ada salahnya melakukan sesuatu yang bisa meminimalisir hal buruk, kan?

Biasanya orang yang sedang banyak pikiran, akal sehatnya tidak berfungsi seperti biasa, dan itu terjadi padaku sekarang. Dari dulu aku tidak pernah percaya takhayul-takhayul seperti ini, apapun yang terjadi, mau hal baik atau hal buruk kan karena ada sebab akibatnya, tidak tiba-tiba begitu saja. Ternyata, sesuatu yang tidak masuk akal itu dialami olehku, masuk ke dunia novel, dan sekarang aku sedang menaiki kursi pembatas jendela kamar untuk menggantung lingkarang mimpi ini.

“Yang Mulia sedang apa?” Alpha menghampiriku, sekilas aku lihat dia habis tertawa melihatku. Wah! Dia menertawakan ratunya sendiri.

“Menggantung dre… maksudku lingkaran mimpi ini,” jawabku.

“Biar saya yang memasangnya.”

“Tidak apa-apa, Alpha,” kataku penuh kepercayaan diri.

Walaupun tinggi Diana sedikit lebih tinggi dariku, aku masih kesusahan menggantungkan benda ini. Sedikit… sedikit lagi kok!

Dengan mudahnya Alpha menggantung lingkaran mimpi itu, tanpa jinjit-jinjit segala. Tiba-tiba aku malu melihat ke arahnya.

“Sudah Yang Mulia,” katanya.

“Terima kasih ya.”

“Sudah lama sekali Yang Mulia tidak menggantungkan benda-benda seperti ini?”

“Oh ya?”

Alpha mengangguk, “Saat masih kecil, saya sering melihat Yang Mulia sering menghias jendela kediaman Levada dengan lingkaran mimpi, saya juga sering melihat Yang Mulia menempelkan lukisan Yang Mulia di dinding.”

“Kau sedekat itu ya dengan Diana?”

“Ya?”

“Ah! Aku hanya teringat masa lalu saja, hehe...” Aku harus menjaga ucapanku.

“Yang Mulia terlihat lebih baik sekarang, kemarin saya lihat Anda murung terus.”

Aku menanggapinya dengan senyuman, “Karena ibuku ke sini, aku jadi sedikit lebih lega.” Aku memandangi Alpha yang sedang berdiri di ambang jendela. “Kenapa kau masih di sampingku? Bukannya lebih sulit ya melihat orang yang kau sukai bersama orang lain?”

“Saya sendiri juga tidak sadar, tahu-tahu saya berjalan mendekati Yang Mulia,” katanya sambil melangkah mendekatiku. Kini jarak kami tak lebih dari satu meter.

Tinggi Alpha mungkin mirip Lucas, tapi perawakannya lebih atletis dan kulitnya lebih tan, ada tahi lalat di bawah mata kanannya, samar-samar tapi bisa dilihat jelas kalau sedekat ini. Senyumnya selalu terkembang setiap kali aku melihatnya. Tapi kenapa aku juga tidak bisa menyukainya ya?

“Aku harap kau berhenti menyukaiku.”

“Karena Anda mulai menyukai Yang Mulia Raja kembali?”

“Bukan.” Duh! Kenapa bawa-bawa Lucas sih. “Bukan karena siapa-siapa, kadang aku merasa tidak nyaman dengan kebaikanmu, walaupun itu memang pekerjaanmu, tapi tetap saja...” Aku seperti memanfaatkan perasaannya. Aku tidak biasa.

“Bagaimana bisa saya melupakan Yang Mulia, perasaan saya sudah dibentuk bertahun-tahun lamanya.”

Iya sih, tapi…

Alpha bersimpuh dihadapanku, persis seperti seseorang yang baru dinobatkan sebagai ksatria oleh rajanya sendiri. “Yang Mulia bisa memanfaatkan saya sebanyak apapun, saya akan selalu berada di samping Anda selamanya. Lakukanlah apapun itu, seperti dulu tanpa merasa bersalah, saya tidak pernah keberatan.”

“Alpha.”

Alpha kemudian bangkit lagi, lagi-lagi dia memamerkan senyumannya, “Saya menyukai Yang Mulia, itu lebih dari cukup untuk saya sendiri. Dulu Anda tidak pernah membicarakan soal ini, jadi jangan menjadi beban dan anggaplah tidak pernah tahu.”

Aku tidak yakin Diana tidak tahu soal perasaan Alpha padanya, atau dia pura-pura tidak tahu, tapi aku yang jelas-jelas tahu bagaimana perasaannya, tetap tidak merasa nyaman. Aku tidak tahu harus berbuat apa pada seseorang yang menyukaiku, atau bagaimana caranya mengekspresikan diri jika aku jatuh cinta pada seseorang, sayangnya dulu aku tidak pernah berpikir sampai sini, aku sibuk dengan bertahan hidup.

 

**

 

Siang itu aku baru saja menyelesaikan semua pekerjaanku. Surat-surat untuk Lucas, laporan istana, juga persiapan pesta ulang tahun kerajaan yang sebentar lagi. Jarang memang aku bisa menghabiskan waktu siangku dengan novel yang sedang aku baca di dalam kamar. Rasanya sudah lama sekali tidak merasa sesantai ini. Mungkin juga karena aku sudah siap menghadapi kemungkinan buruk seperti yang ada di dalam novel nanti.

Angin musim panas menerpaku, jendela besar yang sekarang tidak boleh aku lewati itu sengaja aku buka, karena di hadapanku ada halaman yang rindang dan terawat, hawa panas ini tidak menggangguku membaca novel. Ditambah suara gemerincing lonceng dari lingkaran mimpi yang menggantung di atasku. Rasanya aku sedang berlibur di suatu tempat yang jauh dari keramaian.

Sampai, sosok Lucas berdiri tak jauh dari halamanku. Dia memandangiku dan tak lama menghampiriku.

“Sedang apa kau di sini?” tanyaku sinis.

“Ikut aku.”

“Hei, jawab dulu pertanyaanku? Kalau kau mencoba menyeretku keluar lagi, aku tidak bisa. Sedang istirahat!”

“Aku menyuruhmu ikut denganku, kau tidak punya pilihan untuk menolaknya.” Orang ini angkuh sekali!

“Aku bilang, aku sedang ist—“ Lucas merebut buku yang kubaca, sebelum aku sempat menyelesaikan ucapanku.

“Aku akan membuang buku ini ke danau jika kau tidak mau ikut.”

Si brengsek ini!!!

“Kembalikan!! Hei!!!”

Dengan terpaksa aku mengikuti Lucas dari belakang, sambil sesekali mencari kesempatan supaya aku bisa merebut novel yang tinggal tiga bab lagi aku baca itu. Lagian orang ini kenapa sih? Gak bosen ya gangguin aku terus!

Sampai aku tidak menyadari jika kami sudah ada di sisi danau. Iya, danau yang terakhir kali membuatku jatuh karena didorong Cecilia. Lucas mengantar langkahku sampai di depan gazebo kecil di tepi danau. Bangunan yang seperti sangkar burung, bentuknya melingkar, ada kubah di atasnya, juga beberapa pilar yang terlilit tanaman merambat. Seperti tempat-tempat di dunia dewa-dewa Yunani, ya semacam itu lah.

Aku mengikuti Lucas masuk ke dalamnya, ada sepasang kursi dan meja kecil diantaranya. Aku takut Lucas benar-benar melempar bukuku itu ke dalam danau. Tak jauh dari tempat kami ternyata ada beberapa pelayan yang sedang menyiapkan kue dan teh, dan sepertinya kopi karena aku sedikit mencium baunya. Salah seorang pelayan itu membawakan kami kue, juga secangkir teh untukku dan secangkir kopi untuk Lucas. Tak berapa lama Lucas mengembalikan buku yang dirampasnya.

“Sebenarnya apa yang sedang kau rencanakan?” tanyaku curiga.

“Kau bilang akan istirahat, bukan?” katanya.

“Memang tadi aku sedang istirahat.”

“Memangnya membaca buku disebut istirahat?”

“Memangnya merampas buku orang disebut istirahat juga?”

“Aku membantumu istirahat.”

“Dengan menyeretku kemari?”

“Aku tidak menyeretmu.”

“Mengancamku itu sama saja dengan menyeretku. Jujur saja, apa yang sedang kau rencanakan? Mencoba mendorongku juga ke dalam danau?”

“Kalau dengan cara itu kau bisa tenggelam, akan kulakukan.”

“Wah!!! Kau memang sadis sekali!”

“Kenapa kau membaca buku itu?” Lucas mengalihkan obrolan kami.

“Kau penasaran dengan buku ini? Atau sedang mengalihkan perhatianku?”

“Kukira kau tidak suka membaca, sejak dulu,” katanya sambil menyeruput kopi hitamnya. Aku bisa menebak kopi apa yang sedang ia minum dari aromanya. Ingat, dulu aku juga kerja di sebuah kafe.

Aku lama terdiam, sebenarnya aku takut Lucas curiga kalau yang di dalam sini bukan Diana. Aku hanya bisa memandanginya, mencari-cari alasan tepat supaya dia tidak curiga padaku. Bukannya di sini aku jadi gemar membaca, tidak sama sekali. Tapi keinginan untuk bertahan hidup di tempat ini jauh di atas segalanya. Sebisa mungkin aku mencari informasi yang bisa aku gunakan dilain waktu. Karena motivasi bertahan hidupku lebih besar dari apapun, tanpa sadar aku jadi senang membaca. Bahkan novel-novel yang paling kubenci saja tanpa sadar sudah kubaca satu demi satu.

Seperti sekarang ini, aku menikmati novel romantis yang lagi-lagi kutemukan di perpustakaan. Jangan-jangan, aku masuk ke dalam novel karena sering menghina isi ceritanya. Bisa jadi!

“Aku kan sudah bilang, aku sedang belajar untuk mencintai sesuatu yang dulunya kubenci. Juga sebaliknya, mungkin. Sudah jangan menggangguku, pikirkan saja urusanmu,” kataku akhirnya menemukan alasan yang masuk akal.

Aku kembali membuka buku yang sempat berhenti karena dirampas oleh Lucas. Tinggal beberapa halaman lagi, aku penasaran dengan nasib si Pangeran ini. Entah motivasi darimana, tapi mataku kembali menangkap gerak-gerik Lucas. Kepalanya disanggah oleh salah satu tangannya, lalu detik kemudian ia menyeruput lagi kopi hitamnya, dan kembali menatap ke arahku. Aku terkesiap.

“Apa yang terjadi denganmu waktu itu? Kau bertingkah tidak biasanya?”

Tidak biasanya yang mana? Aku kan cuma… aku memeluknya ya? Sambil menangis?! Sial!!! Kenapa aku baru ingat itu sekarang sih, sampai aku menangis segala! Duh! Tiara!!!

“Ku-kubilang jangan menggangguku, lagipula itu bukan urusan—“

“Aku tidak mengganggumu, aku sedang memikirkan urusanku sekarang.”

“Kau…”

“Apa yang kau pikirkan kemarin?” Matanya yang tajam dan dingin itu, aku tidak tahu sejak kapan sudah terbiasa dengannya. Aku juga tidak tahu sudah sejak kapan aku bisa mengartikan semua tatapannya yang terlihat samar-samar itu.

Tatapannya yang memerintah, atau tatapannya ketika sedang berpikir, atau tatapannya yang terlihat tengah khawatir.

DEG!

“Ada banyak hal yang sedang kupikirkan,” kataku mengalihkan pandanganku darinya. “Benar-benar banyakkkk sekali sampai aku pusing harus menyelesaikan yang mana dulu. Sepertinya waktu itu aku sudah kewalahan, tapi sekarang aku sudah tidak apa-apa. Jangan membahasnya lagi! Itu kan sudah lama.”

“Kau tahu apa yang sering aku dengar di istana ini tentangmu?”

“Hm?” Memang apa yang orang-orang di sini katakan tentangku.

“Jangan percaya dengan kata tidak apa-apanya Sang Ratu.”

“Hah?! Omong kosong macam apa itu?”

“Kalau kau ada masalah, kau akan mengganggu pekerjaanku. Kau bilang soal profesional, tapi sepertinya kau tidak bisa membedakan urusan pribadimu dengan pekerjaan.”

“Iya deh iya! Kali ini aku yang salah, maafkan aku, sudah?” Dasar dendaman sekali dia!!!

 

 

Salam Hangat,

SR

ig: @cintikus

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
Similar Tags
Laci Meja
499      337     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
MERAH MUDA
516      374     0     
Short Story
Aku mengenang setiap momen kita. Aku berhenti, aku tahu semuanya telah berakhir.
Hello Goodbye, Mr. Tsundere
1277      837     2     
Romance
Ulya tak pernah menyangka akan bertemu lagi dengan Natan di kampus. Natan adalah panggilan kesayangan Ulya untuk seorang cowok cool, jenius, dan anti sosial Hide Nataneo. Ketika para siswa di SMU Hibaraki memanggilnya, Hide, Ulya malah lain sendiri. Ulya yakin si cowok misterius dan Tsundere ini punya sisi lain yang menakjubkan. Hingga suatu hari, seorang wanita paruh baya bertopi fedora beludru...
Pasha
1291      579     3     
Romance
Akankah ada asa yang tersisa? Apakah semuanya akan membaik?
Jalan Tuhan
548      387     3     
Short Story
Percayalah kalau Tuhan selalu memberi jalan terbaik untuk kita jejaki. Aku Fiona Darmawan, biasa dipanggil fia, mahasiswi kedokteran di salah satu universitas terkemuka. Dan dia, lelaki tampan dengan tubuh tinggi dan atletis adalah Ray, pacar yang terkadang menjengkelkan, dia selalu menyuruhku untuk menonton dirinya bermain futsal padahal dia tahu, aku sangat tidak suka menonton sepak bola ata...
Kuncup Hati
670      462     4     
Short Story
Darian Tristan telah menyakiti Dalicia Rasty sewaktu di sekolah menengah atas. Perasaan bersalah terus menghantui Darian hingga saat ini. Dibutuhkan keberanian tinggi untuk menemui Dalicia. Darian harus menjelaskan yang sebenarnya terjadi. Ia harus mengungkapkan perasaan sesungguhnya kepada Dalicia.
I am Home
557      389     5     
Short Story
Akankah cinta sejati menemukan jalan pulangnya?
Another Word
633      368     2     
Short Story
Undangan pernikahan datang, dari pujaan hati yang telah lama kamu harap. Berikan satu kata untuk menggambarkannya selain galau.
Lantunan Ayat Cinta Azra
997      613     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
The Secret
417      287     1     
Short Story
Aku senang bisa masuk ke asrama bintang, menyusul Dylan, dan menghabiskan waktu bersama di taman. Kupikir semua akan indah, namun kenyataannya lain. Tragedi bunuh diri seorang siswi mencurigai Dylan terlibat di dalam kasus tersebut. Kemudian Sarah, teman sekamarku, mengungkap sebuah rahasia besar Dylan. Aku dihadapkan oleh dua pilihan, membunuh kekasihku atau mengabaikan kematian para penghuni as...