Hai...
Minggu lalu aku gak sempet update karena ada kesibukkan. Jadi buat chapter yg ketunda Sabtu kemarin, aku upload sekarang ya. Dan kebetulan juga Sabtu ini aku ada acara dan kemungkinan besar gak bisa update tepat waktu, jadi updatenya bakal aku percepat ke hari Kamis.
Thank you dan enjoy!
.
.
.
Kau kembali seperti dulu lagi
.
.
.
Aku merasa hari ini otakku menghilang. Sejak kembali dari pesta lampion secara diam-diam, aku tidak bertemu dengannya seharian kemarin. Hari ini juga pikiran dan tubuhku tidak sinkron sama sekali. Ada sesuatu di rongga dadaku, kadang rasanya hangat kadang pula rasanya dingin. Sesekali juga, seolah ada hawa panas di sekelilingku.
“Yang Mulia, Yang Mulia.”
“Ya?”
“Dari kemarin Yang Mulia sering melamun, apa Anda sedang tidak enak badan?”
“Tidak Nara. Aku baik-baik saja. Tadi kau bilang apa?”
“Laporan anggaran bulan ini belum selesai, sepertinya ada beberapa hal yang belum ditulis oleh Tuan Michael.”
“O-oh. Ya sudah tidak apa-apa, aku juga sedang santai. Nanti—“
Belum juga ucapanku selesai, Alpha masuk ke ruang kerjaku pagi sekali.
“Yang Mulia Raja meminta Anda untuk bertemu dengannya,” kata Alpha.
“Pagi-pagi begini?”
“Iya.”
“Untuk apa?”
“Saya juga kurang tahu, Yang Mulia. Yang Mulia Raja hanya meminta Anda ke ruang makan utama.”
“Aku…” Tadinya aku ingin minta Nara untuk menolak siapapun yang membuat aku harus keluar ruangan ini dan menemui Lucas. Baru kali ini aku deg-degan harus bertemu dengannya. Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa di depannya setelah dia menci… aku tidak mau melanjutkannya.
“Baiklah, terima kasih, Alpha.”
Nara mengikutiku menuju ruang makan utama. Mungkin ekspresiku hari ini seperti orang bodoh, tapi jujur deh, aku tidak tahu harus menanggapi ci… kejadian waktu itu di depan Lucas. Ini kan pertama kalinya aku melakukan itu.
Ah!!! Memang si brengsek itu selalu pintar mengganggu pikiranku.
“Nara, nanti kembali saja bekerja. Sepertinya aku akan lama di ruang makan.”
“Baik Yang Mulia. Saya hanya penasaran saja, tapi kenapa sepagi ini Yang Mulia sudah ada di ruang kerja tadi? Yang Mulia bahkan belum sempat sarapan.”
Itu dia Nara, otak dan tubuhku sedang tidak sinkron, aku juga bingung setelah sampai di ruang kerjaku. Sial memang!
Lucas memang tidak bisa ditebak. Aku juga tidak mengerti tapi akhirnya aku berada di meja yang sama dengannya. Menyantap sarapan kami yang sedikit terlambat hanya berdua, dan sunyi. Dia tidak merasakan sesuatu apa, setelah kejadian di pesta lampion itu?
“Kau tidak suka sarapanmu?” tanyanya tanpa melihat ke arahku.
Bagaimana bisa aku menikmati sarapanku dengan orang yang paling aku hindari sekarang?
“Sikapmu terlalu biasa saja untuk orang yang sudah…” Aku tidak melanjutkan kalimatku. “Daripada itu, kenapa kau mengajakku sarapan?”
“Kau belum sarapan, bukan?”
“Kau biasanya juga tidak peduli aku sudah sarapan atau belum?”
“Kalau begitu makan makananmu sekarang.”
Si brengsek ini!
“Kenapa waktu itu kau menciumku? Sudah jelas kan aku bilang untuk tidak membuatku—“
“Salah paham?” Lucas menghentikan aktivitasnya dan akhirnya memandang ke arahku. “Mencium seseorang saat malam terakhir musim semi di kolam ikan itu akan membawa keberuntungan.”
“Kau bilang jangan serakah mengambil harapan orang?”
“Kau sendiri yang bilang jika itu hal yang berbeda.”
Aku menjatuhkan tubuhku pada sandaran kursi, “Jadi itu alasanmu menculikku? Dan seseorang itu bisa saja siapapun yang kau temui di jalan?”
“Tidak ada aturan spesifik tentang seseorang itu.”
“Kau tahu! Itu namanya pelecehan seksual, lagipula kau melewati batas dan—“
“Aku tidak membuatmu salah paham, aku menjelaskannya sekarang.”
“Hei!!!”
Aku kehabisan kata untuk membalas ucapannya itu.
**
Memang jangan terlalu berharap padanya. Lagipula apa yang ingin aku dengar darinya? Kenapa aku jadi bodoh gini sih. Sarapan kami berakhir tanpa percakapan soal ciuman itu. Sia-sia juga aku merasakan perasaan aneh beberapa saat lalu. Terima kasih pada Lucas karena membuatku kelihatan bodoh.
“Soal acara nanti.” Lucas membuka suara setelah menyelesaikan sarapannya. Aku sudah sejak tadi menghabiskan makananku.
“Acara?”
“Ulang tahun kerajaan. Kali ini kau yang tangani.”
Sekujur tubuhku merinding mendengarnya. Hampir saja aku menjatuhkan cangkir teh yang kupegang. Ulang tahun kerajaan, juga saat Diana mati ditusuk orang di dalam novel, sekarang posisi itu sepertinya akan digantikan oleh Lucas. Pasti. Alur ceritanya berubah, dan Tuan Daniel yang akan membunuh Lucas kali ini. Semua kejadian dan teka-teki ini mengarah pada rencana itu, bukan?
Semua kejadian buruk yang sudah kutahu dan aku berusaha untuk mencegahnya selalu gagal. Rongga dadaku terasa dingin kembali, kali ini dengan degupan jantung yang benar-benar membuat tidak nyaman.
“Diana.” Suara Lucas memutuskan ribuan kekhawatiran di kepalaku.
“Hm?”
“Ada yang tidak berubah darimu sejak dulu, kau terlalu sering melamun.”
Mata yang tajam, ekspresinya yang dingin, juga pembawaannya yang angkuh itu bukan lagi pemandangan asing bagiku. Tapi sebentar lagi, rasanya dia akan menghilang dari hadapanku untuk selamanya.
“Acaranya masih dua bulan lagi, kau tidak perlu terburu-buru,” katanya kemudian sambil menyeruput teh paginya yang tertunda.
**
Waktu aku tahu sudah berada di tubuh Diana, tujuanku cuma satu. Menyelamatkan Diana dari kejadian penyerangan yang nanti bisa membunuhnya. Dengan begitu, mungkin aku bisa menyelamatkan nyawa Diana, aku tidak akan mati muda untuk yang kedua kalinya, dan mungkin saja aku bisa kembali ke duniaku. Apapun hasilnya, yang kupikirkan cuma satu, menghindari kematian itu. Salah satunya dengan menjauh dari Lucas maupun Keluarga Barton. Aku tidak ingin Keluarga Barton mengira bahwa aku akan merebut tahta atau apapun yang bisa mengusik rencana mereka. Aku hanya ingin hidup lebih lama saja.
Tapi, alur cerita di dalam novel yang seharusnya mengarah padaku, pelan-pelan merubah jalurnya dan akhirnya mengarah pada Lucas. Meskipun aku tidak menyukainya, tapi Lucas juga tidak punya alasan untuk terbunuh dan mati begitu saja. Kebencianku pada laki-laki itu hanya sebatas suami yang menelantarkan istrinya sendiri. Selebihnya tidak ada. Aku tidak pernah menginginkan sesuatu dari Lucas, toh sejak awal aku juga tahu kalau hatinya Lucas tidak pernah ada untuk Diana, bahkan jika aku sendiri yang berusaha.
Sekarang, setelah aku tahu apa yang akan terjadi, ingin rasanya aku menjelaskan semua itu, tapi bagaimana? Mengatakan padanya kalau di dalam sini bukan Diana? Dunia mereka tertulis di dalam novel yang kubaca dan alurnya sangat menyedihkan untuk kami berdua? Lucas tidak mungkin menanggapi ucapanku yang seperti karangan itu. Kadang-kadang dia membuatku berpikir bisa bekerja sama dengannya mencegah kejadian buruk itu terjadi, Lucas selalu tidak terdefinisi dengan jelas untukku, dia bisa memelukku, menciumku, membuatku berharap, tapi kemudian kami bisa kembali berjarak.
Jauh di atas itu semua, sekarang aku sangat ketakutan, Lucas.
**
Michael membawakan laporan tentang acara ulang tahun kerajaan tiga tahun ke belakang. Aku ingin tahu apa saja yang biasa disiapkan juga apa-apa saja yang mungkin tidak perlu ada untuk acara nanti. Tak lama dari itu, Alpha datang membawakan surat-surat untuk istana. Walaupun sekarang dia menjadi tangan kanan Lucas, tapi Alpha sering membantuku juga.
“Sepertinya pekerjaan Yang Mulia semakin bertambah,” katanya.
“Hm. Kadang-kadang aku rindu kerjaanku yang hanya merawat kebun saja,” kataku.
Alpha sedikit tertawa, “Tapi bekerja di luar ruangan sepertinya lebih sulit, dan lebih melelahkan.”
“Kelihatannya sih begitu.” Aku lebih senang menggunakan kekuatanku daripada otakku ini. “Alpha, ada yang ingin kutanyakan padamu.”
“Tentang apa Yang Mulia?”
“Dua bulan lagi acara ulang tahun istana, itu kan acara besar. Padahal sebelumnya Lucas diserang sekelompok orang, memangnya tidak masalah ya aku menyiapkan acara besar begini? Mungkin kejadian itu bisa terjadi lagi, kan?”
Alpha selalu memamerkan senyumannya, dia ramah dan lembut. Kadang-kadang, kalau aku tidak sadar dengan pedang yang ada di samping tubuhnya itu, aku lupa kalau dia ini ksatria dengan peringkat tertinggi. Mungkin sama dengan komandan-komandan pasukan. Cuma bedanya, Alpha dan ksatria-ksatria yang aku lihat di istana ini punya kedudukan khusus, mirip dengan pasukan khusus kepresidenan, semacam itulah. Apalagi Alpha sempat menjadi ksatria khususku, dan dia juga sudah sering berperang bersama Lucas, kekuatannya bisa mengalahkan seratus orang sekaligus.
Walaupun ada Alpha di dekatku, kematian Lucas lebih jelas dari itu semua.
“Yang Mulia jangan terlalu memikirkannya. Saya dan Yang Mulia Raja sendirilah yang mengatur keamanan acara itu nanti. Biar bagaimana pun, Yang Mulia selalu dikelilingi orang-orang hebat yang bisa melindungi Yang Mulia.”
Bukan keamananku sih, aku sudah tahu masa depan dari mereka semua. Yang kubicarakan disini adalah Lucas. Bagaimana menjelaskannya ya?
“Apakah kali ini Anda mulai kembali dekat dengan Yang Mulia Raja?”
“Hm?”
“Melihat Anda begitu khawatir pada Yang Mulia Raja, saya jadi penasaran. Sudah lama Anda tidak membicarakan Yang Mulia Raja seperti ini.”
“Ini bukan perkara dekat atau tidak, hanya saja, aku memikirkan banyak kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.”
“Begitu juga dengan saya, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, termasuk perasaan Yang Mulia.”
Duh! Alpha! Padahal sudah kubilang untuk menghentikan perasaannya. Bagiku dia terlalu berharga untuk menjadi kekasih atau semacamnya, bagiku Alpha sudah seperti keluargaku sendiri, yang mau melindungiku. Aku juga tidak pernah tahu caranya untuk jatuh cinta. Perasaannya jangan sampai semakin berkembang, atau aku akan merasa tidak nyaman.
Salam Hangat,
SR
ig: @cintikus
@sylviayenny thank youuuu :)
Comment on chapter #1