Prolog
Assalamualaikum ya ukhti~~
Perkenalkan, aku salah satu wanita yang sama seperti beberapa dari kalian.
Aku mahasiswa jurusan bahasa. Namaku Khadijah Amayyah Al- Arsyid, umurku 22 tahun. Dan pada umur ini, aku merasakan kehidupan sebenarnya. Kehidupan yang mengikutsertakan Allah didalamnya.
Di bangku panjang taman, di kota Seoul, hatiku benar-benar terjatuh pada seorang lelaki yang pertama kali kutemui, namun aku mengenalnya dengan sangat baik.
Lelaki yang biasa dipanggil "Oppa" oleh kedua sahabatku.
"Ya allah...." ringisku sambil memegang kakiku di bangku panjang taman yang indah menyejukkan mata. "Astagfirullah..." rintihku menahan nyeri yang menghantam pergelangan kakiku seperti sebuah batu dimasukan diantara sendiku.
"H..Haii~~" sapa ragu seorang yang membuat aku membulatkan mata terkejut.
Tak mampu bibir ini berucap, hatiku terus beristigfar tak putus.
"Apa kau baik-baik saja?" katanya dalam bahasa korea fasih. "Kau terlihat mendapat masalah," sambung laki-laki ini lagi.
Bibirku masih kelu, aku belum mampu berkata karena orang yang ada di depanku adalah orang yang digilai oleh kedua sahabatku, sejak kami SMA. "Lee Jeno" aku sangat mengenal dirimu.
Tak mendapat jawaban dariku, laki-laki ini tersenyum menampakan mata berbentuk bulan sabitnya yang sama sepertiku. Mata yang selalu membuat kedua temanku menggila saat melihat gambarnya. Tidak hanya temanku, kini hatiku mulai menggila melihat senyuman dan mata itu. Astagfirullah...
"Maaf, aku tau aku tak bisa menyentuhmu, tapi aku harus menolongmu, bukan?" katanya kepadaku, tatapanya menembus langsung ke korneaku. "Aku akan memanggilkan seorang yang bisa menyentuh pergelangan kakimu" Ia berlalu setelah memberi isyarat supaya aku menunggu.
Tak lama setelah aku memaksa hatiku untuk beristigfar karena telah berdetak tak normal kepada dia yang bukan mahromku, laki-laki itu datang dengan seorang wanita paruh baya. Mereka mendekatiku, laki-laki itu menjelaskan kepada wanita paruh baya itu bagaimana situasinya. Bagaimana dan kenapa ia tak berani menyentuhku, aku tahu laki-laki ini tidak seiman denganku, namun ia mengenal dasar-dasar ajaran islam dengan baik.
"Luruskan kakimu, dia akan membantumu," katanya beralih ke bahasa inggris berlogat korea.
Aku menurut. Dan hatiku berdetak sangat cepat ketika ia berlutut di depan kakiku, ingin kutarik kakiku secepat mungkin tapi kakiku telah dicekal oleh wanita paruh baya itu.
"Terima kasih," kataku dalam bahasa korea setelah kurasakan kakiku lebih nyaman dari sebelumnya.
"Ohh kau bisa berbahasa korea?" ungkapnya terkejut, mata bulan sabit itu berubah menjadi bulat membola.
Aku mengangguk tak berani menatap.
"Kupikir kau tak bisa karena sejak tadi kau tak bersuara," katanya dengan nada sedikit kecewa.
"Maaf aku hanya terkejut," kataku masih dengan menunduk tak berani menatap.
"Tak apa. Sekarang kemana tujuanmu? Akan kucarikan taksi untukmu," katanya menawarkan bantuan yang tak setengah-setengah.
Aku menggelengkan kepala, aku bahkan tak bisa mengangkat kepalaku.
Ia tersenyum "Kau unik sekali," katanya.
"Hmm?" spontan aku mengangkat kepalaku.
"Ohh tidak! tutup matamu. Bukankah dosa jika nanti kau terpesona dengan ketampananku?" katanya sambil dengan cepat menutup wajah dengan jari-jarinya yang sengaja ia renggangkan.
Aku tersenyum secara tak sengaja.
"Kau tersenyum," katanya.
"Bagaimana kau tau?" tanyaku.
"Walaupun wajahmu tertutup dan hanya memperlihatkan sepasang mata itu, aku tau. Karna mata milikmu sama sepertiku. Berbentuk bulan sabit ketika tersenyum," jawabnya dan nyaris membuat nafasku berhenti.
"Lee Jeno" katanya dengan tersenyum. "Namaku," sambungnya.
Ya allah, apakah aku jatuh cinta kepadanya? Kepada dia yang tak seiman denganku? Kepadanya yang sama sekali tak tahu keberadaanku sebelumnya? Ya-Rabb.. sesungguhnya Engkaulah penguasa hati ini, Engkaulah pembolakbalik hati ini, kuserahku cintaku kepada-Mu Ya-Rabb....
--------------------------