Seoul
Chang Min tidak bisa membuat dirinya tenang. Ia terus melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju pinggiran kota Seoul pagi-pagi buta. Ia tidak tahu dari mana dan bagaimana Ji Hyo dapat memberiya informasi tentang keberadaan Jun Su, tetapi ia bahkan tidak peduli untuk bertanya.
Hamufield
“Belum tidur?”
Jun Su menoleh dan mendapati Jae Joong berada di ambang pintu kamarnya.
Jae Joong bisa melihat senyum Jun Su dan gelengan pelan kepalanya. Jun Su hanya duduk diam di pinggir jendela besar kamarnya, menutupi sebagian cahaya bulan untuk masuk menerangi kamar itu.
Jae Joong hanya memutuskan untuk bersandar di ambang pintu, ia menyukai siluet Jun Su di hadapannya.
“Ada apa? Aku tahu kau tidak bisa tidur akhir-akhir ini. Matamu mulai merah dan bengkak.” suara Jae Joong terdengar tenang, namun menuntut penjelasan.
Jun Su tersenyum kecil. Ia tidak pernah bisa menyembunyikan apa pun dari Jae Joong.
“Aku, tidak bisa bermimpi lagi.” Jun Su menjawab di sela-sela helaan nafasnya.
Jae Joong mengerutkan alinya, “Kenapa?”
Jun Su memandang keluar dan mengangkat bahunya, “Aku juga tidak tahu.”
Keheningan menyelimuti mereka untuk beberapa saat. Keduanya sibuk dengan berbagai pikiran di kepala mereka.
“Kenapa kau ingin kembali bermimpi? Bukankah itu selalu menjadi mimpi buruk belakangan ini?”
Untuk sesaat, Jun Su hanya membeku di tempatnya. Sejujurnya, dirinya sendiri sudah sering mempertanyakan itu. Namun kali ini, Jun Su ingin benar-benar jujur pada dirinya sendiri.
“Aku hanya... merindukannya.”
Seoul
Chang Min membuka pintu rumah tua di hadapannya. Ia tidak yakin Jun Su mau tinggal di sini. Tempat itu tidak terlihat nyaman sama sekali. Tidak bersih... dan, pintu itu tidak dikunci.
“Jun Su?” Chang Min melihat ke sekeliling. Rumah itu terlihat sudah kosong sejak lama sekali. Tidak ada tanda-tanda seseorang meninggali tempat itu.
Chang Min melihat ke arah dapur dan mengerutkan alisnya. Tidak ada tanda-tanda seseorang memakai alat apa pun di sana. Chang Min menghela nafas panjangnya. Ia pasti salah alamat. Jun Su yang dikenalnya tidak akan betah untuk tinggal di sini tanpa membersihkan tempat ini.
Chang Min baru akan berbalik pergi saat ia menyadari sesuatu di ambang pintu ruangan yang setengah terbuka itu; koper kecil Jun Su...
“Jun Su?” Chang Min segera berjalan kecil menuju kamar itu, dan hanya bisa mematung dengan pemandangan di hadapannya.
Jun Su terbaring di kasur tua itu. Sebelah tangannya menggenggam sebotol pil-pil putih yang tumpah ke ranjang. Sebotol air mineral ia biarkan terbuka begitu saja di meja kayu samping ranjang itu.
“Jun Su...” Chang Min merasa sekujur tubuhnya lemas. Nafasnya sesak.
Jun Su hanya diam di sana. Kedua matanya terpejam. Chang Min hampir tidak mengenali kekasihnya itu; wajah tirus pucat pasi, dan tubuh kakunya yang terlihat dingin.
Butiran-butiran panas mulai mengalir dari mata Chang Min. Bibirnya bergetar. Punggung bidangnya menggigil.
Satu jam... dua jam... tiga jam...
Chang Min hanya terduduk di tempatnya, membendung seluruh wajahnya ke dalam lutut yang dilipatnya.
Ini tidak benar... Jun Su baik-baik saja... kenapa ia begitu sedih? Ya, Jun Su baik-baik saja.
Chang Min mengangkat wajahnya dan melihat sosok Jun Su yang masih tergeletak diam di ranjang. Ia tersenyum tipis dan berdiri, berjalan mendekati tubuh pucat Jun Su.
“Hey, sudah berapa lama kau tidur?” Chang Min mengelus pelan pipi pucat Jun Su, tidak ada kehangatan seperti yang biasa ia rasakan di tangannya. “Bukankah sudah waktunya bangun dan pulang?” Chang Min menatap wajah Jun Su yang hanya diam. Chang Min tidak mengerti kenapa hatinya begitu sakit, tapi ia tidak menangis lagi. Ia tersenyum hanya dengan memandang Jun Su. Jun Su yang tertidur... Setidaknya, itu yang ingin Chang Min percayai.
Chang Min menghela nafasnya, “Waktunya pulang...”
Nyonya Shim hanya bisa berteriak dan pingsan saat Chang Min memasuki kediamannya, menggendong Jun Su dalam pelukannya.
Chang Min tidak bereaksi apa pun, ia hanya memandang wajah pemuda dalam pelukan lengan besarnya dengan senyum tipis dan mata penuh kasih, meski kesedihan yang tergambar di sana tidak dapat ia tutupi.
Ji Hyo hanya bisa menutupi mulutnya yang ternganga dengan sebelah tangannya. Mata gadis itu melebar, dan untuk sesaat, Ji Hyo lupa bagaimana caranya bernafas. Tatapannya terpaku pada Chang Min yang hanya melewatinya begitu saja.
Perlahan, Chang Min menidurkan Jun Su di ranjang mereka. Laki-laki dengan kantung mata tebal itu mengambil tempat di samping Jun Su, kembali mengelus pipi dingin pemuda di hadapannya, dan terus menatapnya dengan senyuman tipis. Chang Min tidak bisa mendengar suara gaduh di luar, ia bahkan tidak menyadari Ji Hye menatap tubuh Jun Su dengan pandangan ngeri di ambang pintu kamar yang terbuka lebar itu.
Hamufield
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ji Hyo segera membuka matanya lebar-lebar, menuruni ranjangnya dan keluar dari kamar yang masih gelap gulita itu. Dengan tergesa, gadis itu segera mengenakan sepatunya dan berlari keluar rumah sekencang yang ia bisa, melewati jalanan sepi yang gelap.
“Jun Su!”
Suara ketukan pintu yang keras segera membuat Jun Su dan seisi rumah itu terbangun.
“Jun Su!”
Jun Su segera turun dari ranjangnya dan berjalan cepat menuruni tangga, mengenali suara yang terdengar panik itu.
“Ada apa?” Jae Joong segera keluar dari kamarnya dan menyusul langkah Jun Su.
Nyonya Han sudah membuka pintu saat Jun Su sampai di lantai dasar. Ji Hyo terlihat tersengal dengan wajah panik.
“Ji Hyo?” Jun Su segera berjalan mendekat, sementara Ji Hyo menghambur masuk dan memeluknya erat-erat.
Suara isak tangis Ji Hyo terdengar jelas, memenuhi kesunyian malam di bakery yang masih tutup itu. Punggung gadis itu bergetar dalam pelukannya.
Jun Su hanya bisa terdiam dan membiarkan gadis itu memeluknya. Ia menggeleng kecil pada Jae Joong dan Nyonya Han yang memandangnya dengan tatapan bingung. Ia sendiri tidak tahu apa yang terjadi pada gadis itu subuh-subuh begini.
“Kau sudah tenang?”
Ji Hyo mengangguk setelah meletakan secangkir chamomile tea hangatnya di meja.
Jun Su menghembuskan nafas panjangnya dengan pelan, “Ada apa denganmu? Kau membangunkan semua orang malam-malam begini.”
Ji Hyo tidak tertawa pada leluconnya.
Jun Su menghela nafas singkat dan menatap Ji Hyo dengan wajah cemasnya, “Ada apa?”
“Kau... meninggal...”