Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Jun Su hanya bisa menundukkan kepalanya sementara orang-orang menatap mereka. Jun Su mencengkram erat tas dalam pangkuannya, kemeja Chang Min yang kebesaran sedikit tertutupi, sementara Chang Min mendorong kursi roda itu dengan senang.

Bukan kemeja Chang Min yang kebesaran, atau celana panjang Chang Min yang juga kebesaran yang membuat Jun Su tidak bisa mengangkat wajahnya; Jun Su sendiri tidak yakin kenapa, tapi ia benar-benar tidak berani mengangkat wajahnya dan melihat tatapan orang-orang itu. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, tidak menyukai tatapan orang-orang.

“Hey, Jun Su! Kau baik-baik saja?” tepukan ringan di pundak Jun Su membuat Jun Su mengangkat sedikit wajahnya. Ia melihat James yang tersenyum ramah padanya. Jun Su hanya membalas James dengan senyum kecil dan sedikit anggukan.

Jun Su akhirnya merasa sedikit lega saat mereka memasuki ruang kelas itu, namun ia segera menahan nafasnya melihat menyadari ia tidak akan bisa duduk di tempatnya biasa duduk. Ia harus menaiki beberapa anak tangga, dan itu mustahil. Diam-diam Jun Su mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya ia membolos saja.

 

 

Chang Min baru akan mendorong kursi roda Jun Su untuk duduk di barisan depan saat ia melihat tatapan mata Jun Su. Anak itu memandang kosong ke tempatnya biasa duduk. Senyum menyeringai mengembang di wajah Chang Min.

“Bagaimana dengan duduk di sana?” Chang Min menunjuk ke deretan terdepan, tepat di tengah-tengah ruang kelas.

Jun Su hanya diam dengan mata yang menatap takut tempat itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mau duduk di barisan depan. Ia merasa terintimidasi hanya dengan membayangkannya.

“Sepertinya, aku di perpustakaan saja.” Jun Su memaksakan senyumnya.

Chang Min tertawa kecil melihat reaksi Jun Su. Tanpa berkata apa-apa, lengan panjang Chang Min segera menggendong Jun Su dan membawanya menaiki anak tangga. Ia dapat melihat wajah kaget Jun Su dengan mata yang membulat, “Apa yang kau lakukan?”

“Membawamu ke tempat dudukmu.” Chang Min tersenyum santai membalas tatapan Jun Su. Ia bisa melihat wajah Jun Su yang memerah.

 

 

Sam dan seluruh anak di kelas itu hanya bisa ternganga. Siapa sangka Chang Min bisa menjadi sebaik itu?

James tersenyum menatap pemandangan di hadapannya. Ia melipat kursi roda Jun Su dengan senandung pelan dan meletakkannya di ujung ruang kelas.

“Apa yang terjadi pada Chang Min?” “Dia sangat aneh...” “Apa dia benar-benar Chang Min?” Sam hanya tertawa pelan mendengar bisikan di sekitarnya.  

James tersenyum lebar, meletakkan lengan besarnya pada pundak Sam, “Bukankah Chang Min yang ini lebih baik? Dia terlihat lebih senang.”

James kembali teringat Chang Min yang biasa dilihatnya. Chang Min yang mengadakan pesta setiap sabtu, Chang Min yang minum dan mabuk, Chang Min yang tertawa dengan gadis-gadis cantik. Tapi James merasakannya, Chang Min yang itu tidak sebahagia Chang Min yang sekarang. Senyum Chang Min terlihat jauh berbeda.

 

 

Jun Su memperhatikan Chang Min yang menulis catatan dengan serius. Tapi yang tidak Jun Su tahu adalah; Chang Min yang biasanya tidak akan mencatat di kelas.

“Kau sangat rajin.” Jun Su berkata pelan.

Chang Min menatap ke arahnya dan tersenyum lebar, “Catatan ini untukmu. Hingga tangan kananmu sembuh, aku akan mencatat untukmu.”

Jun Su melebarkan matanya. Tidak menyangka Chang Min akan melakukan itu.

“Kau tidak perlu melakukannya.” Jun Su tersenyum lebar, “Lagi pula, aku juga tidak pernah mencatat di kelas.”

“Aku tahu.” Chang Min tersenyum kecil, masih melanjutkan catatannya. Ia juga tahu bahwa anak itu tidak pernah menyadari tatapannya sejak awal.

Jun Su hanya memandang Chang Min dengan tidak mengerti, “Lalu, kenapa kau masih mencatat untukku?”

Chang Min menghentikan tulisannya dan beralih menatap mata polos Jun Su, “Hanya ingin melakukan sesuatu untukmu.”

 

 

“Setelah sekian lama, akhirnya aku tahu di mana kau tinggal.” Chang Min tersenyum puas setelah memarkirkan mobilnya di depan apartment dengan gedung empat tingkat yang sudah terlihat tua itu. Chang Min segera turun dan menyiapkan kursi roda Jun Su.

“Aku rasa kita tidak membutuhkan kursi roda.” Jun Su berkata pelan saat Chang Min membuka pintu untuknya.

Chang Min hanya memandang Jun Su dengan alis terangkat.

“Aku tinggal di lantai dua.”

Chang Min membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah jari telunjuk Jun Su. Sejenak, Chang Min mengamati tempat itu. Hanya ada tangga. Tidak ada lift.

Chang Min menghela nafasnya, “Baiklah kalau begitu.” Dengan gerakan cepat, Chang Min mengangkat Jun Su dari tempat duduknya. Ia sudah mulai terbiasa melakukan itu.

“Apa yang kalu lakukan? Turunkan aku.” Jun Su kembali merasakan pipinya memerah. Ia harap tidak ada tetangga yang melihatnya.

“Bukankah kau akan mengambil bajumu di sana?” Chang Min berjalan menaiki anak tangga itu dengan Jun Su dalam gendongannya.

“Ya, tapi aku bisa berjalan sendiri.”

“Tidak. Apa kau gila? Bagaimana kalau kakimu semakin parah?”

Jun Su hanya diam dan membiarkan laki-laki itu menggendongnya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menikmati wangi perfume Chang Min. Dengan wajahnya yang sudah panas, ia mendongakkan kepalanya dan melihat rahang kotak Chang Min yang terbentuk sempurna. Anak yang lebih muda darinya itu terlihat jauh lebih dewasa, terlebih lagi dengan kulit kecoklatannya.

“Bisa bukakan pintu?”

Suara Chang Min membuyarkan Jun Su dari lamunannya. “Te-tentu.” Jun Su tergagap dan berusaha mengeluarkan kuncinya.

Pintu apartment itu terbuka, menampilkan ruang tamu yang bahkan hanya seluas kamar mandi Chang Min, tapi Chang Min menyukainya. Tempat bernuansa khas Jepang, membuatnya terlihat hangat dan nyaman.

“Di mana kamarmu?”

Jun Su menunjuk pintu kayu di samping ruang tengah. Chang Min berjalan ke sana dan mendudukkan Jun Su di ranjang.

“Tempat ini sangat nyaman. Aku suka ruang tengahnya.” Chang Min memandang sekeliling dengan senyum lebar.

Jun Su mengangguk setuju, “Karena itu aku sangat betah di sini.”

 

 

Chang Min terlihat benar-benar lega setelah memasukkan seluruh barang-barang Jun Su ke dalam mobilnya. Ia segera berjalan cepat dan duduk di balik kemudi.

“Apa kau tidak merasa ini berlebihan? Aku merasa seperti pindah rumah. Kau membawa literally semua bajuku.” Jun Su menatap Chang Min yang baru saja duduk di balik kursi kemudi.

Chang Min menatap Jun Su dengan senyum mengagumi.

“Apa?” Jun Su membalas tatapan Chang Min dengan bingung. Ia kembali merasakan pipinya memanas oleh tatapan dan senyum itu.

“Ini adalah kali pertama kau bicara sepanjang itu.” Chang Min tersenyum senang.

Jun Su segera merasakan sesuatu bergejolak di hatinya.

“Lagi pula, bajumu sangat sedikit.”

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Let Me Go
2692      1123     3     
Romance
Bagi Brian, Soraya hanyalah sebuah ilusi yang menyiksa pikirannya tiap detik, menit, jam, hari, bulan bahkan tahun. Soraya hanyalah seseorang yang dapat membuat Brian rela menjadi budak rasa takutnya. Soraya hanyalah bagian dari lembar masa lalunya yang tidak ingin dia kenang. Dua tahun Brian hidup tenang tanpa Soraya menginvasi pikirannya. Sampai hari itu akhirnya tiba, Soraya kem...
My Sunset
7444      1612     3     
Romance
You are my sunset.
Game of Dream
1457      812     4     
Science Fiction
Reina membuat sebuah permainan yang akhirnya dijual secara publik oleh perusahaannya. permainan itupun laku di pasaran sehingga dibuatlah sebuah turnamen besar dengan ratusan player yang ikut di dalamnya. Namun, sesuatu terjadi ketika turnamen itu berlangsung...
Sweet Scars
299      248     1     
Romance
Bulan dan Bintang
6060      1619     1     
Romance
Orang bilang, setiap usaha yang sudah kita lakukan itu tidak akan pernah mengecewakan hasil. Orang bilang, menaklukan laki-laki bersikap dingin itu sangat sulit. Dan, orang bilang lagi, berpura-pura bahagia itu lebih baik. Jadi... apa yang dibilang kebanyakan orang itu sudah pasti benar? Kali ini Bulan harus menolaknya. Karena belum tentu semua yang orang bilang itu benar, dan Bulan akan m...
29.02
447      239     1     
Short Story
Kau menghancurkan penantian kita. Penantian yang akhirnya terasa sia-sia Tak peduli sebesar apa harapan yang aku miliki. Akan selalu kunanti dua puluh sembilan Februari
When You're Here
2391      1075     3     
Romance
Mose cinta Allona. Allona cinta Gamaliel yang kini menjadi kekasih Vanya. Ini kisah tentang Allona yang hanya bisa mengagumi dan berharap Gamaliel menyadari kehadirannya. Hingga suatu saat, Allona diberi kesempatan untuk kenal Gamaliel lebih lama dan saat itu juga Gamaliel memintanya untuk menjadi kekasihnya, walau statusnya baru saja putus dari Vanya. Apa yang membuat Gamaliel tiba-tiba mengin...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
22183      2499     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Mengejar Cinta Amanda
2212      1190     0     
Romance
Amanda, gadis yang masih bersekolah di SMA Garuda yang merupakan anak dari seorang ayah yang berprofesi sebagai karyawan pabrik dan mempunyai ibu yang merupakan seorang penjual asinan buah. Semasa bersekolah memang kerap dibully oleh teman-teman yang tidak menyukai dirinya. Namun, Amanda mempunyai sahabat yang selalu membela dirinya yang bernama Lina. Selang beberapa lama, lalu kedatangan seora...
OUR PATH | MinYoon
381      262     1     
Fan Fiction
"Inilah jalan yang aku ambil. Tak peduli akan banyaknya penolakan masyarakat, aku akan tetap memilih untuk bersamamu. Min Yoongi, apapun yang terjadi aku akan selalu disimu." BxB Jimin x Yoongi Yang HOMOPHOBIC bisa tinggalkan book ini ^^