Read More >>"> Hamufield (Bab 35) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hamufield
MENU
About Us  

Jun Su hanya bisa menundukkan kepalanya sementara orang-orang menatap mereka. Jun Su mencengkram erat tas dalam pangkuannya, kemeja Chang Min yang kebesaran sedikit tertutupi, sementara Chang Min mendorong kursi roda itu dengan senang.

Bukan kemeja Chang Min yang kebesaran, atau celana panjang Chang Min yang juga kebesaran yang membuat Jun Su tidak bisa mengangkat wajahnya; Jun Su sendiri tidak yakin kenapa, tapi ia benar-benar tidak berani mengangkat wajahnya dan melihat tatapan orang-orang itu. Ia tidak suka menjadi pusat perhatian, tidak menyukai tatapan orang-orang.

“Hey, Jun Su! Kau baik-baik saja?” tepukan ringan di pundak Jun Su membuat Jun Su mengangkat sedikit wajahnya. Ia melihat James yang tersenyum ramah padanya. Jun Su hanya membalas James dengan senyum kecil dan sedikit anggukan.

Jun Su akhirnya merasa sedikit lega saat mereka memasuki ruang kelas itu, namun ia segera menahan nafasnya melihat menyadari ia tidak akan bisa duduk di tempatnya biasa duduk. Ia harus menaiki beberapa anak tangga, dan itu mustahil. Diam-diam Jun Su mengutuk dirinya sendiri. Seharusnya ia membolos saja.

 

 

Chang Min baru akan mendorong kursi roda Jun Su untuk duduk di barisan depan saat ia melihat tatapan mata Jun Su. Anak itu memandang kosong ke tempatnya biasa duduk. Senyum menyeringai mengembang di wajah Chang Min.

“Bagaimana dengan duduk di sana?” Chang Min menunjuk ke deretan terdepan, tepat di tengah-tengah ruang kelas.

Jun Su hanya diam dengan mata yang menatap takut tempat itu. Seumur hidupnya, ia tidak pernah mau duduk di barisan depan. Ia merasa terintimidasi hanya dengan membayangkannya.

“Sepertinya, aku di perpustakaan saja.” Jun Su memaksakan senyumnya.

Chang Min tertawa kecil melihat reaksi Jun Su. Tanpa berkata apa-apa, lengan panjang Chang Min segera menggendong Jun Su dan membawanya menaiki anak tangga. Ia dapat melihat wajah kaget Jun Su dengan mata yang membulat, “Apa yang kau lakukan?”

“Membawamu ke tempat dudukmu.” Chang Min tersenyum santai membalas tatapan Jun Su. Ia bisa melihat wajah Jun Su yang memerah.

 

 

Sam dan seluruh anak di kelas itu hanya bisa ternganga. Siapa sangka Chang Min bisa menjadi sebaik itu?

James tersenyum menatap pemandangan di hadapannya. Ia melipat kursi roda Jun Su dengan senandung pelan dan meletakkannya di ujung ruang kelas.

“Apa yang terjadi pada Chang Min?” “Dia sangat aneh...” “Apa dia benar-benar Chang Min?” Sam hanya tertawa pelan mendengar bisikan di sekitarnya.  

James tersenyum lebar, meletakkan lengan besarnya pada pundak Sam, “Bukankah Chang Min yang ini lebih baik? Dia terlihat lebih senang.”

James kembali teringat Chang Min yang biasa dilihatnya. Chang Min yang mengadakan pesta setiap sabtu, Chang Min yang minum dan mabuk, Chang Min yang tertawa dengan gadis-gadis cantik. Tapi James merasakannya, Chang Min yang itu tidak sebahagia Chang Min yang sekarang. Senyum Chang Min terlihat jauh berbeda.

 

 

Jun Su memperhatikan Chang Min yang menulis catatan dengan serius. Tapi yang tidak Jun Su tahu adalah; Chang Min yang biasanya tidak akan mencatat di kelas.

“Kau sangat rajin.” Jun Su berkata pelan.

Chang Min menatap ke arahnya dan tersenyum lebar, “Catatan ini untukmu. Hingga tangan kananmu sembuh, aku akan mencatat untukmu.”

Jun Su melebarkan matanya. Tidak menyangka Chang Min akan melakukan itu.

“Kau tidak perlu melakukannya.” Jun Su tersenyum lebar, “Lagi pula, aku juga tidak pernah mencatat di kelas.”

“Aku tahu.” Chang Min tersenyum kecil, masih melanjutkan catatannya. Ia juga tahu bahwa anak itu tidak pernah menyadari tatapannya sejak awal.

Jun Su hanya memandang Chang Min dengan tidak mengerti, “Lalu, kenapa kau masih mencatat untukku?”

Chang Min menghentikan tulisannya dan beralih menatap mata polos Jun Su, “Hanya ingin melakukan sesuatu untukmu.”

 

 

“Setelah sekian lama, akhirnya aku tahu di mana kau tinggal.” Chang Min tersenyum puas setelah memarkirkan mobilnya di depan apartment dengan gedung empat tingkat yang sudah terlihat tua itu. Chang Min segera turun dan menyiapkan kursi roda Jun Su.

“Aku rasa kita tidak membutuhkan kursi roda.” Jun Su berkata pelan saat Chang Min membuka pintu untuknya.

Chang Min hanya memandang Jun Su dengan alis terangkat.

“Aku tinggal di lantai dua.”

Chang Min membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah jari telunjuk Jun Su. Sejenak, Chang Min mengamati tempat itu. Hanya ada tangga. Tidak ada lift.

Chang Min menghela nafasnya, “Baiklah kalau begitu.” Dengan gerakan cepat, Chang Min mengangkat Jun Su dari tempat duduknya. Ia sudah mulai terbiasa melakukan itu.

“Apa yang kalu lakukan? Turunkan aku.” Jun Su kembali merasakan pipinya memerah. Ia harap tidak ada tetangga yang melihatnya.

“Bukankah kau akan mengambil bajumu di sana?” Chang Min berjalan menaiki anak tangga itu dengan Jun Su dalam gendongannya.

“Ya, tapi aku bisa berjalan sendiri.”

“Tidak. Apa kau gila? Bagaimana kalau kakimu semakin parah?”

Jun Su hanya diam dan membiarkan laki-laki itu menggendongnya. Ia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menikmati wangi perfume Chang Min. Dengan wajahnya yang sudah panas, ia mendongakkan kepalanya dan melihat rahang kotak Chang Min yang terbentuk sempurna. Anak yang lebih muda darinya itu terlihat jauh lebih dewasa, terlebih lagi dengan kulit kecoklatannya.

“Bisa bukakan pintu?”

Suara Chang Min membuyarkan Jun Su dari lamunannya. “Te-tentu.” Jun Su tergagap dan berusaha mengeluarkan kuncinya.

Pintu apartment itu terbuka, menampilkan ruang tamu yang bahkan hanya seluas kamar mandi Chang Min, tapi Chang Min menyukainya. Tempat bernuansa khas Jepang, membuatnya terlihat hangat dan nyaman.

“Di mana kamarmu?”

Jun Su menunjuk pintu kayu di samping ruang tengah. Chang Min berjalan ke sana dan mendudukkan Jun Su di ranjang.

“Tempat ini sangat nyaman. Aku suka ruang tengahnya.” Chang Min memandang sekeliling dengan senyum lebar.

Jun Su mengangguk setuju, “Karena itu aku sangat betah di sini.”

 

 

Chang Min terlihat benar-benar lega setelah memasukkan seluruh barang-barang Jun Su ke dalam mobilnya. Ia segera berjalan cepat dan duduk di balik kemudi.

“Apa kau tidak merasa ini berlebihan? Aku merasa seperti pindah rumah. Kau membawa literally semua bajuku.” Jun Su menatap Chang Min yang baru saja duduk di balik kursi kemudi.

Chang Min menatap Jun Su dengan senyum mengagumi.

“Apa?” Jun Su membalas tatapan Chang Min dengan bingung. Ia kembali merasakan pipinya memanas oleh tatapan dan senyum itu.

“Ini adalah kali pertama kau bicara sepanjang itu.” Chang Min tersenyum senang.

Jun Su segera merasakan sesuatu bergejolak di hatinya.

“Lagi pula, bajumu sangat sedikit.”

 

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Trainmate
2290      944     2     
Romance
Di dalam sebuah kereta yang sedang melaju kencang, seorang gadis duduk termangu memandangi pemandangan di luar sana. Takut, gelisah, bahagia, bebas, semua perasaan yang membuncah dari dalam dirinya saling bercampur menjadi satu, mendorong seorang Zoella Adisty untuk menemukan tempat hidupnya yang baru, dimana ia tidak akan merasakan lagi apa itu perasaan sedih dan ditinggalkan. Di dalam kereta in...
Premium
RESTART [21+]
5380      2302     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Le Papillon
2172      963     0     
Romance
Victoria Rawles atau biasa di panggil Tory tidak sabar untuk memulai kehidupan perkuliahannya di Franco University, London. Sejak kecil ia bermimpi untuk bisa belajar seni lukis disana. Menjalani hari-hari di kampus ternyata tidak mudah. Apalagi saat saingan Tory adalah putra-putri dari seorang seniman yang sangat terkenal dan kaya raya. Sampai akhirnya Tory bertemu dengan Juno, senior yang terli...
Be Yours.
2204      1174     4     
Romance
Kekalahan Clarin membuatnya terpaksa mengikuti ekstrakurikuler cheerleader. Ia harus membagi waktu antara ekstrakurikuler atletik dan cheerleader. Belum lagi masalah dadanya yang terkadang sakit secara mendadak saat ia melakukan banyak kegiatan berat dan melelahkan. Namun demi impian Atlas, ia rela melakukan apa saja asal sahabatnya itu bahagia dan berhasil mewujudkan mimpi. Tetapi semakin lama, ...
To You The One I Love
828      480     2     
Short Story
Apakah rasa cinta akan selalu membahagiakan? Mungkinkah seseorang yang kau rasa ditakdirkan untukmu benar benar akan terus bersamamu? Kisah ini menjawabnya. Memang bukan cerita romantis ala remaja tapi percayalah bahwa hidup tak seindah dongeng belaka.
Lagu Ruth
396      281     0     
Short Story
wujud cintaku lebih dari sekedar berdansa bersamamu
With You
2138      784     1     
Fan Fiction
Kesan pertama yang dapat diambil dari seorang Jevano ketika pertama kali bertemu adalah laki-laki berparas tampan dengan aura dingin dan berwawasan luas, tapi sayangnya Jevano tidak peka. Tampannya Jevano itu lengkap, manis, ganteng, cool, dan ga bikin bosen. Bahkan kalau dilihat terus-terusan bikin tambah sayang. Bahkan perempuan seperti Karina yang tidak pernah tertarik dengan laki-laki sebelum...
NADA DAN NYAWA
13475      2564     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
RANIA
2122      732     1     
Romance
"Aku hanya membiarkan hati ini jatuh, tapi kenapa semua terasa salah?" Rania Laila jatuh cinta kepada William Herodes. Sebanarnya hal yang lumrah seorang wanita menjatuhkan hati kepada seorang pria. Namun perihal perasaan itu menjadi rumit karena kenyataan Liam adalah kekasih kakaknya, Kana. Saat Rania mati-matian membunuh perasaan cinta telarangnya, tiba-tiba Liam seakan membukak...
KESEMPATAN PERTAMA
484      336     4     
Short Story
Dan, hari ini berakhir dengan air mata. Namun, semua belum terlambat. Masih ada hari esok...