Ingin memiliki kepribadian baik dihadapan bos? Kamu cuma perlu 10 tips jitu ini. Kamu juga tidak perlu harus mengubar kecantikanmu atau kegantenganmu kepada bosmu. Cukup ikuti 10 tips jitu dari kami. Tapi, kamu perlu keberanian untuk melakukan ini. Kalau kamunya lempeng aja bakal percuma.
"Ara!"
Apalagi bosmu itu terkenal super galak. Dia seenak jidat memberikan perintah nggak masuk akal cuma sama kamu. Contohnya saja seperti bikin kamu lembur tetapi nggak dapet bonus, marah-marah hanya karena kamu typo atau melakukan kesalahan yang sangat jarang, dan yang parah sering---
"Araaaa!"
Ara mendongak dari layar komputer milik kantor. Lelaki bertubuh tinggi, gempal dan berotot di kedua lengannya sedang memberi pelototan lebar untuknya. Kepala pelontosnya nampak mengkilap terkena sinar lampu kantor. Wajahnya merah padam.
Dia menghempaskan tumpukan berkas di atas mejanya dengan tampang yang begitu garang. Bunyi dentuman terdengar ketika berkas map beradu dengan alas meja yang dilapisi kaca. Dia meringis terkejut, lalu menggigit bibirnya untuk mengalihkan rasa takut dari lelaki berambut plontos ini.
"Saya sudah memanggilmu dua kali. And You make me walk on your cubicle." Lelaki itu berseru kesal.
Ara hanya menelan ludahnya keluh. Dia melirik ke sekitar ruangan kantor yang tidak terlalu luas. Anehnya, Ara tidak menemukan seseorang satupun. Ruangan kerja kosong melompong, menyisakan dia dan lelaki yang sedang mengamuk.
Oh my god.
Ara sadar jika ini masih jam istirahat. Lalu kenapa lelaki plontos ini memberi perintah kasar untuk dirinya di jam istirahat?
"Saya perlu alasan kenapa kamu tidak menanggapi panggilan saya?" Dia memberi perintah dengan nada memaksa.
"Tunggu dulu pak Gavian. Ini kan masih jam istirahat. Apa salah kalau saya main sebentar dengan Standar sistem global Transmission Control Protocol dengan nama lain Internet?" Ara mengerutkan keningnya. Dia mencoba membela diri.
Gavian Ardhana Bagaskara. Lelaki yang tinggi, memiliki otot di kedua lengannya, tampan, kaya, pecinta wanita, dan dia sangat sempurna dengan kepala yang tidak berambut. Justru keunikan yang tidak berambut inilah yang menjadi patokan kegantengan dan kesombongan Gavian terhadap memilih kaum wanita. Mencari nama Gavian di explore Instagram dapat fengan mudah ditemukan. Bahkan follower Gavian saja bisa mengalahkan Raffi Ahmad, atau youtubers yang baru eksis dengan slogan "Kecebong collector". Kalian pasti paham betul dengan istilah kecebong, yang tak lain si Anak presiden.
"Lah terus saya nggak boleh nyuruh kamu melakukan tugas kantor? Saya ini bos di perusahaan ini. Kamu itu karyawan saya. Masa bos nggak boleh nyuruh-nyuruh anak buah!" Gavian mendumel dengan bibir merucut ke depan.
Ara hampir tertawa menatap bibir manyun bosnya, seperti anak kecil yang merengek. Tapi bedanya anak-anak itu lucu, kalau Gavian ini lebih tepatnya babyhui yang merengek ketika dotnya di ambil.
Iuuuwwwhh. Ara rasanya pengen muntah hanya dengan membayangkannya saja.
"Kamu tahu kan, Ara?!" Gavian menggebrak meja Ara. Tumpukan map ikut terjatuh saat Gavian menggebrak mejanya kasar.
"Kamu nggak dengerin saya dari tadi ngomong sampai berbusa?!" Dia kembali mendumel.
Ara mendengus kesal. IstirahatNya bakal habis jika Gavian terus menerus mendumel nggak jelas seperti ini.
"Kamu tahu terjemahanmu itu ngawur. Makna Sousaku itu bukan produksi. Memang maknanya sama, Tapi bukan di gunakan dalam lingkup pabrik. Jangan-jangan Kamu nyogok atau nyalo ya untuk lulus tes NS?"
Ara sedikit tersinggung. Tapi Dia memilih tersenyum getir. Meskipun hatinya mencelos menahan sakit dari ucapan lelaki ini.
"Maaf Bapk Gavian. Saya janji akan memperbaiki dengan cepat." Kata Ara dengan senyum tipis, lalu mengambil satu map yang tadi sempat jatuh.
Gavian kembali tersenyum.
"Bagus. Saya akan beri kamu bonus besar setelah gajian." Dia mengelus dagu runcingnya. Ara bahkan tidak peduli seberapa besar bonusnya. Boro-boro mikirin, di kasih 100 ribu saja ribetnya minta ampun kalau berurusan sama Gavian.
Sebenarnya perusahaannya tidak pelit dalam memberi gaji. Tapi semenjak Ara di pindah ke bagian Technical Development - meskipun dia mendapatkan jabatan tinggi dan gaji naik, kalau berurusan dengan bapak plontos ini, semuanya jadi berabeh. Gaji, dan bonus bakal sangat telat di kirim. Parahnya, itu hanya terjadi pada dirinya.
"Saya minta nomor kamu kalau begitu. Saya setelah ini ada urusan di luar."
Ara meggaruk tengkuk lehernya."lah terus pak?"
Gavian kembali memberi tatapan tajam. Matanya membulat besar."Kamu jangan geer dulu. Ini supaya saya bisa ngecek kamu beneran ngerjain apa gak?!"
Ara melongo lebar. Dia mengerjapkan kedua matanya. Dia masih belum sadar setengah persen dengan apa yang barusan si plontos omongin. Ini yang salah siapa sih? Yang geer siapa juga?
"081111222335" Ara berseru tiba-tiba . Dia tidak mau berurusan lagi dengan lelaki plontos ini lagi.
"Baik. Saya pergi dulu." Gavian membalik tubuhnya setelah mencatat nomor HP-nya.
Ara masih menatap punggung lelaki yang barusan saja meninggalkan mejanya. Ara bisa melihat di balik punggung Gavian, dia sedang menekan tombol HP, kemudian menaruh di telinga kanannya. Kening Ara terlipat. Ada sesuatu yang tidak mengenakkan hatinya.
Perasaan Ara masih tidak karuan. Sesuatu menggelitik hatinya. Pikirannya tiba-tiba kacau. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya. Sesuatu yang akan meledak seketika.
oh Tuhaaan yang maha Esa.
Ringtone Ara belum dia ubah ke mode getar. Bukan itu masalahnya. Tapi, yang menjadi masalah, Ara lupa mengganti ringtone HPnya. Bukan karena lagu dangdut ataupun lagu korea yang nggak jelas. Ini jelas-jelas masalah yang paling pelik.
Gundul gundul pacul-cul, gembelengan.
Nyunggi-nyunggi wakul-kul, gembelengan.
Lelaki plontos itu memutar tubuhnya kearah Ara, dengan HP yang masih menempel di telinganya. Ara menunduk ke bawa. Nyalinya ciut menghadapi Gavian untuk kedua kalinya hanya dalam setengah jam pertemuan.
Ara mencoba mendongak, menatap wajah Gavian. Bunyi ringtone masih terus mengaung di seluruh ruangan.
Mampus!
"Jadi saya punya ringtone spesial di HP kamu?" Tanya Gavian sarkastik.
Ara masih terdiam. Berulang kali berkomat kamit dalam hati agar seseorang dapat menolongnya. Tentu, tidak ada. Tidak ada satupun orang yang bakal menolongnya. Bahkan cicak memilih bersembunyi ke sudut dinding, seakan-akan tertawa cekikan dengan suara "cak-cak" bersamaan bunyi denting jam yang melambangkan istirahat telah selesai.
"Kamu mau saya pecat?!" Gavian mengancam dengan rahang yang mengatup.
Ruang kerjanya masih lenggang. Hanya ada Gavian, Ara dan bunyi cicak yang merayap di pojok tembok.
"Anu paaak..."
"Anu-anu!. Saya tidak perlu dengar mengenai Anumu, Ara!" Hardik Gavin mengacungkan jari telunjuknya
Ruangan kerja yang tadi lenggang, mulai nampak beberapa karyawan masuk. Mereka sedikit terheran-heran dengan kehadiran Gavian di devisi Technical Development. Anehnya lagi tak ada satupun orang yang berani menyapa. Siapa yang berani ketika babbyhui mendadak kebakaran jenggot. Muka Pak Gavian merah padam. Kepalanya yang plontos nampak semakin mengkilap terkena cahaya lampu. Ara masih menunduk. Dia masih belum berani menatap babby hui yang sedang menatapnya dengan mata terbuka lebar
.
"Bagus, kalian sudah berkumpul disini!" Gavian tersenyum licik. "Karena saat ini, Saya memutuskan bahwa Azkayra tidak lagi bekerja di perusahaan kita!"
Ara mendongak, menatap cengo lelaki di depannya. Pecat? Ara di pecat dengan alasan tidak logis. Dia di pecat hanya karena ringtone gundul pacul dari HPnya. Dia bahkan belum sempat menjelaskan apapun, Ara sudah di sentak habis-habisan sama Gavian. Ara kadang bingung dari mana dia bisa masuk ke dalam perkumpulan Anak Gaul Surabaya jika tingkahnya aja nggak jelas. Dia kayak orang yang nggak pernah main jauh. Hanya karena ringtone itu saja, lelaki botak ini mengamuk bagai banteng yang menyala hanya melihat kain merah.
Satu hal. Dia gagal menjalankan jurus jitu yang tertulis di dalam artikel.