Ada yang bilang kalau bersikap bodo amat adalah sebuah seni. Gue pun terpengaruh oleh statement itu sampai akhirnya gue jadi orang yang bodo amat-an. Pernah suatu ketika gue dan seorang teman bernama Dani, dikejar anjing komplek yang mirip binaragawan. Dulu gue lagi ngajarin Dani mengendarai motor kopling. Sebelumnya gue sudah bilang ke Dani kalau di komplek tempat kami berada saat itu memang banyak anjing galak. Kurang begitu nyaman untuk belajar mengendarai motor. Tapi Dani ngotot minta belajar ngendarain motor di jalanan komplek itu karena jalannya yang luas dan jarang ada belokan.
‘Dan, gue mau minum es cincau dulu yak. Lo kan udah agak bisa bawa motor, jadi kalo gue tinggal minum es gak apa-apa yak.’ Kata gue sambil nunjuk ke penjual es cincau.
‘Yaudah gak apa-apa. Gue udah agak lancar kok.’ Jawabnya.
Gue pun memesan es pada pedagang cincau dan duduk di sebuah bangku yang sudah disediakan. Ketika es cincau sudah dibuat, dengan penuh rasa syukur gue menikamtinya saat cuaca lagi panas kronis. Tak lama kemudian, gue melihat motor yang dikendarai oleh Dani mati di tengah jalan. Lalu entah kenapa tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba ada anjing besar yang lompat dari pagar rumah. Anjing itu menggong-gong dan lari menghampiri Dani. Tanpa basa basi, Dani pun lari sambil dorong-dorong motor dengan wajah yang penuh semangat. Gue masih menikmati es cincau dengan penuh rasa syukur sambil menyaksikan Dani yang lagi dikejar-kejar anjing. Pedagang cincau tertawa melihat Dani yang lagi kena musibah. Gue juga ikut tertawa padahal Dani adalah teman gue. Beruntung, ada rumah besar yang jadi area balap lari antara Dani dan anjing itu. Jadi, Dani cukup lari ngelilingin rumah tanpa harus mikir mau kabur kemana.
‘Daniiiii, lo pura-pura mati aja kalo udah cape.’ Gue meneriaki Dani yang lagi sibuk dikejar anjing.
‘Iyaaaaaaak.’ Tukang cincau menimpali.
Dani tak menghiraukan ucapan gue dan tukang cincau. Dia tetap fokus berlari sekencang mungkin demi mencapai cita-citanya untuk lolos dari kejaran anjing. Sebelah pikiran gue mengatakan bahwa gue harus menolong Dani dengan cara apapun. Namun sebelah pikiran gue yang lebih mendominasi, berasumsi bahawa bersikap bodo amat adalah sebuah seni dan gue cukup menyaksikan usaha Dani untuk lolos dari kejaran anjing sebagai pelajaran hidup. Tak berapa lama kemudian, gue melihat gelagat aneh dari Dani. Dia tak lagi muterin rumah yang jadi arena balap larinya bersama anjing. Dani meninggalkan motor yang didorongnya lalu keluar track dan lari menghampiri gue yang sedang duduk bersama pedagang cincau. Anjingnya ikut ngebut di belakang Dani. Dua mahluk yang sedang balap lari itu mendekat ke gue. Tukang cincau lari dan masuk ke rumah warga. Gue lompat dari bangku dan lari ke arah belakang. Sayangnya gue kepeleset dan jatuh di tanah dengan posisi apa adanya. Dari posisi jatuh ini, gue bisa melihat Dani yang berlari kencang lalu melompati gue yang lagi jatuh sambil berkata ‘Riiiiii, pura-pura mati.’
Dani berhasil kebur melewati gue yang sedang jatuh. Perlahan gue menghadap ke depan lalu kaget karena meilhat anjing sehat dengan muka sangar yang melototin gue. Anjingnya diam. Gue melihatnya dan dia melihat gue. Mata kami saling bertemu untuk beberapa detik sampai akhirnya anjng itu menarik nafas dalam dalam dan menghempaskannya sambil bilang ‘Awg.. awg.. awg.. awg.. awg.. awg.. awg.. aaawg.. awg.. awg..!’
‘Aahh. aah. aaaah….!’ Gue kaget, lalu gue pura-pura mati. Mata gue merem.
Anjingnya masih menggong-gong di samping telinga gue sementara gue sedang merencanakan akan berkelahi dengan anjing itu kalau seandainya dia mengigit kuping gue. Tak begitu lama kemudian, suara anjing itu hilang. Gue masih belum membuka mata. Gue mendengar suara Dani yang sedang ngobrol dengan suara yang tak gue kenal.
‘Maaf yak mas.’ Suara asing dari telinga kiri gue.
‘Iya gak apa-apa Pak.’ Suara Dani menimpali.
Gue membuka mata. Ternyata ada Dani bersama orang yang sepertinya adalah pemilik anjing itu. Anjingnya di gendong oleh orang yang gue curigai sebagi pemiliknya. Dani dan dia berjalan menjauh dari gue sambil berbincang-bincang. Gue bangun dari posisi jatuh, berjalan perlahan menuju penjual es cincau yang sudah ada di posisi semula.