Kejadian ini terjadi waktu aku kelas XI. Kejadian yang tidak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Karna cerita ini sangat mengguncangkan dunia.
Jadi waktu dulu ada minuman populer yaitu capucino cincau atau capcin. Dan aku salah satu penggemarnya. Sudah banyak yang jual capcin memang. Namun capcin terenak ada di tempat yang jauh dari SMAku.
Hari itu hari jumat, aku dan ketiga temanku ngidam untuk meminum ini. Karen 2 orang temanku laki-laki, Alim dan Bagus, maka mereka akan sholat jumat dan yang bertugas membeli capcin adalah aku dan teman perempuanku, sebut saja yuni.
Karna jarak yang begitu jauh maka perlu mengendari motor. Yuni tidak bisa mengemudikan motor jadi harus aku yang mengemudikannya. Karena aku hanya bisa mengendari motor matic maka aku meminjam motor adek tingkatku.
Akhirnya aku dapat motor matic. Agar mudah mencarinya aku bertanya lebih spesifik kepada pemilik motor tersebut. namun ada salah satu adek tingkat yang lain yang berkata
“mbak. Kalau kontak bisa masuk ke motor. Terus bisa dihidupkan. Tandanya motor itu bener”
Oke masuk akal juga.
Akhirnya aku dan Yuni bergegas menuju ke parkiran dan mencari motor si adek tingkat ini. Hingga ada motor yang kucoba dan ternyata nyalah. Maka bergegaslah aku dan yuni menuju ke tempat penjual capcin dan bergegas memesannya.
Setelah selesai memesan, aku dan Yuni bergegas kembali ke SMA. Namun waktu aku mencoba untuk menghidupkan motor. Nihil. Sangat-sangat tidak bisa. Kami putus asa, maka segera kami SMS adek tingkat. Ya waktu itu belum marak siswa yang memiliki smartphone.
Sambil menunggu, hal yang tak tertuga terjadi. Adek tingkat itu mengabari bahwa MOTORNYA MASIH ADA DI PARKIRAN. Oke panik dong. Motor siapa ini.
Kita diem. Bingung mikir balik gimana. Dan ini motor siapa. Tiba-tiba yuni berkata kalau motor itu mirip punya si Lia, teman seangkatan kita. Karena kita nggak punya kontak Lia, maka kita hubungi pacarnya. Dan ya benar itu motornya Lia.
“Oke Yun. Kalau nanti mereka kemari. Kita balik bareng mereka. Berabe. Malu banget pasti. Telpon aja si Alim suruh jemput kita. Biar nggak terlalu malu-maluin” ujarku. Maka segeralah Yuni menghubungi Alim.
Sekitar 15 menit Lia datang bersama pacar dan sahabatnya. Ku lihat mata Lia sembab. Aku menjelaskan dengan detail kejadiannya. Pacarnya nahan ketawa. Iya siapa yang nggak ketawa. Mereka mengajak pulang bareng. Aku dan Yuni menolak. Benar-benar menolak. Akhirnya mereka kembali. selang beberapa menit Alim dan Bagus datang dengan wajah sok marah dan menahan tawa.