Loading...
Logo TinLit
Read Story - Salah Doa
MENU
About Us  

Siang itu, aku mengikuti ajakan teman untuk datang ke pengajian khusus wanita di masjid kompleks rumahnya. Temanya, keutamaan bulan Rajab, Sya’ban dan Ramadhan. Pas banget, karena waktu itu hanya beberapa hari menjelang bulan Rajab.

June dan aku duduk di barisan kedua dari depan, hanya berjarak sekitar dua meter dari bu Nyai. Alasan utama kami berdua duduk di sana bukan supaya bisa mendengarkan ceramah dengan jelas, melainkan agar kami bisa duduk sambil bersandar di pilar masjid.

Suara bu Nyai yang ramah, caranya menyampaikan ceramah yang diselingi dengan sedikit gurauan dan tebakan, membuat suasana pengajian terasa menyenangkan. Hingga kami tidak menyadari waktu yang berlalu. Ketika salah satu pengurus masjid mendekati kami, memberitahu kalau beberapa belas menit lagi mereka akan mengumandangkan adzan dhuhur, barulah kami sadar kalau pengajian ini sudah berlangsung lebih dari satu jam.

“Ibu-ibu dan mbak-mbak semua, sebelum kita akhiri pengajian ini, saya akan kembali membacakan doa untuk menyambut tiga bulan mulia yang sebentar lagi kita temui. Untuk ibu-ibu yang mengikuti pengajian minggu lalu, pasti sudah tahu bahkan hafal doa ini karena sudah saya berikan lembaran fotokopi doa ini beserta artinya. Untuk ibu-ibu atau mbak-mbak yang belum tahu, saya akan membaca doa ini dengan perlahan agar bisa di ikuti atau dicatat.”

Bu nyai menunggu beberapa lama hingga beberapa jama’ah mengeluarkan buku dan bolpoin untuk mencatat, termasuk June. Dan aku, aku akan memfoto catatan June.

Aku membuka kotak kue yang dibagikan sebelum pengajian dimulai, mengambil sepotong kue di dalamnya, saat mendengar bu nyai mengatakan, “Bismillahirrahmanirrahim. Allaahummabaariklanaa....”

Dengan santai, plus sok tahu, aku mengatakan, “Fiimaarazaqtana wa qinaa ‘adzaa-bannaar,” kemudian menggigit kue di depan mulutku.

Aku terkejut mendengar bu nyai mengatakan, “Bukan itu doanya, mbak. Yang itu tadi doa sebelum makan.”

Aku menelan kue dalam mulutku, menatap bu nyai, menganggukkan kepala, lalu menyengir.

“Bagian awalnya memang sama dengan doa sebelum makan, tapi selanjutnya beda. Mbak ikuti doa yang akan saya baca ini ya.”

Aku mengangguk. Dengan sisa roti di tangan kanan, aku mengikuti doa ‘Allaahumma baariklanaa fii Rajaba wa Sya’baana waballighna Ramadhana’ yang diucapkan bu Nyai.

Setelah selesai, bu Nyai bertanya, “Mbak tidak mencatat doanya?”

Aku menunjuk June. “Nanti saya foto catatannya.”

Bu nyai mengangguk. “Jangan lupa dibaca ya, mbak.”

Aku menyengir, mengangguk, lalu mengatakan, “Iya, bu nyai.”

How do you feel about this chapter?

0 2 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Hilang dan Pergi
458      314     0     
Short Story
“iki gratis ta pak?”, “yo wes gratis”.
ANAK SULTAN MINTA MAKAN
235      190     2     
Short Story
ANAK SULTAN MINTA MAKAN Oleh ilmiyakamiliyah Sepulang dari kuliah mili menuju basecamp tercinta, tempah singgah sana aku dan kawan-kawan kelompokku. Tempat ini adalah saksi bisu kisah pengalaman kami selama menjadi mahasiswa. Kusapa kawanku yang berada disana dia adalah kawan sekaligus saudara karib ku karena hobynya yang suka berlari salah satunya lari dari kenyataan karena keseringan ditingga...
Kentut Pembawa Petaka
419      287     1     
Short Story
Kentut bocah ini sangat berbahaya, nampaknya.
Ritual Buang Mantan
415      280     2     
Short Story
Belum move on dari mantan? Mungkin saatnya kamu melakukan ritual ini....
Diskon Tilang
406      273     0     
Short Story
Siapa pernah kena tilang dan dendanya dapat diskon?
Pak Pemeriksa Tiket
663      359     3     
Short Story
jangan panik karena itu dapat membuat kepercayaan orang-orang menjadi setengah-setengah
Akselerasi, Katanya
658      382     4     
Short Story
Kelas akselerasi, katanya. Tapi kelakuannya—duh, ampun!
Motor yang tertukar
423      280     3     
Short Story
Lalu, punya siapaaa inii
Tas nyangkut
392      259     2     
Short Story
Mobil Baru
544      288     1     
Short Story