Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jangan Main Petak Umpat
MENU
About Us  

Kala kita tumbuh dewasa, maka kisah kanak-kanak kita akan dikenang sebagai kisah yang begitu menyenangkan. Itulah yang gue rasakan, bisa dibilang nggak ada sedihnya. Dan, jika ada mungkin karena nggak diajak main kelereng, karena nggak punya. Masa-masa kecil selalu mempunyai alur yang sulit untuk ditebak, namun selalu menghadirkan sebuah cerita yang jika dikenang selalu ingin diulang.

    Ini kisah gue, hampir lima belas tahun yang lalu. Usia gue masih lima jalan enam tahun. Lapangan adalah tempat favorit yang selalu dijadikan banyak anak sebagai tempat untuk menghabiskan waktu sore mereka. Setelah solat ashar, lapangan akan penuh dengan berbagai permainan. Sepak bola, layang-layang, kelereng atau petak umpat. Setiap anak bebas untuk memilih permainan, akan tetapi biasanya yang selalu menjadi primadona para anak laki-laki ialah sepak bola dan para perempuan ialah petak umpat.

    Hari itu entah mengapa gue ingin main petak umpat. Mungkin, karena sudah terlalu sering bermain permainan laki-laki. Petak umpat diikuti oleh banyak anak dan tidak ada dominasi dimasing-masing kubu. Perempuan dan laki-laki jumlahnya sama yaitu lima. Setelah menentukan siapa yang harus menghitung dan siapa yang harus mengumpat. Tibalah seorang perempuan, teman satu pengajian sama gue. Dia menghitung dan dalam sekejab seluruh pemain menghilang, mencari tempat mengumpat yang tidak bisa ditemukan oleh yang menghitung.

    Satu jam berlalu, belum ada yang berhasil ditemukan. Gue bersama beberapa laki-laki harus berjibaku dengan gatalnya tumbuhan alang-alang, akibat sang penjaga yang tidak berhasil menemukan kita. Seiring berjalannya waktu, gue nggak tahan sama gatal yang menyerang hampir sekujur tubuh. Alhasil gue menerah dan kalah. Setelah itu gue yang menjadi penghitung dan yang lainnya mengumpat, termasuk satu orang yang sebelumnya menghitung.

    Gue terlihat sangat santai pada saat itu. Gue yakin bahwa seluruh teman-teman gue akan dengan mudah gue temukan. Akan tetapi, perkiraan gue meleset jauh. Alang-alang tempat persembunyian favorit sepi dari para pengumpat. Begitu juga dengan tempat-tempat yang bisa disinggahi oleh teman-teman gue, sama sekali tidak diminati. Sore itu menjadi sore yang panjang buat gue. Kaki pegal, keringat mengucur dan sudah pasti rasa kesal di dada yang begitu besar. Hingga pukul lima lewat tiga puluh, gue belum berhasil menemukan seluruh teman-teman gue yang mengumpat. Seluruh tempat sudah gue datangi, namun hasilnya masih tetap sama.

    Karena sudah semakin sore, gue akhirnya memutuskan untuk pulang. Ditengah perjalanan pulang, gue melewati beberapa rumah teman gue yang juga ikut bermain petak umpat. Dengan santainya dia keluar dan menyapa gue.

    “Gue udahan ya, disuruh mandi soalnya!” ujarnya sembari cengengesan. Gue hanya bisa menghela napas berat. Dan, setelah itu gue lanjutin perjalanan dan melewati sebuah mushala, gue ngeliat segerombolan anak yang tengah duduk di depan mushala dan gue seperti tahu persis siapa saja yang ada disitu.

    Ketika sudah sangat dekat, dugaan gue betul. Enam orang yang tadi mengumpat ada disitu.

    “Habis dari mana?” tanya teman perempuan gue yang sudah sangat terlihat rapih dengan pakaian mengaji.

    “Lah, kok lo belom siap-siap ngaji?” laki-laki dengan sarung yang melekat ditubuhnya melihat dengan heran.

    “BODO AMAT!” seketika gue berlari menuju rumah dan malas untuk main bersama mereka.

    Terlihat konyol dan menyedihkan si. Tapi, biarlah, semoga kalian terhibur.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Tragedi Mawar-to
423      274     4     
Short Story
Mawarto sebut saja seperti itu. Dia terkenal sebagai playboy desa yang juga Punya kisah kelam selama mengarungi masa masa cinta monyetnya.
Teka-teki
286      166     2     
Short Story
2 Akar 3 Faktorial!
318      211     0     
Short Story
Buat yang hobi matematika, jangan serius serius amat!. ngakak bareng yukk. karena angka kadang sering ngajak bercanda
Hilang dan Pergi
391      259     0     
Short Story
“iki gratis ta pak?”, “yo wes gratis”.
Ngga tau ah: Gajelas
335      207     1     
Short Story
Bermula pas adekku dan temen deketku pulang kampung, entah kenapa aku malah sedih. Kenapa ya? Studi kasus: apa bener anak kos yang kelamaan gabut dirumah aja lebih dari sebulan bisa punya kemampuan untuk bicara dengan benda mati? Bantu jawab ya wkwk NB: Ini nama samaran semua ya wkwk
Upacara
348      225     2     
Short Story
Upacara 17 Agustus
Ucapan Terimakasih dari Toko Souvenir
331      200     1     
Short Story
Cerita nyata momen memalukan saat di toko souvenir
Ritual Buang Mantan
355      228     2     
Short Story
Belum move on dari mantan? Mungkin saatnya kamu melakukan ritual ini....
Ponsel Pintar
969      663     4     
Short Story
Gue iri dengan teman-teman kampus yang sudah punya ponsel pintar. Sedangkan gue masih bertahan dengan ponsel jadul yang masih sering direvisi. Maka dari itu, gue bertekad untuk membeli ponsel pintar.
ANAK SULTAN MINTA MAKAN
193      153     2     
Short Story
ANAK SULTAN MINTA MAKAN Oleh ilmiyakamiliyah Sepulang dari kuliah mili menuju basecamp tercinta, tempah singgah sana aku dan kawan-kawan kelompokku. Tempat ini adalah saksi bisu kisah pengalaman kami selama menjadi mahasiswa. Kusapa kawanku yang berada disana dia adalah kawan sekaligus saudara karib ku karena hobynya yang suka berlari salah satunya lari dari kenyataan karena keseringan ditingga...