Berawal dari kegiatan masa bimbingan belajar persiapan Olimpiade Sains Tingkat Kabupaten (OSK). Aku dan satu orang adik kelasku ditunjuk mengikuti bimbingan belajar di perpustakaan dengan mata pelajaran matematika untuk mewakili SMA ku. Bimbingan ini dimulai dengan memberi soal soal dasar untuk melihat seberapa jauh kemampuan kami. Soal tersebut harus dikerjakan bersama dan boleh diskusi. Disana terdapat 5 soal. Kami mengerjakan 4 soal dengan cukup puas namun tiba di nomor 5 kami tertahan. Ku baca sekali lagi “Tunjukkan bilangan rasional dari 2 / akar tiga !”. kami mulai mencoret di lembaran kami masing masing dan setelah saling melihat hasilnya, ternyata pemahaman konsep kami sama yakni 2 / akar 3 faktorial. Atau kalau dijabarkan menjadi 2 x 1/akar 3 faktorial. Sampai sini kami terhenti. Bingung memikirkan cara menyederhanakan akar 3 faktorial. Kepala kami mendadak panas, pusing, suhu tubuh pun terasa semakin meningkat.
Setengah jam berlalu. Guru pembimbing kami datang. Kami pun lansung bertanya kepada beliau. Beliau melihat coretan kami. Alisnya berkerut, merasa ada kejanggalan. Lalu beliau berkata” konsep kalian benar tapi kok tetap nggak bisa lanjut ya.”
Kebetulan di samping kami ada guru bahasa indonesia dan guru fisika. Kami mencoba bertanya. Bu guru fisika juga tampak kebingungan berfikir rumus apa dan rumus yang mana yang bisa dipakai. Sedangkan pak guru bahasa indonesia berkata”Kalau dari sistematika bahasa indonesia, dilihat dari struktur kalimat . soal ini berbentuk kalimat perintah, jadi tanda seru dibelakang ini adalah simbol yang menekankan suatu kalimat perintah. Coba kalian hitung ulang tanpa pakai tanda seru ini”. Dengan tampang biasa ia menjawab. Karena bab struktur bahasa adalah keahliannya.
Akhirnya kami mencoba soal tersisa Tunjukkan bilangan rasional dari 2 / akar tiga. Tentu saja angin segar segera merasuk ke tubuh kami. Cara mengerjakannya mudah saja bilangan tersebut tinggal dikalikan dengan penyebutnya. Dan jawabannya ketemu 2 akar 3 per 3. Ternyata soal itu adalah soal yang mudah.
Matematika tak selalu identik dengan rumus, nyatanya dalam soal masih memakai bahasa. Dan (!) memiliki arti yang berbeda di cabang ilmu tersebut. Dalam bahasa bernama tanda seru dan matematika bernama faktorial.
Hal ini menunjukkan bahwa ketelitian itu penting. Belajarlah memandang suatu hal dari berbagai sudut. Mencoba menyederhanakan pemikiran dari segala simpul keruwetan, karena tidak semua hal itu harus dipandang dari sudut sulit. Setiap permasalahan pasti ada solusinya. Tugas kita berusaha, jika belum berhasil cobalah meminta bantuan dari orang sekitar untuk memberikan sudut pandangnya. Juga merupakan upaya pembangunan toleransi dan saling menghargai agar tak angkuh hati terhadap keahlian diri.