Mobil Baru
Malam itu, salah satu teman sekolahku menikah. Ah, pasangan idaman itu, dimana si cowok ganteng nan kaya. Dan si cewek cantik nan solehah. Aku dan yang lainnya hadir di pesta itu. Pesta pernikahan yang nampak bagai reuni kecil bagi kami. Ada yang dulunya anak culun disekolah, sekarang jadi calon dokter. Ada yang dulunya anak bandel, sekarang naik tingkat jadi bad boy kelas kakap. Ada yg dulunya anak manis, sekarang merambah menjadi wanita solehah.
Begitu juga denganku, sebagaimana kebanyakan perempuan diawal karier, mulai bersolek dan membeli benda kebanggan. Sebagian orang ada yg invest di properti, tapi aku memilih membeli mobil. Mobil second tahun 2006 hatchback berwarna merah. Waktu itu, tahun 2011. Dengan Dress batik belahan di paha, rambut panjang sepunggung terurai, serta make up natural, aku bersama temanku menghadiri pesta tersebut. Waktu itu teman perempuanku nebeng satu mobil denganku. Sebut saja Rina teman perempuan yang sedari awal satu mobil denganku.
Singkat cerita, kami semua bertemu di acara tersebut. Bertegur sapa, mengobrol lalu tanpa sengaja terciptalah ‘acara setelah acara’. Yaitu, “nongkrong yuk habis ini!”. Sekitar sepuluh orang akhirnya sepakat untuk nongkrong di salah satu cafe di daerah Depok. Karena kebetulan sepuluh orang tersebut adalah orang Depok. Termasuk aku dan Rina. Beriringan tiga mobil dan beberapa motor kami bersepuluh meluncur setelah acara pernikahan itu.
Kami parkir tidak pas beresebalahan, namun dalam satu jejeran. Kami mengobrol di sebuah meja panjang, ketawa-ketiwi, sampai sempat membuat kehebohan di cafe tersebut. Salah seorang temanku yang notabene dulu anak setengah bandel dan sekarang bermutasi menjadi bad boy kelas menengah mencoba merayuku. Entah karena dia sedang melebarkan sayapnya, atau karena belahan paha Dress batikku. Dia berkata, “Eh, lo pulang sama siapa nanti? Pulang bareng gue aja yuk.” Namun langsung kujawab dengan jual mahal dan senyum nan anggun “Nggak, gue bawa mobil kok.”
Si bad boy kelas menengah itu pun cuma, “Oh..” doang. Akhirnya pukul menunjukan hampir jam dua belas malam. Kita semua sepakat bubar. Setelah bayar, semuanya berpencar menaiki kendaraan masing-masing. Begitupun aku dan Rina. Aku berjalan tegap di atas Heelsku menuju mobil hatchback merahku. Kupencet tombol unlock dikuncinya. Lalu, “Cuit... cuit” terdengar suara alarm pintu tak terkunci. Masih sempat kulihat salah seorang pria ganteng yang sedang makan berdua dengan pasanganya melihat ke arahku. Ah, mungkin dia tertarik padaku. Kepedeanku dalam hati, sambil kutarik gagang pintu mobil, kusenyumi pria itu.
Satu kali, dua kali, kutarik gagang pintu mobil merahku, tapi tak bisa terbuka. Kupencet lagi tombol unlock di kunci mobil yang ada di genggamanku. Kembali kudengar suara “Cuit... Cuit” dengan kelipan nyala kuning pantulan lampu hazzard, tanda alarm pintu mobil tak terkunci. Tapi tetap, pintu masih saja tidak bisa kubuka. “Wah, gawat... Rusak nih pintu.” Gumamku panik. Lalu seketika kudengar, “NO! MOBIL LO YANG INI!” Teriak Rina di samping pintu mobil hatchback merah.
“Lah, yang ini mobil siapa??”
Sepertinya, pria ganteng yang melempar pandang padaku tadi itu, bukan karena tertarik padaku. Melainkan heran, kenapa ada perempuan berjalan menuju dan menarik-narik tuas pintu mobilnya.
#ngakakbarengtinlit
@Madesy Ehem.. siapanya tuh? Hehe..