Halo semuanya..
Cerita ini terjadi sekitar tahun 2016 awal atau saat aku masih menjadi siswa kelas 2 di salah satu Sekolah Menengah Kejuruan. Aku yakin kalian pasti juga pernah mengalami hal ini setidaknya sekali. Bagi kalian yang dulu maupun sekarang mengalami hal tersebut, mari kita menertawakan diri sendiri untuk sejenak.
Tettt! Teeet! Teeett!
Bunyi lonceng berdentang tepat pukul 09.00 pagi. Para guru menyudahi pembelajaran pertama dan memberi kesempatan pada para siswa untuk menikmati jam istirahat pertama mereka. Aku dan dua orang temanku saat itu langsung kompak menuju kantin untuk membeli beberapa camilan. Langkah kami saat itu diikuti oleh banyak siswa lainnya yang memang memiliki satu tempat tujuan yang sama. Kelasku, kelas AK1. Saat itu, memang berjejeran dengan kelas lain.
Karena aku terlalu bersemangat, aku berjalan paling depan. Mendahului kedua temanku yang berjalan tepat di belakangku, kukira.
Karena cuaca sedang panas. Membeli es teh mungkin pilihan yang bagus, pikirku. Rupanya, hal ini mungkin juga ada di pikiran kedua temanku. Kudengar samar-samar orang di belakangku juga mengatakan hal itu.
“Ayo beli es. Panas nih,” ucap salah seorang.
Dengan spontan, aku membalikkan badanku dan dengan semangatnya menimpali. “Ayo!!”
Namun, semangatku berubah menjadi rasa malu. Ketika aku mendapati 2 orang di belakangku yang ternyata merupakan anak kelas sebelah diam menatapku dengan bingung.
Ternyata kedua temanku, masih tertinggal jauh di belakangku.
Sadar dengan kebodohanku sendiri, yang bahkan terlalu masa bodoh untuk bisa mengenali suara temanku sendiri. Aku segera membalikkan badan dan menembus kerumunan siswa yang sedang mengantri di kantin.
Sesampainya di kelas, aku menceritakan hal ini.
Dan ya, teman-temanku menertawakanku…
Semenjak itu, aku selalu memutuskan untuk berjalan berdampingan atau di belakang. Untuk sekedar memastikan, aku sedang bersama orang tepat.