“ Rasanya semua baik-baik saja,”
“ Apa kau yakin ?”
“ Untuk apa kau selalu menanyakan hal yang sama ?”
“ Karena aku khawatir, ”
“ Berapa kali aku harus mengatakan padamu ? Aku baik-baik saja ”
“ Tidak mungkin!”
“ Diam!”
Tidak mungkin dia baik-baik saja. Wajahnya tak lagi menampakkan keceriaan. Tawa yang biasa menggelegar antara kami akhir-akhir ini sudah mulai hening. Dia lebih sering diam, dan meminta orang lain diam juga. Aku tidak pernah menyangka seorang Atta akan berada dalam kondisi seperti ini. Dia adalah orang yang selalu berhasil membangkitkan semangat kerabatnya. Dia adalah orang yang selalu membantu orang disekelilingnya mencari jalan keluar dari jerat masalah. Dan “dia” yang sekarang justru membutuhkan sosok “dia” yang dulu. Dia butuh dibangkitkan semangatnya, butuh dibantu keluar dari masalah. Bisa jadi dia membutuhkanku meskipun dia selalu berkata...
“ Sendiri, hanya itu yang ku butuhkan saat ini.”
“ Tapi...”
“ Rein, Aku tidak ingin membentakmu lagi. Menjauhlah dariku untuk beberapa saat...”
Bagaimana aku bisa membantunya menyelesaikan masalah, kalau dia selalu menolak untuk dibantu. Ini teka-teki yang harus aku selesaikan. Aku tidak akan menyerah, aku berjanji akan mengembalikan Atta yang dulu. Malam ini akan aku cari strategi strategi yang akan aku gunakan untuk bisa mengembalikan keceriaan Atta.
***
“ Assalamualaikum,”
“ Waalaikumussalam, Eh Kak Reina ayo masuk sini ”
Yap! aku akan cari tahu masalah Atta dari adiknya, karena dia sangat dekat dan sayang dengan adiknya. Aku yakin Lenka pasti paham yang terjadi pada abangnya.
“ Kak Rein kenapa sih akhir-akhir ini jarang main ke rumah, Lenka kangen,”
“ Karena Kak Rein males ketemu Lenka,”
“Haaaaaaaa, apa salah Lenka Kak ?”
“Salah Lenka adalah.....” Ekspresi Lenka sangatlah lucu saat cemas,Aku sering sekali mengganggunya.
“Nggak buatin Kak Rein minum hahahaha”
“Ihhhh Kak Rein. Ya udah mau minum apa ?” Belum aku menjawab dia sudah paham
“Seperti biasa aja ya Kak Rein, jus alpukat pake susu coklat”
“ Sepakat, gak pake lama yaa mbok”
“Apa sih Kaaak!”
Rumah Atta kali ini bener-bener sepi, biasanya ramai dengan celotehan Atta dan juga biasanya ada Umi Atta yang periang dan selalu bisa menghidupkan suasana. Kalau Abi Atta pasti masih di kantor jam segini.
“ Lenka??? lama bener. Kak Rein bantu ya”
“ Nggak usah kak, Lenka bisa sendiri,” Teriakan lenka terdengar nyaring membuatku membatalkan niat untuk membantunya. Akhirnya setelah 15 menit menunggu, Lenka datang.
“ Ini kak, pasti enak kalo buatan Lenka,”
“ Hmm, ngomong-ngomong kenapa kamu nggak berangkat sekolah, SMA libur ? ”
“ Kak ini Sabtu, sekolahku cuma sampai Jumat. Basa basinya Kak Rein bikin geli basi ih,”
Padahal aku benar-benar tidak tahu kalau sekolahnya cuma lima hari.
“ Lenka, di mana Umi sama Bang Atta ?” Dari pada aku basa basi nggak jelas, aku akan mempercepat mengutarakan maksud dan tujuanku datang kerumahnya pagi-pagi.
“ Umi tadi ke pasar, sekalian mau nganter kue pesanan, sama apa lagi tadi Lenka lupa. Kalau Bang Atta ada di kamar.” Ternyata tidak hanya di luar, di rumah pun dia tetep diam.
“ Apa selalu seperti itu? ”
“ Maksudnya kak ?”
“ Atta, apa dia selalu mengurung diri di kamar ? ”
“ Bukan selalu sih kak , tapi sering akhir-akhir ini,”
“ Kamu deket sama Atta kan ? Apa dia cerita apa penyebabnya? ” Lenka tidak segera menjawabnya. Aku yakin pasti dia sedang merangkai kalimat yang tepat untuk memberi tahu kepadaku tentang alasannya.
“ Ayo Lenka, let me know !”
“ Kenapa kakak cemas banget si sama Bang Atta.. Jangan-jangan emmmm hayooooo,”
“Lenka serius. Kak Rein itu sahabat abangmu sejak masih piyik , jelas kakak khawatir kalo dia tiba-tiba berubah jadi murung gini.” Lenka tetap tidak bisa diajak mgobrol serius. Dia masih cekikikan. Aku tidak paham, apa dia tidak cemas dengan kondisi kakaknya. Sampai aku berpikir apa ini cuma prank. Apa Atta sebenarnya hanya mengerjaiku. Tapi ini tidak mendekati hari ulang tahunku untuk apa dia melakukannya. Hah, pikiranku mulai tidak rasional.
“Lenka, apa kamu tidak cemas dengan hilangnya keceriaan Bang Atta.”
“ Jangan keras-keras Kak, aku tidak ingin Bang Atta tau kalo kita cemas.”
“ Perjelas maksudmu Lenka”
“ Bang Atta bilang ke Lenka, dia baik-baik saja. Abang tidak ingin orang disekitanya memikirkannya, dia hanya ingin sendiri Kak,” Jawaban sama yang Atta ungkapkan padaku.
“ Lalu, kamu nurut aja ?” Aku akan mengajak Lenka bekerjasama mengembalikan Atta yang dulu. “ Ikutlah kak Rein untuk menyelidiki masalah kakakmu,” Nampaknya Lenka tertarik gabung denganku, dia menganggukkan kepala.
“ REIN ! ” langsung saja aku mencari sumber suara marah itu, ternyata Atta keluar dari kamarnya
“ Hentikanlah niatmu, aku baik-baik saja! Atau kau hanya akan membuatku semakin memburuk.”
“ Maksudmu apa Ta’? Aku bukan peramal, yang bisa tau isi hatimu. Langsung saja bilang kamu ada masalah apa,”
“ Masalahku bukan masalahmu, menjauhlah dariku untuk beberapa saat. Maafkan aku tadi membentakmu, sekarang kumohon pergilah atau...”
“ Atau apa ?”
“Aku akan tetap mengusirmu,”
“ Hentikan!”
Akhirnya aku pulang setelah umi menghentikan adu mulutku dengan Atta pagi itu. Akan tetapi semua masih belum berakhir, aku tidak ingin melihat Atta dalam kondisi seburuk ini. Aku yakin Atta juga pasti ingin lepas dari kebingungannya.
***
Aku tetap bersatu dengan Lenka dalam menjalankan misi. Tapi aku tidak lagi ke rumahnya, karena itu pasti hanya akan membuat keributan. Aku komunikasi dengan Lenka via WA.
“ Ceritakan saja semua yang kamu tahu Lenka, sekarang Bang Atta tidak akan tahu ”
“ Sebenarnya Lenka tidak tahu apa-apa kak Rein,”
“Hah tenang itu sekarang, setelah ini kamu nurut aja kata kak Rein dan kamu pasti akan tahu apa-apa hehe”
Lenka memang anak yang baik, dia anggota team yang solid dalam penyelidikan kemurungan Atta ini. Setiap hari dia melaporkan hal-hal yang dilakukan Atta dari hal penting sampai hal yang tidak penting. Belum ada perkembangan yang lebih baik.
***
Hampir terungkap. Lenka berhasil menyelinap di dalam kamar Atta. Lenka berhasil masuk karena katanya Umi menyuruh Bang Atta ke kantor pos bayar tagihan listrik. Semurung-murungnya Atta, dia tidak akan bisa untuk tidak menuruti perintah Umi nya. Dan keberhasilan Lenka masuk ke kamar Atta ini memmbawa informasi yang paling penting sejauh ini. Aku terkejut ketika foto yang dikirim Lenka berupa almari berhasil terunduh. Ppoin kejutnya ada pada coretan yang tertulis ,
“ Kenapa harus kamu Rein,”
“ Kenapa harus sekarang !!!”
Banyak sekali coretan dalam almari kayu itu, tapi hanya dua kalimat itu yang jelas terbaca. Ini justru membuatku bingung. Lenka berbalik menanyakan “ Ada apa ini kak?” kepadaku tapi aku juga belum tahu. Tidak lama dari kebingungan masalah coretan itu. Aku sepertinya mulai paham, ini pasti ada hubungannya dengan cinta dan pernikahanku bulan depan. Kesimpulan itu tidak begitu saja aku buat. Aku teringat tiga minggu yang lalu momen ketika aku mengetahui bahwa aku lolos beasiswa S2 di United Kingdom. Bersamaan dengan itu maka aku harus mempersiapkan studi ku yang akan berlangsung tahun depan. Atta yang menemaniku untuk mengurus itu, tapi aku merasa Atta mulai berubah saat aku membicarakan bahwa aku akan pergi ke UK dengan Harris calon suamiku. Ibu menyuruhku untuk segera menikah sebelum aku pergi. Dan aku memang sudah lama ada hubungan dengan Harris teman kampusku, untuk itu aku mengiyakan permintaan ibuku dan akan menikah bulan depan. Tidak mungkin aku tidak memberi tahu hal itu kepada Atta. Setelah itu Atta berubah seperti monster sekarang ini.
***
“ Sudahlah Rein, jangan merasa bersalah seperti ini.”
Pagi sekali aku langsung pergi ke rumah Atta, aku akan menyelesaikan masalah yang terjadi karena aku ini.
“ Tapi Umi, Rein tidak ada niat untuk buat bang Atta jadi seperti ini,”
“ Nanti biar Umi yang jelasin sama Atta.”
“ Atau untuk Atta, Rein tidak usah menikah dulu? Iya Rein akan menikah setelah Atta. Itu benar kan Umi ? Rein ngga tega pergi meninggalkan Atta seperti ini, karena bagaimanapun Atta itu udah baik sama Rein, kaya saudara sendiri,”
“ Jangan Rein, Atta tidak akan setuju dengan idemu itu,”
“Enggak Umi Rein akan ngomong sama Atta,”
Aku berjalan menuju kamar Atta dengan sangat cepat. Lima langkah lagi aku akan membuka pintu kamar Atta, tiba-tiba...
“ Kamu salah Rein.”
Atta keluar. Dia menjelaskan semuanya yang terjadi pada dirinya. Hal itu membuatku malu karena ternyata Atta tidak mempermasalahkan pernikahanku.
“Lalu di almari mu Ta ?”
Justru beasiswaku lah yang membuat Atta kecewa. Ternyata Atta juga mendaftar beasiswa yang sama denganku, tapi dia gagal di tahap awal. Dan dia merasa menjadi orang yang tidak berguna sejak saat itu, dan merasa cita-citanya berakhir dengan kekecewaan. Diam diri itu dia lakukan untuk menenangkan diri dan berusaha menerima kenyataan.
“ Tunggu Ta’ ini belum berakhir,”
“ Sudah Rein.,”
“Ta apa kau sudah mencoba beasiswa Che****ng yang bergengsi itu? ”
Dia hanya menggelengkan kepala.
“ Ayo kita persiapkan pertarungan keduamu Ta”
“ Semangat Bang Atta,”
Pemandangan yang indah Atta kembali dengan senyumnya, semangatnya, dan keceriaannya. Sampai pada tahap akhir Atta berusaha semaksimal mungkin. Dia berjanji apapun hasilnya dia akan menerima dengan ikhlas. Hari itu tiba, pengumuman tahap akhir. Kali ini takdir baik berpihak kepada Atta. Dia lolos dan akan melanjutkan di negara yang sama denganku United Kingdom.
“ Memang brooh, usaha keras tidak akan menghianati,” Semangat Atta menggebu.
“ Berarti saat itu usahamu sama doamu belum keras Ta haha”
***
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Harris. Semua berjalan lancar, untuk Atta dia masih belum mau menikah sebelum pulang dari UK. Dan sejak saat inilah petualangan kami di negeri orang akan segera dimulai.