Loading...
Logo TinLit
Read Story - Temu Yang Di Tunggu (up)
MENU
About Us  

Diberi nyawa. Bukankah seharusnya hidup? Tapi bagaimana bisa hidup jika hati dimatikan?
                                            ~

Tubuhku terpaku di depan gerbang sebuah kampus ternama di daerah Banten. Saat pertamakali menginjakkan kaki disana, mataku hanya sibuk meneliti bangunan kokoh nan megah yang pastinya memiliki banyak sejarah itu.

Hari ini sekolah kami mengadakan acara kunjungan ke salah satu kampus terfavorite, sebagai upaya untuk meningkatkan minat siswa melanjutkan pendidikan mereka ke jenjang yang lebih tinggi.

“Gimana Ta, udah ada rencana buat kuliah?” tanya Dewa yang menyadarkan lamunanku.

Aku tersenyum sekilas “Saya sih ikut gimana sahabat saya aja, takut juga kalau sendirian disini”

“Terus kalau salah satu personil gemini's girls ada yang nyemplung sumur, kamu ikut juga?!” Kali ini Ricko yang bertanya dengan nada tegasnya. Dia memang satu paket dengan Dewa, dimana ada Dewa disitu ada Ricko.

Keheningan sempat melanda kami bertiga. Dari tatapan yang Dewa lemparkan padaku, aku dapat menyimpulkan bahwa kami memiliki pemikiran yang sama saat itu.

Aku terkekeh guna mencairkan suasana dari keheningan. Dewa yang akhirnya terbebas dari kebekuan waktu, menarik lenganku dan mendekatkan bibirnya pada telingaku.

“Orang cuek kalo tiba-tiba bercanda suasananya kayak gitu yah Ta. Aneh, dan sedikit mencekam gimana gitu” bisik Dewa.

Aku tak bisa menahan gemelitik di perutku, aku tertawa sejadi-jadinya karena kepolosan Dewa.
“Haha, yang salah tuh ekspresi sama suaranya Wa. Maksudnya mah ucapan candaan tapi malah kayak orang mau ngelabrak pacar yang selingkuh” ceplosku tanpa sadar, yang membuat Ricko meninggalkan kami dengan wajah cemberut.

Dewa membuat wajah datar setelah tertawa terbahak-bahak denganku. “Saya ngga ikutan loh Ta” ucap Dewa yang pergi menyusul paketan edisi terbatasnya. Kini aku baru mengerti bahwa persepsiku salah selama ini, seharusnya dimana ada Ricko, disitu ada Dewa.

Aku terdiam disana sembari memberi sumpah serapah pada Dewa yang dengan mudahnya melemparkan seluruh kesalahan padaku, padahal dia yang memulainya.

“Ta?” seseorang menepuk bahuku, membuatku mau tak mau menoleh kearahnya dan menghentikan sumpah serapahku.

“Eh, yang lain mana Mell?” tanyaku kepada salah satu personil Gemini's girls.

Gemini's girls adalah julukan yang orang lain berikan pada persahabatan kami berempat yang seluruh personilnya secara kebetulan terlahir di bulan yang sama.

“Woy Ta! lu ngapain dah diem bae kayak makanan basi” Nah, kalo yang baru saja datang menghampiri kami itu namanya Ara. Si konyol dan cablaknya Gemini's girl.

“Ra, kalau cewe itu ngga boleh teriak-teriak. Harus kalem” Ucap Eca, yang paling alim diantara kami. Setiap pagi biasanya kami selalu mendapatkan siraman qolbu dari Eca, dan materinya sesuai dengan ceramah yang dia tonton di pagi buta.

Aku hanya tersenyum menanggapi, entah mengapa tapi aku selalu merasa bersyukur setiap kali melihat tingkah mereka. Aku tidak pernah menyesal karena telah memiliki mereka bertiga dihidupku, mereka adalah moodbooster ku.

“Saya ngga ngapa-ngapain, lanjut masuk kevdalem kampusnya yuk. Siapa tahu ada cogan” ucapku. Kami berempat memang hanya mengaggumi para pria tampan ciptaan tuhan yang Esa, tetapi kami tidak pernah berpacaran sekalipun.

Kami memasuki area kampus, berkeliling untuk melihat ruangan setiap jurusan. Mata kami sungguh dimanjakan oleh wajah para laki-laki yang akan menjadi kating kami, kalau memang kami diterima dikampus itu nanti.

“Wah daebak!!...yang pakai almamater warna biru ganteng banget” ucap Ara dengan mata berbinar, siapa lagi yang lebih konyol diantara kami.

Melli yang sangat sensitif dan ringan tangan, memukul lengan Ara “Kebiasaan! Konyolnya mulai kambuh kan. Udah tahu seluruh mahasiswa disini pakai almamater warna biru”

Aku terkekeh, tidak habis fikir dengan mereka yang baru saja berjalan beberapa langkah tapi sudah membuat kerusuhan.

Ara merengut kesal "kalau itu saya juga tahu! Saya bodoh, tapi ngga polos-polos banget. Kan cuma ada kakak itu yang terjangkau mata”

Aku, Melli dan Eca serempak menoleh kearah yang ditunjuk oleh Ara. Disana memang hanya ada seorang laki-laki yang duduk di depan bangku yang ada diluar kelasnya. Laki-laki itu memakai almamater biru yang dia lingkis sesiku, yang menambah ketampanan visualnya serta penampilannya. Kulitnya yang putih bersih, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang tipis membuat setiap lekukkan wajahnya yang terlihat dari samping itu begitu sempurna.

“Kayak kenal” gumamku.

“Itu bukannya selebgram yang kamu suka kepoin itu yah Ta?” tanya Melli.

Aku menoleh kearah Melli sekilas karena terkejut, setelah itu aku memutuskan untuk menoleh lagi kearah laki-laki tadi. Kupandangi dia dengan seksama, tapi aku masih tidak yakin jika itu adalah Devan.

“Kok saya lupa muka selebgram itu yah” ucapku, menyamarkan panggilan agar kata 'muka suami saya' tidak lolos dengan sendirinya dari mulutku.


Ara mengeluarkan ponsel miliknya dan mencari akun milik Devan. Ara menunjukkan salah satu foto Devan yang bersama Luna kepadaku. Ini tidak bohong, aku memang sedikit melupakan wajah Devan karena aku sangat meminimalisir untuk bertemu dan bertatap muka setelah perang dingin antara aku dan Devan minggu lalu.

“Iya ih, mirip” ucap Eca yang membuatku menoleh lagi kearah laki-laki yang dicurigai sebagai Devan itu.

Melli menarik tanganku agar berjalan mendekat kearah laki-laki itu, sementara kedua sahabatku yang lainnya mengikuti dibelakangku.

"Mau ngapain sih Mel?” tanyaku sembari menghentikan langkahku, yang membuat mereka semua berhenti melangkah.

“Kita harus pastiin, itu kak Devan atau bukan” jelas Melli, yang kemudian melanjutkan langkahnya sembari menarik lenganku.

Langkah kami terhenti, sesaat sebelum kami melangkah lebih dekat dengan laki-laki itu. Dari jarak serta posisi kami saat itu, sudah dapat dipastikan bahwa dia adalah Devan. Dan fakta yang membuat kami menghentikan langkah adalah...dia tidak duduk sendiri, ada seorang gadis cantik yang duduk disampingnya, yang sempat tidak terlihat karena tubuh Devan menutupi tubuh mungil gadis itu. Dan wajah gadis itu sudah cukup untuk menambah bukti akurat bahwa dia adalah Devan Azzura Pratama.

Rasa pusing dikepalaku yang sedari kutahan tiba-tiba saja semakin menjadi, tubuhku melemas dan pandanganku perlahan mulai buram. Namun sebelum semuanya menjadi gelap, mataku sempat menangkap sosok Devan yang menoleh dan seketika berlari kearahku.

“Apa yang dia lakukan? Apa dia merasa bersalah atas kemesraannya dengan Luna yang aku ketahui” batinku sebelum aku benar-benar menutup mataku.

***

Aku mengerjapkan mataku saat cahaya lampu memaksa masuk kedalam mataku. Tubuhku terasa tak memiliki tenaga smaa sekali untuk sekedar duduk dan bersandar.

Ketika kepingan kesadaranku telah berkumpul jadi satu, aku melihat ke sekeliling ruangan bercat putih itu. Ah, sepertinya ini adalah ruangan UKS yang terdapat di kampus.

Cklek!

Seseorang membuka pintu dan menghampiriku sembari membawa bingkisan yang tidak kuketahui apa isinya.

“Udah enakkan Ta?” tanya Ricko.

Ini suatu hal yang sangat jarang terjadi. Seorang Ricko Alatas begitu lembut dan memperhatikan seorang gadis dengan sangat baik. Jika saja lintasan ingatan tentang bagaimana Luna menyentuh lembut pipi Devan itu tidak terus berputar dikepalaku, sudah dapat kupastikan bahwa aku akan merasa menjadi gadis beruntung karena mendapatkan perhatian dari Ricko.

Aku memaksakan seulas senyum hangat terbit dibibirku. Bukan apa-apa, ini hanya sebagai apresiasi atas usaha Ricko dalam membuang egonya.

“Saya udah beli bubur nih. Kata dokter perut kamu kosong,  jadinya bisa pingsan gini” ucap Ricko yang sama sekali tidak membuatku berminat untuk masuk ke dalam topik pembicaraan itu.

Aku terdiam, melamun.

“Apa Devan yang bawa saya kesini? Dia tadi lari kearah saya karena mau gendong saya kan?” sedari tadi pertanyaan itu terus berputar di fikiran serta benakku.

“Ko, kamu kok tahu saya ada disini” tanyaku pada akhirnya.

“Emang kenapa, ngga boleh?!” sifat cuek dan dingin Ricko akhirnya muncul lagi.

“Ngga kenapa-napa, cuma penasaran aja siapa yang bawa saya kesini” ucapku ragu-ragu, takut menyinggung sisi sensitif seorang Ricko Alatas.

Jantungku berdebar kencang menanti jawaban yang akan keluar dari bibir Ricko, kali ini aku berharap jika Devan lah yang mengangkatku dan membawaku kesini. Setidaknya, dengan begitu aku jadi tahu bahwa Devan memiliki sedikit rasa perduli padaku.

Ricko tersenyum sekilas yang membuatku bertanya-tanya apa maksud dari senyuman Ricko. Jujur saja, saat melihat senyuman itu terbit, aku semakin takut untuk kecewa.

“Saya yang gendong kamu kesini, kamu tuh berat banget kayak...”

Hanya sampai situ saja informasi yang masih terdengar oleh telingaku. Telingaku tiba-tiba kehilangan fungsinya, jiwaku lagi-lagi pergi meninggalkan ragaku yang belum menerima keadaan. Ini lah sebabnya aku tak pernah berharap lebih selama ini, karena aku mudah trauma dan memiliki rasa takut akan kecewa. Tapi setelah hidup bersama Devan, aku menjadi lebih sering berharap meskipun selalu berakhir kecewa. Devan telah mengecewakanku lagi kali ini, yang membuatku menutup satu kepingan kedalam mozaik yang masih memiliki banyak lubang. Mozaik itu adalah pembatas yang tengah aku bangun dengan menaruh satu keping potongan mozaik setiap Devan mengecewakanku. Dan saat mozaik itu sudah membentuk gambar yang sempurna dan tidak ada lagi lubang tersisa, maka tak akan ada lagi kesempatan bagi Devan untuk menjadi cintaku.

Hanya sampai saat itu terjadi, maka tak akan ada lagi nama dia di setiap do'a dan harapku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (8)
  • Madesy

    lanjut donk.. gak sabar nihhh

    Comment on chapter Sisi lain
  • Sean_Ads

    Aha! My lovely new story ^^

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • margareth_sartorius

    The best version of yours

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • minata123

    Romance komedi seleraku

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • avalolly

    Lanjutkeun!!

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • landon123

    Such an awesome work, Fighting gurll!!
    Gue harap lo ga berhenti tengah jalan cuma karena ga ada pendukung baru, cerita lo seru ko jadi harus PD dan jangan kehilangan mood'y

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • Tarikhasabis

    Suka banget sama gaya penulisan kakak, kaya semi baku gitu, jadi bikin nyaman di baca dan ceritanya juga menarik banget. Aku suka banget sama cerita yang alurnya sakit dulu baru bahagia. Pokok nya nyesek momentnya kerasa banget di cerita ini, salam hangat dari Tarikha untuk author tercinta. Ngomong-ngomong kapan update lagi kak? Trus cerita Vanilla ice cream apa nggak niat untuk di lanjut? Padahal aku penasaran loh

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
  • neogara

    Bagus! Enak di baca. Lanjut terosssss... Semangat nulisnya

    Comment on chapter Pertemuan Yang Tak Bermuara Pada Temu
Similar Tags
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
249      202     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Search My Couple
525      294     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Lost Daddy
4822      1075     8     
Romance
Aku kira hidup bersama ayahku adalah keberuntungan tetapi tidak. Semua kebahagiaan telah sirna semenjak kepergian ibuku. Ayah menghilang tanpa alasan. Kakek berkata bahwa ayah sangat mencintai ibu. Oleh sebab itu, ia perlu waktu untuk menyendiri dan menenangkan pikirannya. Namun alasan itu tidak sesuai fakta. AYAH TIDAK LAGI MENCINTAIKU! (Aulia) Dari awal tidak ada niat bagiku untuk mendekati...
Menuntut Rasa
472      357     3     
Short Story
Ini ceritaku bersama teman hidupku, Nadia. Kukira aku paham semuanya. Kukira aku tahu segalanya. Tapi ternyata aku jauh dari itu.
Premium
Ilalang 98
6130      2020     4     
Romance
Kisah ini berlatar belakang tahun 1998 tahun di mana banyak konflik terjadi dan berimbas cukup serius untuk kehidupan sosial dan juga romansa seorang mahasiswa jurusan Sastra Indonesia bernama Ilalang Alambara Pilihan yang tidak di sengaja membuatnya terjebak dalam situasi sulit untuk bertahan hidup sekaligus melindungi gadis yang ia cintai Pada akhirnya ia menyadari bahwa dirinya hanya sebuah il...
After School
2538      1156     0     
Romance
Janelendra (Janel) bukanlah cowok populer di zaman SMA, dulu, di era 90an. Dia hanya cowok medioker yang bergabung dengan geng populer di sekolah. Soal urusan cinta pun dia bukan ahlinya. Dia sulit sekali mengungkapkan cinta pada cewek yang dia suka. Lalu momen jatuh cinta yang mengubah hidup itu tiba. Di hari pertama sekolah, di tahun ajaran baru 1996/1997, Janel berkenalan dengan Lovi, sang...
Power Of Destiny
12546      2895     4     
Fan Fiction
Lulu adalah seorang wanita yang mempunyai segalanya dan dia menikah dengan seorang cowok yang bernama Park Woojin yang hanya seorang pelukis jalanan di Korea. Mereka menikah dan mempunyai seorang anak bernama Park Seonhoo. Awal pernikahan mereka sangat bahagia dan sampai akhirnya Lulu merasa bosan dengan pernikahannya dan berubah menjadi wanita yang tidak peduli dengan keluarga. Sampai akhirnya L...
Laci Meja
478      320     0     
Short Story
Bunga yang terletak di laci meja Cella akhir-akhir ini membuatnya resah. Dia pun mulai bertekad untuk mencari tahu siapa pelakunya dan untuk apa bunga ini dikirim. Apa ini....teror?
Trust
1898      787     7     
Romance
Kunci dari sebuah hubungan adalah kepercayaan.
Tumpuan Tanpa Tepi
9773      2928     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...