Loading...
Logo TinLit
Read Story - Heaven's Song
MENU
About Us  

Saat mataku mulai terpejam, kembali terdengar alunan lembut nada yang indah. Jika didengarkan lebih seksama, nada itu akan terdengar seperti perpaduan suara senandung manusia yang sangat terlatih dalam bidang seni tarik suara. Belum lagi iringan instrumen kecapi, gitar, trompet, dan jenis-jenis alat musik lain yang tidak aku kenali. Kalau sudah demikian, jantungku yang sakit tidak akan terasa lagi. Rasa takut dan cemasku juga mulai menghilang. Aku seolah tengah dinina bobokan dengan lagu pengantar tidur yang sangat indah. Jangan salahkan aku, jika aku memilih pasrah dan terlelap dengan damai.

 

***

                Aku sangat menyukai alam.

Saat aku masih menggunakan seragam merah putih, aku ikut tinggal bersama nenekku di desa. Setiap hari aku memilih duduk di gubuk. Mengamati keselarasan warna-warna yang pencipta pilih untuk memukau siapapun yang rela melepaskan penatnya dan berusaha melihat, mendengarkan, atau merasakan keindahan karya-Nya.

Namun, setelah nenekku meninggal, tepatnya saat aku memasuki usia awal remaja, aku pindah ke kota bersama orang tuaku. Kota tidak nampak seindah yang aku bayangkan. Kota nampak seperti pusat polusi. Baik polusi warna, suara, maupun udara. Walau begitu, aku tidak menyerah. Aku memilih memperkenalkan keindahan desa dengan menuangkannya melalui perpaduan warna cat minyak diatas selembar kain kanvas.

Seumur hidupku, tidak pernah terbayang, akan tiba saatnya aku terjebak dalam kejenuhan monoton dunia serba putih. Alih-alih memegang kuas, aku malah memegangi ponsel sambil berbaring lemas diatas ranjang rumah sakit. Aku tidak boleh melukis lagi. Aku tidak boleh beraktifitas terlalu banyak. Satu-satunya yang boleh aku lakukan hanyalah tiduran. Sebab jantungku, sudah tidak bisa berfungsi dengan baik, bahkan semakin lama kondisinya semakin memburuk.

Terkadang, aku sering bertanya kepada-Nya, mengapa Ia tidak segera memanggilku sebelum kewarasanku mulai terguncang juga?

Saat aku merasa seolah terakhir kalinya aku dapat menolerir kondisiku yang semakin terbatas, aku mulai mendengar nada-nada itu. Alunan nada yang terdengar begitu indah seolah bergaung dan memantul menghipnotis siapapun yang mendengarnya. Mataku yang terpejam erat, tak ingin terbuka karena takut kehilangan kemagisannya walau hanya sebentar saja.

                Tiba-tiba saja aku merasakan seorang menggengam tangan kananku. Aliran hangat dari jemarinya yang lembab merambat dengan lembut, sebelum tercampur dengan dinginnya tetesan air mata. Kubuka mataku dengan lemah, dan kudapati Stefano, pacarku, tengah berdoa sambil menggenggam tangaku erat. Diantara rintik air matanya terdengar lembut alunan nada tersebut. Perlahan Fano mengurai genggamannya. Doanya terhenti, begitu pula dengan nada yang sempat kudengar sebelumnya.

                “Ah,” canggung, ia menghapus air matanya dengan kasar. Baru kali ini kusadari tubuhnya menjadi semakin kurus, matanya juga semakin cekung. Tanpa sadar aku tersenyum lembut. kuubah posisi tidurku menjadi duduk, kemudian aku memeluknya dengan lemah.

                “Kumohon, sekali lagi, berdoalah” bisikku. Aku ingin mendengar kembali nada-nada itu. Imbuhku didalam hati.

                “Ah?” Fano tertawa keci dengan gumaman suaranya yang bingung.

                “Apa yang tadi kamu doakan?” tanyaku. Aku dapat merasakan tubuh Fano menegang sesaat.

                “Yang terbaikuntukmu,” bisiknya tepat di telingaku. Jelas aku tahu betul jenis apa doa yang kini ia panjatkan. Sebesar apa kasih yang ia tawarkan kepada Tuhan dengan keiklasan dan kesederhanaannya sebagai manusia. Bukan jenis doa egois yang berharap semoga aku lekas sembuh, tetapi semoga aku mendapatkan yang terbaik dariNya.

                “Mengapa?” bisikku.

                “Karena saat ini, yang bisa menolongmu, hanya Ia. Ia Sang Pencipta Segalanya. Aku ingin sekali mengelak perasaan yang muncul selama aku mendoakanmu. Hingga akhirnya aku hanya bisa berharap jika...,” suara Fano kini mulai mengabur, kembali aku dengar senandung-senandung lembut dan iringan istrumen segala jenis alat musik yang sangat indah. Aku memejamkan mataku, nampaknya aku menyadari bahwa doa-doa dari orang dengan kasih yang besar terdengar seindah ini di hadapan Tuhan.

                “Jangan berhenti” bisikku. “teruslah berdoa,” imbuhku. Sementara aku mulai perlahan ikut berdoa. Ah, tiba-tiba jantungku tidak sakit lagi, dan aku tenggelam dalam kedamaian lulabi yang tak pernah habis di hadapan-Nya. Aku kembali kepada Sang Pencipta.

-End-

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Trasfigurasi Mayapada
234      182     1     
Romance
Sekata yang tersurat, bahagia pun pasti tersirat. Aku pada bilik rindu yang tersekat. Tetap sama, tetap pekat. Sekat itu membagi rinduku pada berbagai diagram drama empiris yang pernah mengisi ruang dalam memori otakku dulu. Siapa sangka, sepasang bahu yang awalnya tak pernah ada, kini datang untuk membuka tirai rinduku. Kedua telinganya mampu mendengar suara batinku yang penuh definisi pasrah pi...
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6836      2268     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
LOVEphobia
445      297     4     
Short Story
"Aku takut jatuh cinta karena takut ditinggalkan” Mengidap Lovephobia? Itu bukan kemauanku. Aku hanya takut gagal, takut kehilangan untuk beberapa kalinya. Cukup mereka yang meninggalkanku dalam luka dan sarang penyesalan.
Rinai Kesedihan
823      558     1     
Short Story
Suatu hal dapat terjadi tanpa bisa dikontrol, dikendalikan, ataupun dimohon untuk tidak benar-benar terjadi. Semuanya sudah dituliskan. Sudah disusun. Misalnya perihal kesedihan.
Anne\'s Daffodil
1122      440     3     
Romance
A glimpse of her heart.
HEARTBURN
415      308     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
419      310     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
Cinta Aja Nggak Cukup!
5152      1713     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
Rela dan Rindu
9182      2436     3     
Romance
Saat kau berada di persimpangan dan dipaksa memilih antara merelakan atau tetap merindukan.
Anderpati Tresna
2790      1128     3     
Fantasy
Aku dan kamu apakah benar sudah ditakdirkan sedari dulu?