Loading...
Logo TinLit
Read Story - Ankle Breaker: Origin
MENU
About Us  

Chapter 10 [Part2]

 

Ribka berlari menyusuri trotoar —tepi jalan raya yang dilintasi banyak kendaraan pribadi dan umum—, menyimpangi jajaran tanaman jalanan dan lampu kota yang tidak sedang menyala. Raut wajahnya menunjukkan cemas. Sepertinya bukan matahari yang terlihat putih memaparkan sinar ke kulit leher, lengan dan betisnya yang terbuka ia cemaskan. Sampai pada persimpangan trotoar menuju taman yang memiliki beberapa jenis court Ribka berbelok ke sana, menuju kerumunan orang yang paling ramai di antara bagian taman lainnya. 

Sesampainya di dalam pagar jaring besi, tidak ada pertandingan berlangsung yang Ribka lihat. Namun dengan peninjauannya ke sekeliling mendapati papan skor manual yang sedang diatur pada angka dua puluh tujuh oleh Claster di samping dua puluh tiga oleh StarHigh. Lalu meninjau lagi, mendapati sekumpulan anak muda mengenakan stelan olahraga yang sama dengannya, ia berlari menghampiri. 

Ribka terhenti dengan terengah. "Maaf, gaes. Aku telat," ucapnya khawatir, mengamati bergilir setiap wajah teman-temannya. Ribka lihat Joseva menanggapi dengan membuang muka. "Jo, maaf!" dengan menyesal. Mengetahui Joseva belum berubah emosi, "Tadi ada masalah di jalan, maaf!"

Ribka lihat ada ruang bangku tersedia sebelah tas ransel warna hitam, ia duduki, lalu menurunkan tas ranselnya sendiri. "Kapan aku bisa masuk?"

Joseva meletakkan botol minum, lalu bergeming ke kanan, tangannya merogoh ke dalam tas hitam yang mengantarainya dengan Ribka. Joseva bangkit, menjatuhkan beberapa lembar foto —seukuran sepuluh sentimeter persegi— ke atas pangkuan Ribka. 

"Lembur bikin konten di blog semalam?" dengan tatapan mengintimidasi Joseva tanyakan. Melihat Ribka kesulitan mengutarakan jawaban ketika memeriksa foto dari pangkuannya satu per satu. "Bahkan kamu lebih pembohong." Joseva mengetahui Ribka merasa terpojok. 

Ribka mendongak, membalas tatapan mata Joseva. Ia bangkit tegak. "Siapa yang lebih dulu memulai? Enggak nyadar? Udah banyak yang aku katakan," bersitegang, "tapi kamu masih bersikap seenaknya, tanpa pernah mikirin ketidaknyamananku!"

"Alibi," Joseva mencibir. 

"Terserah. Dasar egois!" dengan sangat kesal Ribka berbalik —tanpa melupakan tasnya—, ia melangkah geram dengan muka memerah bertolak dari arena, sementara lembaran foto yang mengabadikan kebersamaannya dengan Alter kini berhambur di belakang jejaknya. 

 

***

 

Mata Alter menatap tajam, mengamati sambil melakukan beberapa variasi drible acak. Gerakannya ke kanan ke kiri diikuti Ribka yang menjaganya. Pengamatan Ribka sesekali mendukung tangannya menyambar tiba-tiba untuk melepas bola dari penguasaan Alter, sampai tiga kali sempat membuat Alter kecurian, tapi belum cukup untuk mengambil alih bola. Kesekian kali mereka berdua saling melakukan perubahan arah gerakan secara tiba-tiba ... 

"Argh!" Ribka tersungkur, sehingga lengan kanan dan telapak tangan kiri menahan dada supaya tidak menindih dasar court. 

Alter menghentikan drible, mengabaikan bola, bersegera mengangkat badan Ribka kembali tegak. "Kamu enggak apa-apa? Ada yang sakit?"

Tangan kiri Ribka mengusap siku dan sekitar lengan kanan. "Sedikit. Enggak ada luka."

"Kenapa bisa jatuh?"

"Ankle break," sambil Ribka tersenyum. "Keren. Hari latihan kesebelas udah bisa bikin ankle break," nadanya menyanjung. 

"Ha?" Alter menunjukkan ekspresi tidak mengerti. "Ankle break?"

"Kombinasi dari drible, crossover, drive, juga termasuk fake, yang bersinambungan dan dilakukan dengan akselerasi tertentu tergantung situasinya. Saat tingkat keseimbangan dan keluwesan gerakan tersebut kamu lakukan tidak bisa diikuti lawan yang melakukan penjagaan, maka lawan akan jatuh dengan sendirinya tanpa terjadi pelanggaran."

"Waw!" Alter terkesan dengan penjelasan Ribka. "Aku baru tahu ada hal seperti itu dalam seni basketball."

"Yup. Tapi hal itu masih perlu diuji, apa kamu bisa melakukannya lagi atau cuma sekali," nadanya menantang Alter. 

"Oh, baik," merasa tertantang. "Tapi jangan sampai nangis kalau jatuh lagi."

Bereka berdua melanjutkan adu kemampuan satu lawan satu. Saling menekan dan tertekan secara bergantian. Saling membuat skor dan saling menggagalkan. 

"Owh!" Ribka tersungkur ke belakang, punggungnya terbaring ke dasar court, ia hampir telentang.

Alter menuju rim, melayangkan lay-up ... dengan berhasil. Ia memandang Ribka, lalu bersegera menghampirinya. Alter mengulurkan kedua tangan, saling menggenggam dengan kedua tangan Ribka dan membantunya berdiri. 

"Jahat. Udah empat kali," gerutu Ribka.

"Kenapa kamu enggak balas?" ledek Alter. 

"Ribka!"

Alter dan Ribka dengar, saling menoleh ke arah yang memanggil. Mereka berdua melihat sekumpul laki-laki berjumlah tujuh orang memasuki court, menghampiri keduanya —yang saling menggenggam tangan.

Enam di antara kumpulan laki-laki itu menghentikan langkah di belakang seorang yang tetap menghampiri Alter dan Ribka sampai saling berhadapan. Alter bingung. Laki-laki itu memandang Ribka dengan lembut dan tenang, juga menyampaikan senyum manis.

"Jo-seva!?" ucap Ribka lirih dan ragu.

"Aku minta maaf!" dengan lembut Joseva katakan, "kepergian kamu beberapa hari telah buatku sadar. Meski pun terlambat, sekarang aku ngerti apa yang sebenernya kamu mau dari aku." Joseva mengambil alih kedua genggaman Ribka dari Alter. "Kasih aku kesempatan," mengatakan dengan lebih lembut dan manis daripada sebelumnya, "biar aku jadi lebih baik, lebih dari orang yang selama ini enggak pernah sekali pun ngeduain kamu." Ia berikan senyuman untuk meyakinkan Ribka lebih jauh, lalu memberikan apa yang saat itu tidak bisa Ribka tolak.

Alter menyaksikan itu, tepat di hadapannya, juga disaksikan enam teman Joseva. Ribka terpaku, tenggelam dalam ciuman Joseva, dalam beberapa saat ... dua bibir itu menyatu. 

Sekujur tubuh Alter serasa bergetar. Aliran tenaga dalam tubuh membuatnya lemas. Ia bergeming untuk tidak lagi melihatnya. Dengan diam mematung, melirik Ribka dan Joseva yang mulai bertolak dari hadapannya, membiarkan telinga mendengar langkah demi langkah mereka berdua hingga menjauh. 

Ribka terus berjalan dengan dekapan Joseva, kini ia penasaran dengan yang sedang terjadi sejauh beberapa meter dari punggungnya. Ribka menoleh belakang, melayangkan pandangan sejauh Alter yang memandangnya dengan kecewa, malu, terkecambuk, dan ... terhianati. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • Gladistia

    Baru 2 chapter, udah suka. Jadi nostalgi. Keren Dhio, lanjut dongsss.... ^^

    Comment on chapter Chapter 3: Excalibur
Similar Tags
A - Z
3023      1031     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
It Takes Two to Tango
464      341     1     
Romance
Bertahun-tahun Dalmar sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki di kota kelahirannya. Kini, ia hanya punya waktu dua minggu untuk bebas sejenak dari tanggung jawab-khas-lelaki-yang-beranjak-dewasa di Balikpapan, dan kenangan masa kecilnya mengatakan bahwa ia harus mencari anak perempuan penyuka binatang yang dulu menyelamatkan kucing kakeknya dari gilasan roda sepeda. Zura tidak merasa sese...
Menggenggam Harapan
404      273     0     
Short Story
Sampai kapanpun, dua hati yang tak pernah jujur akan perasaannya satu sama lain, berarti pemiliknya hanyalah menggenggam perasaan, menggenggam harapan.
JEANI YOONA?
404      291     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
LATHI
1914      784     3     
Romance
Monik adalah seorang penasihat pacaran dan pernikahan. Namun, di usianya yang menginjak tiga puluh tahun, dia belum menikah karena trauma yang dideritanya sejak kecil, yaitu sang ayah meninggalkan ibunya saat dia masih di dalam kandungan. Cerita yang diterimanya sejak kecil dari sang ibu membuatnya jijik dan sangat benci terhadap sang ayah sehingga ketika sang ayah datang untuk menemuinya, di...
The Arcana : Ace of Wands
164      143     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Dia Mengincarku
337      235     1     
Short Story
Cuaca hari ini sangat cerah, langit tidak lagi gelap seperti hari-hari sebelumnya, mungkin ini sudah tiba waktunya musim panas akan segera datang untuk menggantikan musim hujan. Dan sudah waktunya juga aku harus berangkat untuk mencari bahan berita yang menarik, yapp aku saat ini bekerja sebagai seorang reporter di sebuah stasiun berita swasta, dimana tugasku ini, yaitu mencari suatu peristiwa ya...
Jalan Menuju Braga
362      279     4     
Romance
Berly rasa, kehidupannya baik-baik saja saat itu. Tentunya itu sebelum ia harus merasakan pahitnya kehilangan dan membuat hidupnya berubah. Hal-hal yang selalu ia dapatkan, tak bisa lagi ia genggam. Hal-hal yang sejalan dengannya, bahkan menyakitinya tanpa ragu. Segala hal yang terjadi dalam hidupnya, membuat Berly menutup mata akan perasaannya, termasuk pada Jhagad Braga Utama--Kakak kelasnya...
Kamu Lihat Aku, Aku Lihat Kamu
628      420     1     
Short Story
Mata digunakan untuk menatap. Menatap keindahan dunia. Menatap untuk memperkenalkan. Terutama menatap menjadi kekaguman lalu terikat sebuah persaudaraan antara mata dengan mata lainnya. Seperti yang dialami Ni Made Shaliha bersama teman-teman yang mengalami pengalaman berkesan karena negara mereka dikagumi oleh negara lain. Ya, semua berawal dari tatap lalu muncul kekaguman dari negara mereka lal...
Maafkan Aku Elsa
535      412     3     
Short Story
Zahra dan Elsa sudah bersahabat sejak masuk kedalam pesantren mereka sudah seperti saudara yang tak terpisahkan. namun semuanya berubah semenjak Zahra menjadi terkenal karena ia memenangkan lomba Qiro\'ah tingkat provinsi.