Read More >>"> Mendadak Halal (18. Rencana Allah) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendadak Halal
MENU
About Us  

Tubuh killa mematung saat menatap sosok didepannya. Berdiri tepat disebelah seorang dokter yang barusan menangani persalinan ibu- ibu tadi. Jantungnya kini berdetak cukup kencang seperti ingin keluar dari krangkanya. Tenggorokannya pun merasa keluh saat berhadapan dengan orang itu. Seperti memberikan suatu pengaruh yang sangat luar biasa bagi tubuh killa. Membuat killa kini membeku ditempat dia berdiri.

"Killa...?,,loh kok kamu ada dijakarta?"killa tak menjawab pertannyaannya. Ia malah menunduk menatap sepatunya penuh minat.

Bukannya dia tidak mau menatap lawan bicarannya, tapi ia takut kalau hatinya akan memberikan respon lebih terhadapnya. Jadi ia memilih menunduk untuk menguatkan hatinya dari gejolak-gejolak aneh didalamnya.

Sedangkan dokter anam menatap mereka penuh tannya" kalian saling kenal?" yang langsung dijawab anggukan oleh Azzam.

Merasa tak mendapat jawaban dari killa, laki-laki itu mengalihkan pembicaraan mereka" ekhm, tidak usah dijawab. kalau gitu saya permi-"

"Ada urusan yang harus aku selesaikan dijakarta" jawab killa memotong ucapan azzam. Azzam tersenyum tipis kearah killa,walaupun senyuman itu sangat tipis. Tetapi tetap saja terlihat manis ditambah wajah tampannya itu mampu membuat kaum hawa meleleh dibuatnya. Cepat-cepat killa membuang tatapannya kearah lain saat melihat senyuman manis milik azzam.

"Mm... Saya permisi dulu" ujar Azzam kemudian meninggalkan tempat itu.

"Emm... Bagaimana dengan keadaan ibu itu dok?" tanya killa menatap dokter anam.

"Ibu itu selamat. Dan bayinya berjenis kelamin perempuan"

"Alhamdulillah"

 

***

Disebuah ruangan rawat inap. Killa tersenyum kearah wanita dewasa yang tengah duduk dibrankar sambil menggendong anaknya."cantik sekali dia"killa mengelus pipi bayi itu.

"Terimakasih mbak killa telah menolong saya. Jika tidak ada mbak killa gak tau deh nasib ibu sama anak ibu ini gimana?..."

"Iya,sama-sama bu. Kan sesama manusia itu harus saling tolong menolong."ibu wina mengangguk.

"Ouh iya, ibu beri nama siapa anak ini?" lanjut killa.

"Ibu, beri nama dia syla..." ibu wina menatap anaknya yang  terlelap didalam gendongannya.

"Apa mbak killa mau mencoba menggendong syla?" terlihat killa tengah memikirkan sesuatu.

"Umm...Apakah boleh?" ibu wina terkekeh mendengar pertanyaan dari killa.

"Tentu saja boleh" ibu wina menyerahkan syla kedalam gendongannya. Killa mengendong syla dengan hati-hati. Saat itu ia merasa seperti menjadi seorang ibu. Seorang ibu yang tengah menggendong anaknya penuh cinta. ya, killa sangat mengiginkan sekali moment itu hadir dalam hidupnya.

"Wah,,sudah pantas nih. Mbak killa untuk mempunyai anak." goda bu wina. Mendengar itu membuat killa bersemu malu. Pasalnya ia baru saja menikah dan lebih parahnya lagi ia tidak tahu sama sekali siapa suaminya. Memikirkan, tentang mempunyai anak dengan suaminya itu membuat killa jadi malu sendiri.

Dibalik pintu ruang inap itu. Tanpa disadari oleh killa dan ibu wina. Disana Terdapat seorang laki-laki yang tengah mendengarkan pembicaraan mereka sedari tadi.

Seorang suster yang tak sengaja melintas didepan ruangan itu. Langsung menghampiri laki-laki yang tengah berdiri didepan pintu dengan keadaan pintu yang sedikit terbuka. Untuk memudahkan laki-laki itu mendengar semua pembicaraan mereka. "Dok, kenapa berdiri disini. Gak jadi masuk?" suster itu menepuk bahu lawan bicaranya.

Azzam terperanjat kaget saat seseorang menepuk bahunya. Ya orang yang sedari tadi berdiri didepan pintu adalah Azzam. Ia sengaja mengurungkan niatnya untuk masuk kedalam. Supaya dapat mengetahu perbincangan mereka. Azzam cukup bangga dengan kebaikan killa yang telah menolong wanita itu. "Eh,, iy-a ini saya baru mau masuk"

"Ouh, kalau gitu saya permisi dok" Azzam mengangguk,  setelah itu suster tadi meninggalkannya. Saat hendak masuk ia terhenti dengan perkataan killa yang tak sengaja ia dengar saat diambang pintu.

"Amin..., doa'in aja bu yang terbaik buat saya" menyerahkan syla kembali kedalam gendongan bu wina.

"Mba, killa sudah menikah?" killa mengangguk sambil tersenyum.

"Alhamdulillah sudah bu, satu minggu yang lalu hehehe..."

"Saya doain semoga cepet dapat momongan ya"

"Aamiin...."

Seulas senyum menghiasi wajah Azzam. Tak ada yang tahu kalau saat itu Azzam juga mengaminkannya dalam hati.

"Permisi dok,, loh- lo kan?" seru seorang perempuan agak keras.

Azzam langsung menatap perempuan berhijab yang pernah ia temui saat acara akad pernikahannya. Ia langsung memberikan isyarat kepada perempuan itu untuk mengecilkan volume bicaranya. Saat Perempuan itu mengetahui isyarat yang diberikan Azzam,ia langsung mengangguk.

"Lo suaminya killa kan?" lirih perempuan itu.

"Iya, mm... tolong jangan beritahu dia terlebih dahulu. Biar saya saja yang memberitahukannya" sarah mengangguk.

Didalam ruangan killa merasa mendengar suara sahabatnya dari arah luar. Ia memutuskan keluar untuk memastikannya. Killa keluar dari ruang inap itu. Matanya seketika membulat saat melihat sahabatnya dan mas Azzam sedang berbincang di depan pintu. Mereka terlihat sangat akrab sekali. Sehingga menumbuhkan rasa penasaran dihatinya.

"Kalian sedang ngapain didepan pintu?" mata sarah dan Azzam langsung teralihkan kearah suara itu. Killa menatap penuh tanya kepada Azzam dan sarah bergantian.

"Eh,, ada deh..."killa mendengus kesal dengan jawaban yang sarah berikan.

"Saya pamit, Mari" Azzam meninggalkan sarah dan killa  didepan pintu.

"Ada hubungan apa mereka berdua?" batin killa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags