Author pov.
Langit yang mendung ini seakan menjadi saksi, secara diam-diam laki-laki itu tengah memperhatiakan seorang gadis yang sedang duduk sambil memandangi luasnya hamparan perkebunan teh.
Gadis itu bernama killa, sekarang ia tengah duduk disebuah bangku dibelakang rumahnya pak kyai yang berbatasan langsung dengan perkebunan teh milik warga. Setelah membantu umi fatma, killa disuruh menunggu lilis yang masih mengerjakan tugasnya.
Laki-laki itu tak mengerti apa yang ada dihati dan pikiranya sekarang. Saat melihat killa hatinya selalu berdetak lebih kencang dari biasaanya. Dan saat memandangnya ada rasa ingin memilikinya. Apa kah mungkin ia jatuh cinta?.
"Sudahku putuskan. Aku akan menerima perjodohan ini"gumamnya.
Setelah mengatakan itu, laki-laki itu berbalik dan meninggalkan tempat itu.
***
Flashback on.
Azzam pov.
Saat aku baru pulang dari study S2 dikairo. Aku sangat terkejut dengan ucapan abi dan umi, bagaimana tidak terkejut coba?. Baru pulang sudah ditodong mantu. Katanya umurku sudah pantas untuk memiliki seorang istri dan anak. Aku hanya bisa tersenyum menanggapinya. Tapi, yang membuatku lebih terkejut lagi. Ternyata abi telah melamar anak gadis orang untukku secara diam-diam, tanpa memberi tahuku terlebih dahulu.
Awalnya aku sedikit marah karena abi tidak memberitahu ku, tapi aku tau kalau pilihan abi pasti yang terbaik untuk ku. Aku pun mulai menerima dengan iklas perjodohan ini. Walaupun aku tak tahu seperti apakah calon ku itu? Apakah dia perempuan shalihah atau pun sebaliknya?. Sempat aku menanyakan kepada umi, tapi umi berkata dia tidak tahu. Karena yang melamar gadis itu abi sendiri tanpa mengajak umi. kebetulan saat itu umi sedang mengikuti pengajian, dan abi pun memutuskan untuk pergi sendiri.
Tapi, umi memberikan sesuatu berupa clue kepadaku. Katanya abi telah memberikan sebuah tanda kepada gadis itu. Dengan memberinya sebuah tasbih kesayangannku. Mungki clue itu sangat membantuku untuk mencari tahu seperti apakah gadis itu.
Saat dua hari aku disini, aku memutuskan untuk jalan-jalan keliling desa yang sudah lama aku tinggali. Tak banyak yang berubah masih asri seperti dulu. Ku tarik nafas dalam-dalam lalu kuhembuskan secara perlahan menikmati udara segar disini. Tak sengaja mataku menangkap sosok perempuan tengah menangis sendirian diperkebunan teh.
Tanpa was-was aku pun menghampirinya. Mungkin dia sedang patah hati karena cinta yang tak halal. Bukanya aku sok tau loh, aku cuma menebak saja, siapa tau betul. Sekarang aku tengah berdiri disampingnya dengan jarak sekitar 3 meter.
"Hiks...hiks..." dia menangis sambil memeluk lututnya.
"Keluarkan saja semuanya, siapa tau setelah ini dapat membuat hatimu tenang" ucapku tanpa sadar membuat perempuan itu semakin terhisak dalam tangisan.
"Mencintai itu fitrah. Tapi, kalau mencintai yang bukan halalnya itu akan menyakitkan" sambungku,
Saat perempuan itu mulai sedikit tenang dan saat tangisannya pun mulai mereda. Perempuan itu memutuskan mendongak keatas untuk melihatku. Aku mengetahuinya dari ekor mataku, aku tak berani menatapnya walaupun jarak kami lumayan jauh. Aku haya bisa menatapnya lewat ekor mataku.
Dia masih terang-terangan menatapku. Mungkin ia berpikir aku itu laki-laki seperti apa?. Kenapa tau kalau dirinya sedang patah hati?. Apakah dia cenayan? Atau mungkin peramal?. Pasti semua itu ada dalam pikiranya sekarang. Kenapa begitu?, karena dilihat dari matanya yang membulat sempurna saat aku mengucapkan itu, menandakan kalau semua peryataan itu benar.
"Saya hanya menebak saja, tadi"ucap ku, yang membuat mata perempuan itu lagi-lagi membulat dengan sempurna, melihatnya seperti itu membuatku tersenyum, hanya tersenyum tipis.
Aku tak mau berlama-lama berduaan ditempat ini, takut ada fitnah. Aku pun memutuskan untuk pamit." kalau mbaknya sudah tenang, saya pamit undur diri. Assalammualaiku"
"Waalaikum salam" ujarnya lirih yang masih bisa aku dengar.
***
Saat menjelang malam aku pun bertemu dengan gadis itu lagi, tak sengaja kami bertabrakan sehingga menyebabkan dirinya terjatuh. Saat aku ingin menolongnya aku baru sadar kalau dia itu bukan mahromku.
Bukan?,astagfirullah... Azzam apa kau ingin dia menjadi mahrommu?. Ingat kau sudah memiliki calon. Jangan membuat abi dan umimu kecewa.
Aku berusaha menginggatkan diriku supaya tak terhanyut dalam pesona gadis itu. Aku menolongnya berdiri tanpa menyentuhnya, kok bisa?ya aku hanya memegangi lengan bajunya dan menariknya berdiri. Katakan saja aku tidak romantis!. Karena aku hanya akan romantis kepada istriku kelak. Setelah kejadian tadi kami pun masing-masing pamit.
***
Aku anggap seperti apakah ini? takdir atau kebetulan saja?, kenapa coba aku bertu dengan perempuan itu lagi. Aku tidak mau perasaanku kepadanya tumbuh karena terlalu sering bertemu dengan dia.
Kok, dia seperti sedang mencari sesuatu yang jatuh?, apa mungkin dia sedang mencari tasbih yang barusan aku temui didekat pintu masjid?. Tapi, tasbih ini kok seperti aku kenal ya?. Aku menelisik tasbih yang ada digenggaman tanganku, begitu mirip dengan milikku. Aku baru ingat, jika ini benar milikku maka diujungnya ada sebuah tulisan huruf A. Dan benar saja, diujung tasbih itu terdapat sebuah tulisan huruf A. Atau jangan-jangan dia itu.....?