Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendadak Halal
MENU
About Us  

Setelah sholat asar. Gue minta lilis, buat nemenin gue jalan-jalan keliling desa. Menikmati keindahan air terjun yang belum sempet gue datangi, Keburu cape tadi. Oh iya, kenalin nama gue Awkilla safitri. Pangil aja killa, atau sayang juga boleh hihihihihi, becanda!.

Umur gue baru 20 tahun, gue baru diwisuda seminggu yang lalu. Gak tau kenapa gue cepet banget diwisuda?. Apa karna gue pinter atau gue masuk sekolah lebih dini, ya?dari temen-temen yang seumuran sama gue!. Au ah masa bodo!.

Gue punya sahabat, so pastilah!. Dia, itu anaknya baikkkk....baget, Namanya Sarah Arzafani. Umur dia itu, lebih tua satu tahun diatas gue. Bukan cuma sahabat aja yang gue punya, gue juga punya orang tua yang masih lengkap, dan juga adek gemes gue. Mereka semua sosok yang sangat luar biasa dihati gue.  Terutama Ayah dan bunda. Mendengar perjuangan cinta mereka membuat gue menginginkan sosok pendamping seperti Ayah. Semoga keinginan gue kesampean, Aamiin....

Menginggat semua itu. Membuat kepala gue langsung terisi penuh dengan bayangan laki-laki itu. Yang entah namanya siapa? gue gak tau!, bukan gak tau sih. Lebih tepatnya belum tau. Dengan mimpi yang barusan gue alami. Semakin membuat gue merasa penasaran dengan sosok laki-laki itu.

"MBAK...?"seru lilis dengan nada kerasnya. Gue langsung tersadar dari lamunan gue.

"Apaan sih lis, kenapa teriak-teriak coba?"gue menatap lilis yang sudah berdiri tepat dihadapan gue. Dia nyengir kuda sambil garuk-garuk kepalanya yang tak gatal.

"Maaf, mbak nya sih. Dipanggilin dari tadi gak nyaut-nyaut."

"Iyaa, gue maafin. Jangan ulangin lagi ok. Kuping gue sakit ntar" dia mengangguk mengerti. Kemudian menyerahkan satu botol air mineral pesanan gue. gue terima setelah mengucapkan terimakasih ke dia.

Sekarang lilis sudah pindah posisi menjadi duduk disebelah gue, dengan beralaskan batu sungai yang cukup besar untuk kami berdua duduki. Kami saling diam sesaat memandang keindahan air terjun yang begitu deras, mengalir kebawah. Sungguh suara yang ditimbulkannya dapat memberikan ketenangan. Hati gue merasa tenang berada ditempat ini. Memang ini keputusan yang sangat baik buat gue. Mengasingkan diri sementara waktu, untuk menenangkan diri serta menata hati gue yang berantakan. Supaya tidak dengan mudah hati gue dijamah dengan sembarang orang.

Mau tidak, mau. Siap tidak siap. Seperti perjanjian, sebelum gue menginjakan kaki ditempat ini. Setelah merasa hati gue sudah tertata seperti semula. Gue bakal dinikahi sama laki-laki pilihan Ayah dan Bunda. Semoga saat waktu itu tiba, gue bener-bener sudah siap.

"Mbak, pulang yuk udah sore. Sebentar lagi mau maghrib" dia membuka pembicaran, stelah cukup lama dalam keheningan.

"Kuy lah" ujar gue sambil berdiri. Kami pun langsung pergi dari tempat itu.

***

 

"Mbak, cepetan. Sebentar lagi komat"ujar lilis yang berjalan didepan gue dengan langkah lebarnya. Sesekali ia melirik kebelakang.

"Iya,, iya. Tungguin napa"protes gue. Sambil berusaha menyamakan langkah gue dengan langkahnya.

Bugk...

Gue jatuh terduduk gara-gara menabrak sesuatu yang keras saat didepan teras masjid.

"Auw..." rintih gue. Tiba-tiba saja ada sebuah tangan terulur didepan gue. Gue menatap tangan itu, dan pemiliknya. Gue cukup kaget, ternyata tangan itu milik laki-laki yang gue sebut dengan sebutan peramal hati.

Saat tangan gue mau menerima uluran tangannya. Dia malah menjauhkan tangannya, kemudian menarik lengan baju gue. Membantu gue berdiri tanpa menyentuh gue sedikit pun. Asli awalnya gue pengin marah sama dia, tapi setelah gue pikir-pikir, ternyata dia itu sangat memuliakan sosok perempuan. Dengan, dia tidak menyentuh perempuan yang belum menjadi mahromnya. Belum? kok ucapan gue itu terkesan pengin jadi mahromnya ya?. Aneh deh gue! Begitu juga dengan hati gue. Yang lancang berdetak up normal saat netra kami bertemu.

Setelah  kami sadar kalo memandang yang bukan mahromnya itu salah! Kami saling pamit. Gue kearah kiri sedangkan dia kearah kanan. Karena area wudhu pria ada disebelah kanan sedangkan perempuan ada disebelah kiri.

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags