Loading...
Logo TinLit
Read Story - Egoist
MENU
About Us  

Ia memandangi mayat itu dengan datar, tapi di dalam hatinya, ia merasa senang dengan corak-corak darah yang ada di sekitar—sebuah kenang-kenangan dari kesenangan yang dialami mereka kemarin. Bau tajam berasa besi yang mengingatkannya pada teriakan meminta ampun dari lelaki binatang, juga banjir darah yang memercik liar di lantai putih menjadi merah darah.

Semua warna itu tampak lebih tajam ketika lampu dinyalakan. Ia merasa begitu tenang dan semangatnya meningkat, seakan dirinya yang telah menyiksa lelaki itu kemarin-kemarin. Di bawah dekat kaki mayat terdapat isi perut yang berceceran, tampak hancur tak berbentuk, seperti potongan organ yang hendak membusuk.

Membunuh, menyiksa, sebuah cara menunjukkan kepemilikkan atas mereka yang jauh melampaui perbudakan. Bahkan, ketika melihat rupa terburuk mereka saat menjelang kematian adalah suatu ekspresi seksi yang tidak akan ditunjukkan pada orang lain.

Haruskah ia menuliskannya nama sebelum memasukkan mayat ini ke penggilingan? Sebagai tanda cinta?

Tidak. Tidak boleh ada nama.

Sebuah tepukan pelan membuatnya tersadar. Ia menoleh, mendapati seorang rekannya—lelaki bertubuh besar dengan rambut cepak—berdiri di sebelahnya, menyodorkan minuman alkohol sambil tersenyum miring.

"Kau masih ingin memandangi buruanmu yang malang?"

Ia menggeleng. "Tidak. Aku sudah cukup muak melihatnya."

"Kenapa?" Lelaki itu bertanya lagi. Mereka berjalan keluar ruangan, membiarkan beberapa orang berpakaian serbahitam, yang posisinya lebih rendah membereskan mayat itu.

Mayat itu dinaikkan ke atas gerobak besi yang kotor, seperti masa-masa hidup si mayat, lalu didorong keluar ruangan, dikumpulkan bersama dengan mayat-mayat lain—entah hasil uji coba atau penyiksaan—untuk dimasukkan ke sebuah mesin penggiling besar. Bisa kau bayangkan bagaimana tubuh mereka dihancurkan berkeping-keping tanpa sisa sedikit pun diiringi deru mesin yang menyayat, bercampur dengan aroma besi dan anyir yang kuat, ditambah suara tulang-tulang yang bergemeletuk. Hanya selama kurang lebih lima menit, tubuh mereka—yang digunakan untuk berbuat dosa—telah hancur, dengan cipratan darah di dalam mesin. Begitu memabukkan.

Sebuah hukuman yang pantas bagi orang-orang kotor seperti mereka.

Semua aktivitas berakhir pukul tujuh malam. Lampu-lampu di laboratorium utama akan dimatikan. Pengeras suara akan bicara, mengumumkan agar gerbang laboratorium segera ditutup. Dan setelah itu, malam-malam penyiksaan akan dilaksanakan. Tidak setiap hari ada pembunuhan. Biasanya, mereka hanya mengincar orang-orang yang kotor, dalam artian, merugikan, serta merampas hak orang lain.

Di luar gedung laboratorium, tidak ada bangunan lain. Hanya ada pagar besi yang tinggi. Jauh dari perkotaan Nilfheim. Semua ini dikarenakan biostigma sepuluh tahun yang lalu, di mana para manusia yang terjangkit akan perlahan mati dan menginfeksi satu sama lain. Dulu, mereka dikurung di Turk dan dijadikan kelinci percobaan.

"Kau tahu, Niel, ada target baru untukmu," kata lelaki itu ketika mereka memperhatikan gerobak-gerobak besi yang melintas, dengan mayat Jim Sakgaard di dalamnya, beserta ceceran isi perut atau organ-organ lainnya.

Niel diam sejenak, lalu kembali menegak minumannya. "Siapa?"

"Aku tidak tahu, tapi sepertinya, dia lebih lezat dibanding orang kemarin."

"Baguslah. Dengan begitu, orang-orang kotor di luar akan semakin berkurang."

Lelaki itu tertawa mendengarnya. Ia menyenggol lengan Niel. "Tidak akan pernah berkurang, Niel. Mereka—si manusia kotor—akan terus tumbuh selama mereka berkembangbiak. Akan ada manusia kotor lain yang terlahir, bahkan bisa jadi lebih kotor lagi."

"Kalau begitu, sekalian saja bunuh bayi-bayinya."

"Bisa sekali kau bicara." Lelaki itu menggeleng-geleng pelan. "Turk terlalu berjasa bagi Nilfheim. Coba bayangkan, Niel. Sepuluh tahun lalu, Turk telah menyelamatkan Nilfheim dari biostigma yang dibuat oleh orang-orang tolol itu. Sekarang Turk juga menyelamatkan Nilfheim dari tangan-tangan kotor yang rakus. Ini hubungan timbal balik yang bagus, bukan?"

"Kupikir, ini tindakan yang menguntungkan mereka." Niel kembali melanjutkan langkah, menuju tempat makan yang terletak di sisi lain laboratorium. Mereka bisa melihat gedung laboratorium yang berbentuk huruf U besar. Gedung bercat serbaputih yang berbentuk seperti rumah sakit.

"Kita terlihat berdosa di mata orang, padahal kita melakukan hal yang baik untuk Nilfheim. Jadi sebenarnya, yang berjiwa cinta negara itu kita atau orang-orang itu?"

***

Niel masuk ke kamarnya dengan perlahan. Memanfaatkan cahaya temaram bulan yang menembus tirai jendelanya yang tertutup rapat,

ia melepas jaket hitamnya. Di dalam saku jaket itu tersimpan sebuah foto lelaki berambut cepak dengan wajah yang tidak terlalu tampan. Wajahnya bulat dengan rambut-rambut tipis di area dagu.

Target berikutnya lelaki—lagi-lagi. Namun, kali ini bukan seorang pejabat. Hanya kepala reporter yang suka memakan uang bawahannya. Ia tidak pernah melihat lelaki ini sebelumnya, tapi rasanya begitu menyenangkan jika lelaki ini berteriak meminta ampun padanya.

Lelaki yang suka membentak, memeras, dan menipu bawahannya. Benar. Lelaki ini berbahaya. Rakus dan bodoh.

Ia membalik foto itu dan menemukan catatan. Identitas target.

"Begitu, ya. Jadi namamu John Freebourn." Niel bergumam seorang diri, lirih. "Aku akan memberikanmu waktu dua hari. Bersenang-senanglah, lalu buat kami senang nanti."

Sambil tertawa sendirian dengan nada lirih, Niel kembali menyimpan foto itu. Kemudian, ia melangkah menuju jendela besar kamarnya, membuka tirai, membiarkan cahaya bulan terpantul di lantai kayu kamarnya. Ia duduk di tepian jendela, memandang lurus bulan yang bercahaya sedikit keabuan.

Sahabatnya benar. Manusia kotor itu tidak akan pernah habis. Mereka akan terus lahir dan tumbuh.

Namun, ada satu hal yang ia pikirkan.

Sampai kapan ia akan melakukan ini? Menjadi anjing pemburu Turk tidaklah buruk. Kau tidak akan berurusan dengan jeroan korban, atau mendapat luka fisik ketika menyiksa mereka. Kau hanya perlu mendapatkan target dalam keadaan hidup, lalu menyaksikan mereka mati secara perlahan. Entah karena obat atau penyiksaan fisik.

Tangannya bersih, tapi dirinya yang menjadi jembatan bagi Turk dan orang-orang itu.

Tidak apa-apa, mereka juga melakukannya dulu.

Itulah yang selama ini Niel yakini. Orang-orang kotor itulah yang membuatnya seperti ini. Orang-orang kotor yang menjauhkannya dari kata normal, menjadikannya sebagai sosok monster yang mengerikan.

Jika saja, manusia bisa lebih baik, maka biostigma tidak akan pernah terjadi.

Jika saja, manusia tidak memikirkan diri mereka sendiri saat itu, maka ... tidak aka nada hal-hal seperti ini.

Dan jika saja, ia lebih berani, mungkin hidupnya akan normal hari ini.

Bersama dengan orang tuanya yang telah pergi ke neraka.

Niel menggeleng. Tidak sepantasnya ia memikirkan hal-hal itu. Tidak akan ada yang berubah meski ia memikirkannya sepersekian detik sekalipun. Biostigma sudah tak terelakkan dan orang tuanya tidak mungkin kembali hidup.

Tidak ada kehidupan normal lagi baginya.

Niel kembali menutup tirai jendela, lalu berjalan menuju tempat tidurnya. Ia berbaring tanpa menaikkan selimut, lalu memejamkan mata.

Ada sebuah nama yang terlintas dalam benaknya.

Ellie ....

Dia sudah mati.

Ellie, adiknya yang malang. 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
KEANGKARAAN
690      456     2     
Short Story
Hitam kelabu menjadi pewarna yang sesuai dengan duniaku. Kepahitan menjadi penambah rasa yang tepat untuk hidupku. Dan iblis dengan topeng malaikat menjadi pemeran utama di kisahku.
Ketika Kita Berdua
38033      5460     38     
Romance
Raya, seorang penulis yang telah puluhan kali ditolak naskahnya oleh penerbit, tiba-tiba mendapat tawaran menulis buku dengan tenggat waktu 3 bulan dari penerbit baru yang dipimpin oleh Aldo, dengan syarat dirinya harus fokus pada proyek ini dan tinggal sementara di mess kantor penerbitan. Dia harus meninggalkan bisnis miliknya dan melupakan perasaannya pada Radit yang ketahuan bermesraan dengan ...
Kirain Hantu
351      235     3     
Short Story
Aku terbangun beberapa menit selepas jam dua dini hari. Sebelum keluar kamar, aku menatap sejenak cermin dan melihat seorang wanita berwajah pucat, berambut panjang, dengan pakaian putih. Aku menjerit karena terkejut dan mengira ada hantu. Ternyata, wanita berpakaian putih yang aku lihat di cermin bukan hantu, melainkan pantulan diriku sendiri.
Zo'r : The Teenagers
14171      2824     58     
Science Fiction
Book One of Zo'r The Series Book Two = Zo'r : The Scientist 7 orang remaja di belahan dunia yang berbeda-beda. Bagaimana jadinya jika mereka ternyata adalah satu? Satu sebagai kelinci percobaan dan ... mesin penghancur dunia. Zo'r : The Teenagers FelitaS3 | 5 Juni - 2 September 2018
Mednorts
429      282     5     
Humor
Definisi anak Mednorts "Ada ya, manusia macam mereka ditengah-tengah sekolah internasional ini?"- Angkasa Putra Azharon "Harap sabar, kelas gue emang isinya anak monyet semua. Termasuk gue ...."- Dityan Casver Arzhelo "Kalian heran lihat tingkah absurd mereka? Lebih mengherankan kalau mereka anteng-anteng aja, nggak ada ulah."- Elang Adiputra
LUKA
3543      1282     4     
Romance
Aku menangis bersama rembulan digelapnya bumi yang menawan. Aku mengadu kepada Tuhan perihal garis hidup yang tak pernah sejalan dengan keinginan. Meratapi kekasihku yang merentangkan tangan kepada takdir yang siap merenggut kehidupan. Aku kehilangannya. Aku kehilangan kehidupanku. Berseteru dengan waktu karena kakiku kian tak berdaya dalam menopangnya. Takdir memang senang mempermain...
Pertimbangan Masa Depan
241      209     1     
Short Story
Sebuah keraguan dan perasaan bimbang anak remaja yang akan menuju awal kedewasaan. Sebuah dilema antara orang tua dan sebuah impian.
Pretty Words
6630      1544     9     
Inspirational
\"Pretty words aren\'t always true and true words aren\'t always pretty.\"
Catatan sang Pemuda
605      365     5     
Inspirational
"Masa mudamu sebelum masa tuamu." Seorang laki-laki kelahiran Banjarnegara, Jawa Tengah, pada 31 Oktober 2000. Manusia biasa yang tidak terkenal sama sekali. Inilah kisah inspirasi dari pengalaman hidup saat menginjak kata remaja. Inilah cerita yang dirangkum dari catatan harian salah seorang pemuda merah putih.
KataKu Dalam Hati Season 1
5963      1571     0     
Romance
Terkadang dalam hidup memang tidak dapat di prediksi, bahkan perasaan yang begitu nyata. Bagaikan permainan yang hanya dilakukan untuk kesenangan sesaat dan berakhir dengan tidak bisa melupakan semua itu pada satu pihak. Namun entah mengapa dalam hal permainan ini aku merasa benar-benar kalah telak dengan keadaan, bahkan aku menyimpannya secara diam-diam dan berakhir dengan aku sendirian, berjuan...