Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seteduh Taman Surga
MENU
About Us  

Kesibukan pagi di kota Gudeg masih seperti dalam ingatan Gus Hasan Al Farich. Lalu lalang kendaraan sudah mulai ramai. Para tukang becak mengayuh becaknya mencari penumpang, derap kaki kuda yang menarik andong turut meramaikan suasana pagi. Angkutan umum tampak penuh dengan penumpang, mulai ibu-ibu berdaster hingga anak-anak berseragam sekolah. Warung-warung di pinggir jalan pun sudah menguarkan aroma masakannya masing-masing, pedangang asongan mulai menawarkan jajakannya saat kendaraan berhenti di perempatan lampu merah.

Dari dalam bus yang akan membawanya menuju pesantren Miftahul Ulum, Gus Hasan mengamati aktifitas masyarakat Jogja. Jogja masih seperti empat tahun yang lalu, tak ada yang berubah. Empat tahun menempuh pendidikan di Cairo, Mesir, membuat Gus Hasan sangat merindukan kota kelahirannya, masakan Uminya, Abah dengan segala petuahnya, suasana pesantren, hingga Misbah, adiknya yang saat ini pasti sudah tumbuh dewasa, menjadi laki-laki tampan yang cerdas.

Namun, ia tetap memutuskan untuk tidak langsung pulang ke rumahnya. Begitu keluar dari Bandara Adisutjipto, Gus Hasan justru menaiki bus menuju pesantren Miftahul Ulum untuk menemui Kyai Abdul Fatah. Kyai Abdul Fatah adalah salah satu sahabat ayahandanya, sekaligus pengurus pesantren saat ia masih nyantri di Tebuireng, Jombang. Waktu itu Gus Hasan masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah.

Kyai Abdul Fatah adalah sosok yang sangat berjasa dalam hidup Gus Hasan. Beliau merupakan pengganti Abah saat di pesantren yang sudah memperlakukan ia layaknya anak sendiri. Selain memiliki kepribadian yang sangat menyenangkan, Kyai Abdul Fatah muda juga dikenal penuh kasih sayang. Masih jelas terpatri dalam ingatan Gus Hasan, saat pertama kali ia menginjakkan kaki di pesantren Tebuireng, Gus Hasan menangis, begitu Umi dan Abah hendak pulang meninggalkanya. Namun, dengan lembut Kyai Abdul Fatah menenangkannya, membujuknya dengan nada-nada manis hingga ia merasa betah di pesantren.

Lima tahun Gus Hasan menimba ilmu di pesantren Tebuireng, sebelum akhirnya melanjutkan nyantrinya di pesantren Lirboyo, Kediri, dan kemudian mendapat beasiswa ke Cairo. Selama lima tahun di pesantren, Gus Hasan mengenal Kyai Abdul Fatah hanya tiga tahun saat beliau mengabdi pada pesantren untuk mengajar para santri. Setelah itu beliau pulang kampung dan mendirikan pesantren sendiri di kota kelahirannya, Jogjakarta, bersama sang Ayah.

Darah biru masih mengalir dalam diri Kyai Abdul Fatah. Sang Ayah, Romo Abdurrahman Hadiningrat adalah seorang keturunan bangsawan Jogja. Romo Abdurrahman sendiri merupakan sosok agamis, beliau sesepuh di dusunnya. Pada saat itu beliaulah yang mendirikan pesantren Miftahul Ulum. Awalnya pesantren Miftahul Ulum hanya majelis tempat perkumpulan  anak-anak desa mengaji. Namun, setelah Kyai Abdul Fatah selesai mengabdi, Romo Abdurrahman bersama putranya tersebut mengembangkan dan merubah sistem pembelajaran di pesantren Miftahul Ulum hingga sampai sekarang santriwan-santriwatinya sudah mencapai ribuan.

Bus yang ditumpanginya berhenti di sebuah halte yang tampak ramai, orang-orang tampak tak sabar mengantre masuk kedalam bus. Gus Hasan mengarahkan pandangannya ke luar jendela, tampak seorang gadis berpakaian seragam Taekwodo berlari mengejar bus. Sopir bus tampak tidak sabar menunggunya. Namun, begitu sudah hampir mendekati pintu, tiba-tiba ia kembali berbelok, membuat sopir bus menggerutu kesal.

Gus Hasan mengamatinya dari dalam. Keningnya berkerut tatkala melihat gadis itu justru menyeberang jalan. Di sana tampak seorang kakek tua dengan badan sudah membungkuk, tangannya yang gemetaran memegang sebuah tongkat usang untuk menopang tubuh rentanya, seperti tengah kesulitan untuk menyeberang jalan. Gadis tersebut berbincang sebentar sebelum kemudian menggandeng kakek renta itu dengan lembut dan menyeberang jalan secara pelan mengikuti langkah lemah sang kakek.

Entah mengapa Gus Hasan merasa hatinya berdesir menyaksikan kebaikan yang tertampang di depan matanya. Mulia sekali, batinnya kagum. Disaat orang lain sibuk dengan urusannya masing-masing dan tidak menghiraukan kesulitan orang lain, gadis itu malah lebih memilih tertinggal bus demi menolong orang lain. Susah sekali mencari kemuliaan seperti itu di zaman sekarang.

Tiba-tiba bus mengerung dengan keras disertai umpatan kasar dari sang Sopir. Gadis tersebut tampak terkejut saat melihat bus sudah mulai bergerak hendak meninggalkan halte. Namun, ia masih sempat mengatakan sesuatu dan tersenyum pada sang kakek, yang dibalas dengan senyuman terimakasih darinya sebelum kemudian berlari melesat mengejar bus yang sudah berjalan. Dengan lincah ia melompat masuk ke dalam bus.

Dengan napas terengah, gadis itu menghempaskan diri di seberang tempat duduk Gus Hasan, hanya berjarak beberapa senti. Gus Hasan menunduk menjaga pandangannya. Namun, dari ekor matanya Gus Hasan dapat melihatnya tengah  asyik bermain ponsel. Sesekali ia mengelap wajahnya yang berkeringat dengan ujung jilbab hitamnya yang tidak terlalu panjang. Sebuah tanda peserta mengalung di lehernya, ban hitam tampak membelit pinggangnya. Sepertinya ia akan mengikuti turnamen Taekwondo

Tak lama kemudian bus kembali berhenti di sebuah halte. Namun, kali ini tak ada satu pun penumpang yang turun. Seorang ibu hamil dengan perut besar masuk sambil menggendong anaknya yang masih kecil. Si Ibu tampak kebingungan saat tak ada kursi yang kosong, tidak ada seorang pun yang terlihat sukarela ingin memberinya tempat duduk.

Gus Hasan hendak bangun mempersilakan ibu tersebut duduk, namun gadis berseragam Taekwondo itu lebih dulu bangkit dan memberikan kursinya.

"Bu, silakan duduk sini." Gess. Suaranya sangat merdu, Gus Hasan kembali merasa debaran jantungnya bekerja tidak seperti biasanya. Ibu tersebut tersenyum lega, sambil mengucapkan terima kasih beliau duduk. Menyisakan si Bidadari berahlak mulia tersebut berdiri dan kembali sibuk dengan ponselnya.

Gus Hasan berdiri mempersilakannya duduk, dan untuk pertama kalinya ia dapat melihat wajah sang Gadis dengan jelas. Masya Allah, Gus Hasan merasa melihat bidadari berwujud manusia. Namun, tanpa menatap Gus Hasan, gadis itu menolaknya dengan halus disertai senyumnya yang teramat manis. Ia mengatakan, bahwa sebentar lagi sampai tujuan. Gus Hasan dapat melihat, nama gadis itu pada tanda peserta yang tergantung di lehernya. E. Riadhil Jannah, tertulis menggunakan spidol hitam dengan tulisan huruf kapital besar-besar.

Subkhanallaah, memiliki ahlak yang sangat mulia, dengan wajah cantik bak bidadari, ditambah dengan nama yang sangan indah. Riadhil Jannah, yang berarti Taman Surga.

Tak lama saat bus berhenti di depan Stadion Maguwoharjo, gadis tersebut berjalan menuju pintu. Sebelum turun ia menoleh ke arah Gus Hasan. Pandangan mata mereka bertemu dan Gus Hasan tertegun.

Gadis itu memiliki bola mata berwarna biru, bersorot sayu nan lembut. Gus Hasan yakin mata itu benar-benar asli, bukan biru softlens. Karena tampak teduh dan menenangkan. Seumur hidupnya Gus Hasan yakin tak mungkin bisa melupakan sorot itu. Sorot yang membuat degup jantungnya bekerja tak seperti biasanya.

Maha Suci Allah, yang telah menciptakan mahluk secantik itu. Apakah ia benar-benar seorang mausia, atau memang bidadari yang menyerupai manusia. Gus Hasan menyentuh dadanya yang berdebar. Seumur hidupnya baru kali ia berdebar oleh seorang gadis.

Riadhil Jannah. Gadis dari taman surga.

How do you feel about this chapter?

0 0 3 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
Similar Tags
Intuisi Revolusi Bumi
1136      580     2     
Science Fiction
Kisah petualangan tiga peneliti muda
A Tale of a Girl and Three Monkeys
359      204     6     
Humor
Tiga kakak laki-laki. Satu dapur. Nol ketenangan. Agni adalah remaja mandiri penuh semangat, tapi hidupnya tak pernah tenang karena tiga makhluk paling menguji kesabaran yang ia panggil kakak: Si Anak Emas----pusat gravitasi rumah yang menyedot semua perhatian Mama, Si Anak Babi----rakus, tak tahu batas, dan ahli menghilangkan makanan, dan Si Kingkong----kakak tiran yang mengira hidup Agni ...
Berawal dari Hujan (the story of Arumi)
1136      609     1     
Inspirational
Kisah seorang gadis bernama Arumi Paradista, menurutnya hujan itu musibah bukan anugerah. Why? Karena berawal dari hujan dia kehilangan orang yang dia sayang. Namun siapa sangka, jika berawal dari hujan dia akan menemukan pendamping hidup serta kebahagiaan dalam proses memperbaiki diri. Semua ini adalah skenario Allah yang sudah tertulis. Semua sudah diatur, kita hanya perlu mengikuti alur. ...
Kacamata Monita
1293      576     4     
Romance
Dapat kado dari Dirga bikin Monita besar kepala. Soalnya, Dirga itu cowok paling populer di sekolah, dan rival karibnya terlihat cemburu total! Namun, semua mendadak runyam karena kado itu tiba-tiba menghilang, bahkan Monita belum sempat membukanya. Karena telanjur pamer dan termakan gengsi, Monita berlagak bijaksana di depan teman dan rivalnya. Katanya, pemberian dari Dirga terlalu istimewa u...
Well The Glass Slippers Don't Fit
1446      654     1     
Fantasy
Born to the lower class of the society, Alya wants to try her luck to marry Prince Ashton, the descendant of Cinderella and her prince charming. Everything clicks perfectly. But there is one problem. The glass slippers don't fit!
She's (Not) Afraid
1965      867     3     
Romance
Ada banyak alasan kecil mengapa hal-hal besar terjadi. Tidak semua dapat dijelaskan. Hidup mengajari Kyla untuk tidak mengharapkan apa pun dari siapa pun. Lalu, kehadiran Val membuat hidupnya menjadi lebih mudah. Kyla dan Val dipertemukan ketika luka terjarak oleh waktu. Namun, kehadiran Sega mengembalikan semua masalah yang tak terselesaikan ke tempat semula. Dan ketika kebohongan ikut b...
Novel Andre Jatmiko
9707      2119     3     
Romance
Nita Anggraini seorang siswi XII ingin menjadi seorang penulis terkenal. Suatu hari dia menulis novel tentang masa lalu yang menceritakan kisahnya dengan Andre Jatmiko. Saat dia sedang asik menulis, seorang pembaca online bernama Miko1998, mereka berbalas pesan yang berakhir dengan sebuah tantangan ala Loro Jonggrang dari Nita untuk Miko, tantangan yang berakhir dengan kekalahan Nita. Sesudah ...
Hideaway Space
118      95     0     
Fantasy
Seumur hidup, Evelyn selalu mengikuti kemauan ayah ibunya. Entah soal sekolah, atau kemampuan khusus yang dimilikinya. Dalam hal ini, kedua orang tuanya sangat bertentangan hingga bercerai. evelyn yang ingin kabur, sengaja memesan penginapan lebih lama dari yang dia laporkan. Tanpa mengetahui jika penginapan bernama Hideaway Space benar-benar diluar harapannya. Tempat dimana dia tidak bisa bersan...
ALIF
1558      734     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Cinta Pertama Bikin Dilema
5251      1434     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...