"Kesan pertama itu bisa jadi yang paling baik, bisa juga menjadi yang paling buruk"
☀️☀️☀️
Khalisya menatap nanar gerbang menjulang dihadapannya. Dengan susah payah gadis itu berlari, namun tetap saja keberuntungantidak berpihak padanya.
"Yah, tetep aja nggak keburu." Guman Khalisya lesu.
"KHALISYA!!!" Teriak seorang wanita paruh baya dari balik pintu gerbang yang sudah tertutup rapat tersebut.
"Eh Bu Anin." Cicit Khalisya.
"Apa kamu senyum-senyum seperti itu. Kamu terlambat kan. Ayo sini akan saya hukum kamu." Tegas Bu Anin.
"Yah ibuk, saya kan telat gar-"
"Tidak menerima tapi-tapi an, ayo cepet sana masuk. Atau saya tambah hukuman kamu." Tegas Bu Anin.
Yah mau tidak mau ini adalah konsekuensi dari keterlambatannya datang ke sekolah, walaupun tidak disengaja tapi tetap saja Bu Anin bukanlah guru yang menerima negosiasi dalam bentuk apapun. Karena menjabat sebagai guru BK ya beliau pasti sangatlah disiplin.
Khalisya hanya mampu menunduk dengan muka yang ditekuk sebal, ia hanya bisa pasrah untuk terus mengekori Bu Anin. Hingga akhirnya berhentilah mereka disini. Ditengan lapangan yang biasa dipakai upacara ketika hari senin. Meskipun baru menginjak waktu jam setengan delapan pagi, tetap saja matahari sudah mulai terik dan lumayan menyengat kulit.
"Sekarang kamu hormat menghadap tiang bendera hingga jam istirahat tiba, saya akan terus mengawasi kamu." Perintah Bu Anin tanpa bantahan.
"Iya Buk." Jawab Khalisya pasrah.
Tiga puluh menit berlalu matahari sudah lebih terik, mengingat kini matahari sudah mulai beranjak dari tempatnya semula. Khalisya sudah mulai merasakan keringan membanjiri seragam putih abu-abunya. Entah mengapa kini tenaganya sudah mulai melemah. Tidak hanya lelah karena sudah berdiri selama puluhan menit. Namun kini kepalanya sudah mulai terasa pening dan perlahan pula terasa berkunang-kunang. Dan akhirnya. Gelap.
Brukk. Namun, dengan sigap seseorang menangkap tubuh Khalisya sebelum tubuh mungil gadis itu menyentuh lantai.
☀️☀️☀️
Setelah satu jam baru Khalisya membuka matanya. Ia mengingat-ingat apa yang terjadi sebelum dirinya jatuh pingsan, dan siapa yang membawanya hingga ke UKS.
"Nih, kamu minum dulu." Ujar dokter Kiran sembari membantu Khalisya untuk duduk.
Tanpa bantahan Khalisya hanya menurut lalu meneguk sedikit teh hangat yang diberikan Dokter Kiran.
"Masih ngerasa pusing?"
"Sudah mendingan dok." Ucap Khalisya sembari tersenyum kecil dengan bibir pucatnya.
"Yasudah kamu lanjutkan aja istirahatnya disini, tenang aja saya sudah izinkan ke wali kelas kamu." Jelas Dokter Kiran lalu diangguki oleh Khalisya.
Setelah mereasa istirahatnya sudah cukup dan rasa pening dikepalanya membaik. Khalisya memutuskan untuk berpamitan pada dokter Kiran untuk kembali ke kelas.
"KHALISYA." Teriak Aqila dan Karina secara bersamaan ketika mendapati Khalisya yang baru masuk kedalam kelas ketika sudah memasuki jam pelajaran ketiga. Tentu saja, kedua sahabatnya itu khawatir karena tidak biasanya Khalisya akan datang terlambat.
"Aduh. Aku nggak bisa nafas ini." Keluh Khalisya seraraya melepaskan pelukan kedua sahabatnya itu.
"Hehe.. sorry kelepasan."
Khansa hanya bisa tersenyum lalu merangkul kedua sahabatnya itu untuk duduk dibangku mereka masing-masing karena jam pembelajaran akan segera dimulai.
☀️☀️☀️