Loading...
Logo TinLit
Read Story - Orkanois
MENU
About Us  

“Mar! Mar!” seru Yuzarsif dari luar pagar.

Rumah kediaman Mar cukup sederhana, dengan cat putih menempel pada dindingnya, mempunyai tiga kamar, satu ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Tertancap pagar dengan cat cokelat melindungi halamannya yang tidak terlalu luas, tapi terlihat cukup banyak bunga menghiasi rumah.

Mar membuka pintu dan melihat Yuzar membawa sepedanya.

“Hei, Mar! Aku mau ngembaliin sepedamu yang dipinjem Fia semalem. Katanya, ‘terima kasih dan maaf’.”

“Ok. Nggak masuk dulu, Zar?” tawarnya santai.

Thanks Mar. Nggak papa. Aku mau lanjut lari pagi. Sepedanya simpen sini, ya?”

Yuzar menyenderkan sepedanya di tembok depan teras, lalu ia pun pergi. Namun, langkah keempatnya terhenti oleh pertanyaan yang akhirnya terlontar, “Mar, semalam, gimana nasib dua orang itu?”

“Mati.”

“Hah?!?”

“Tapi bukan olehku. Ada yang datang dan membereskannya. Dan nggak usah khawatirkan aku!” jawab Mar dingin, padahal ini tentang kematian, seolah semalam adalah hal biasa.

Tanpa balasan sedikit pun, Yuzar melanjutkan langkah kakinya tanpa menoleh ke belakang. Mar hanya menatapi punggung yang sudah melangkah jauh, lalu melanjutkan perkataannya, “ ... bukan aku yang membunuhnya. Melainkan oleh, Orkanois.”

Tiba-tiba saja dari dalam ruang tamu seluas 3 x 6 m, muncul lingkaran dengan percikan biru di sekitarnya. Lingkaran yang terus berputar, seolah sebuah portal sedang dibuka.

Dari portal itu, keluarlah Orkanois seraya berkata, “Aku kagum sekali padamu, dan kekuatan Mehdiard yang tertanam dalam dirimu. Semalam, setelah menerima serangan dariku, kau memejamkan mata, aku kira kau mati begitu saja. Namun, semenit kemudian, kau bangkit dan berjalan sampai sini, walau dengan sempoyongan. Padahal sengatan kabelku setara dengan petir badai laut.” Monster itu menunjuk kabel yang keluar dari armonya.

Sementara Mar, tidak begitu menanggapi dan perlahan menutup pintu rumah.

Vas bunga kecil berwarna biru yang berdiri di atas meja pojok ruangan, tersenggol hingga terjatuh dan pecah oleh ekor monster tersebut. “Ngomong-ngomong, apa ini rumahmu? Sempit sekali,” singgungnya.

“Nggak suka? Silakan keluar,” sentak Mar.

“Tidak, aku akan duduk di lantai saja.” Dengan santai ia duduk sila di lantai.

“Jadi, kau ini alien? Atau semacam makhluk fantasi dari dunia lain? Isekai gitu,” tanya Mar yang duduk di kursi ruang tamu sambil mengepal tangannya.

“Dari sudut pandangku, justru dirimu dan rasmu adalah alien. Salam, namaku Orkanois dari planet Orka.”

 “Kadal bisa sopan juga ternyata. Nggak usah basa-basi. Kapan kita bisa mempercepat kiamat?” tanya Mar.

“Wow, wow, buru-buru sekali. Kau yakin tidak ingin menanyakan hal lain tentang kejadian ini? Karena menurutku, manusia akan berpikir bahwa ini sangatlah aneh,” tanya Orkanois yang bahasa tubuhnya pun sudah menyerupai manusia formal.

“Semua udah jelas bagiku.”

 “Sudah jelas?” tanya Orkanois.

“Ya, kau makhluk dari planet atau apalah. Terus, karena di sana kekurangan sumber dayanya, Bumi pun dipilih sebagai tempat tinggalmu yang baru. Dan kebetulan daging manusia adalah makananmu,” jawab Mar.

“Begitukah sudut pandang manusia soal alien? Asalkan kau tahu, makananku sama dengan tumbuhan di Bumi, dedaunan.”

“Sial meleset. Jadi kau naga vegetarian? Terus buat apa mayat yang kaubawa?”

“Aku diutus oleh Raja Orba[1] ke Bumi, untuk mengumpulkan satu persatu tubuh manusia. Karena rasku hanya bisa bertahan hidup menggunakan tubuh dari makhluk lain. Dan tidak ada niatan sama sekali untuk menguasai duniamu, aku hanya butuh penghuninya,” jawab Orkanois.

“Lalu kenapa kau mencariku? Kan banyak di luar sana manusia ... sampah,” ketusnya.

“Karena kau adalah Mehdiard, dan kabarnya kau adalah yang terakhir. Entah benar atau tidak, dan entah kenapa aku bisa menemukanmu di planet ini. Berkat sinyal kuat yang kau pancarkan kemarin malam, akhirnya aku menemukan ras langka, Mehdiard. Atau tepatnya ras yang saat ini sudah punah,” jawab Orkanois.

Mehdiard? Namaku ‘Mar’,” sanggahnya.

“Ya, aku tahu itu namamu. Tapi, di tempat tinggalku kau dinamakan ras Mehdiard.”

“Baru kali ini nemu naga, cerewet lagi. Berbicara seolah tahu segalanya,” sindirnya.

“Itu benar. Aku tahu semua tentangmu, sejak semalam kabelku menyentuh kepalamu. Dan dengan cara itulah aku mengerti bahasa manusia.”

“Semudah itu?”

“Tidak. Aku sudah menyentuh ratusan kepala manusia, barulah aku bisa memahami bahasanya. Setiap kali aku menyentuh kepala mereka, kepalanya hancur seketika. Dan kemarin seharusnya kau mati, setelah menerima serangan telak di kepalamu. Tapi kau hidup. Inilah bukti bahwa kau adalah seorang Mehdiard. Di planetku Mehdiard adalah yang mempunyai fisik terkuat,” jawab Orkanois.

“Ya apalah itu, banyak ngomong, ah.  Jadi, kapan kita bisa mempercepat kiamat?”

“Mar, sebegitu benci kah kau kepada manusia?” tanya Orkanois heran.

“Tidak, aku justru menyayangi mereka.”

“…”

 “Candaanmu tidak membuatku tertawa, Mar.”

Mar berdiri dan dengan lantang mengatakan, “Aku serius.”

“Baiklah, baiklah! Apa pun perkataan konyolmu itu, sejujurnya, aku tidak mempunyai kekuatan untuk membantumu mempercepat kiamat di Bumi,” ujar Orkanois.

“Apa?”

“Aku mengatakan hal itu karena kau semangat sekali jika membicarakan soal kiamat, alasan saja agar aku bisa menjumpaimu dengan tenang dan membawamu dengan damai.”

Mar terdiam dan berbalik, ia terlihat sangat kesal setelah Orkanois mengatakan hal itu. Hingga, tiba-tiba Mar berteriak keras, “Aaaa!”

Ia melompat ke depan, membuat pijakan di tembok yang berada di hadapannya –dengan berpijak terlebih dahulu, lompatannya akan lebih tinggi– lalu seketika salto dan menendang tepat di kepala Orkanois. Lalu memukulnya dengan tangan kiri dan berhasil membuatnya tersungkur, hingga membuat meja, kursi, buku, dan sebagainya berantakan.

“Tiba-tiba menyerang dengan ganas. Tetapi, itu belum cukup untuk mengalahkanku. Ternyata, kau hanyalah anak kecil yang cepat marah jika dibohongi,” tanggapnya.

“Lah, komodo luar angkasa bodoh! Siapa pun bakal marah kalau dibohongi.”

Orkanois mengeluarkan puluhan kabel dari dadanya dan mencoba membelit Mar lagi. Ia sempat menghindar, tetapi ruangan sempit itu tidak memihak padanya. Tertangkaplah ia dengan puluhan belitan di sekujur tubuh, dan menyisakan kepalanya saja.

Sengatan demi sengatan dilancarkan oleh Orkanois ke tubuh Mar. Urat-urat di leher dan kepalanya menggaris, terlihat ia sangat berjuang menahan rasa sakit yang diterimanya. Matanya terus menatap tajam Orkanois, sambil terus berusaha tegar dan berkata, “Serangan ini belum ada apa-apanya.”

“Ras kami adalah mereka yang mempunyai sayap,” ujar Orkanois. Ia pun membentangkan sayap birunya yang sangat lebar, memenuhi seisi ruangan. Hingga menjatuhkan beberapa foto yang tertempel di dinding. Ada sebuah foto keluarga di bingkai yang baru saja pecah, memperlihatkan empat orang di dalamnya.

Ia meneruskan perkataannya, “sebenarnya sayap ini permanen dan bagian dari punggungku, tetapi aku menyembunyikannya di dimensi Teeporth[2]. Rasku mempunyai kekuatan yang diberi nama Teeporth. Mampu memindahkan sesuatu ke dimensi hitam. Lihatlah wujudku yang sebenarnya!”

“Hah, lucu banget. Kebetulan atau emang sengaja, kekuatan yang kauberi nama Teeporth itu terdengar seperti ‘teleportasi’ dari bahasaku,” balas Mar.

“Entahlah. Aku juga terkejut mendengar nama ‘Orka’ di planet ini. Paus pembunuh yang matanya mirip dengaku, putih kosong. Alam semesta begitu sempit.”

“Asal kau tahu, lingkaran putih di paus orka, bukanlah matanya,” ujar Mar.

“Hah?!? Dunia ini penuh tipuan.” Orkanois menambah power sengatannya.

“Hmph! Berjuta kali k-kau sengat aku, kali ini aku tidak akan tumbang!”

Orkanois mengeluarkan sebuah jarum dari salah satu kabelnya. “Kau masih muda. Mungkin sayapmu belum tumbuh. Dengan serum ini, sayapmu pasti akan tumbuh dengan cepat. Lalu setelah itu, aku akan membawamu sebagai ‘oleh-oleh’ unik dari planet Bumi untuk Raja Orba.”

“Kau bilang a-aku ras terkuat, tapi sekarang lang-ka? Jangan bilang setrum i-ini yang menyebabkan kepunahan itu,” ujar Mar masih terus berbicara dengan susah payah.

“Bukan oleh setrum ini. Ya memang, kau dari ras punah dan keberadaanmu ini sangatlah langka. Tapi, kau tidak mengetahui mengapa Mehdiard punah kan?”

“H-hah?”

“Ras Mehdiard adalah sumber kerusakan planet kami. Mereka punah karena diperangi oleh ras lainnya. Dan membawamu ke planetku, akan menjadi sebuah tontonan yang sangat menarik, sebelum aku persembahkan kepada raja.”

Orkanois menyuntikan serum itu. “Aaargghhh!” teriak Mar tak tertahan.

“Sebelumnya aku harus menumbuhkan sayapmu terlebih dahulu, sebagai bukti bahwa kau adalah seorang Mehdiard.”

 

[1] Pemimpin di planet Orka

[2] Teleportasi

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
RESTART [21+]
9304      3238     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
Perverter FRIGID [Girls Knight #3]
1476      639     1     
Romance
Perverter FIRGID Seri ke tiga Girls Knight Series #3 Keira Sashenka || Logan Hywell "Everything can changed. Everything can be change. I, you, us, even the impossible destiny." Keira Sashenka; Cantik, pintar dan multitalenta. Besar dengan keluarga yang memegang kontrol akan dirinya, Keira sulit melakukan hal yang dia suka sampai di titik dia mulai jenuh. Hidupnya baik-baik saj...
Gareng si Kucing Jalanan
10450      3392     0     
Fantasy
Bagaimana perasaanmu ketika kalian melihat banyak kucing jalanan yang sedang tertidur sembarangan berharap ketika bangun nanti akan menemukan makanan Kisah perjalanan hidup tentang kucing jalanan yang tidak banyak orang yang mau peduli Itulah yang terjadi pada Gareng seekor kucing loreng yang sejak kecil sudah bernasib menjadi kucing jalanan Perjuangan untuk tetap hidup demi anakanaknya di tengah...
Dunia Gemerlap
20811      3097     3     
Action
Hanif, baru saja keluar dari kehidupan lamanya sebagai mahasiswa biasa dan terpaksa menjalani kehidupannya yang baru sebagai seorang pengedar narkoba. Hal-hal seperti perjudian, narkoba, minuman keras, dan pergaulan bebas merupakan makanan sehari-harinya. Ia melakukan semua ini demi mengendus jejak keberadaan kakaknya. Akankah Hanif berhasil bertahan dengan kehidupan barunya?
Gloomy
600      395     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
OF THE STRANGE
1098      598     2     
Science Fiction
ALSO IN WATTPAD @ROSEGOLDFAE with better graphics & aesthetics! Comment if you want this story in Indonesian New York, 1956 A series of mysterious disappearance baffled the nation. From politicians to socialites, all disappeared and came back in three days with no recollection of what happened during their time away. Though, they all swore something attacked them. Something invisible...
Bye, World
7802      1839     26     
Science Fiction
Zo'r The Series: Book 1 - Zo'r : The Teenagers Book 2 - Zo'r : The Scientist Zo'r The Series Special Story - Bye, World "Bagaimana ... jika takdir mereka berubah?" Mereka adalah Zo'r, kelompok pembunuh terhebat yang diincar oleh kepolisian seluruh dunia. Identitas mereka tidak bisa dipastikan, banyak yang bilang, mereka adalah mutan, juga ada yang bilang, mereka adalah sekumpul...
UNTAIAN ANGAN-ANGAN
277      238     0     
Romance
“Mimpi ya lo, mau jadian sama cowok ganteng yang dipuja-puja seluruh sekolah gitu?!” Alvi memandangi lantai lapangan. Tangannya gemetaran. Dalam diamnya dia berpikir… “Iya ya… coba aja badan gue kurus kayak dia…” “Coba aja senyum gue manis kayak dia… pasti…” “Kalo muka gue cantik gue mungkin bisa…” Suara pantulan bola basket berbunyi keras di belakangnya. ...
Air Mata Istri Kedua
152      135     0     
True Story
Menjadi istri kedua bukanlah impian atau keinginan semua wanita. Begitu juga dengan Yuli yang kini telah menikah dengan Sigit. Seorang duda yang dia kenal satu tahun lalu. Pernikahan bahagia dan harmonis kini justru menjadi bencana bagi Yuli saat dia mengetahui jika Sigit sebenarnya bukanlah seorang duda seperti yang dia katakan dulu. Pria yang diketahui bekerja sebagai seorang pelayan di seb...
Ghea
471      309     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...