#The Problem
"The Problem is a way..
A way for make you better wise than before"
*Author*
๐น๐น๐น๐ท๐น๐น๐น
Musik mengalun di seantero kamarku, lagu-lagu pembangkit semangat memang sengaja ku play untuk menemaniku mengerjakan tugas yang seabreg dari para dosen tercintaku.
Jkt48, Coldplay, Bruno mars, One ok rock, Home made kazoku, Ikimonogakari, Ariana Grande, Justin Bieber, David Guetta, Sia, The Chainsmokers, Simple plan, Yui Yoshioka, hingga Avenged seven fold aku jadikan teman dalam mengerjakan tugasku seharian ini.
Yaa.. weekend ini kupakai untuk bermesraan dengan makalah-makalah dan resume matakuliah yang dengan angkuhnya memintaku untuk membersamainya hingga akhir minggu ini.
Baik! jika itu mau mu! Huh! Ahh.. terima kasih bapak dan ibu dosen..
*
Weekend ini aku sengaja menghabiskan waktuku untuk mengerjakan tugas akhir semesterku dan berpusing ria sebelum aku benar-benar menikmati liburan panjangku nanti.
Kertas-kertas tugas dan materi-materi matakuliahku berserakan di lantai sekelilingku, semua tugas aku keluarkan supaya aku bisa menyelasaikan semua ini secepatnya.
Fiuuhh... gunung tugas, akan ku daki dirimu sampai di akhir..! Akan ku taklukan dirimu dengan semangatku!
Kubuang napasku malas, selama beberapa hari ini aku memang bertekad untuk menyelesaikan semuanya karena akhir semester akan segera selesai.
Rentetan tugaspun sudah siap untuk aku hadapi, laptoppun sudah standby dengan gagahnya. Detik berganti menit, hingga akhirnya menit berganti menjadi jam.
Berjam-jam aku berkutat dan bergelut dengan tugas-tugas akhir semester itu bersamanya (baca: laptop) yang setia menemaniku hingga malah aku yang bosan menghadapinya.
Aku terdiam mengambil jeda dalam pengerjaan tugasku, ku regangkan tubuhku dan ku pijat-pijat bahuku yang terasa linu dan pegal. Tulang-tulangku rasanya sangat kaku dan jika bergerak sedikit saja bisa patah, haha. Lebay!!
Aku tersenyum melihat photo yang menjadi wallpaper di ponselku, photo Juna ketika ia sengaja selfie di ponselku. Senyuman itu tersirat di bibir penuhnya, senyuman hangat dan santainya yang mampu menenangkan hatiku. Ahh..
Akhir-akhir ini ia sangat sibuk dan banyak kegiatan yang harus dia lakukan di BEM, dan yang pasti UAS-UAS yang semua mahasiswa juga hadapi. dia bahkan sempat mengeluh kesal ketika terakhir kali ia menelponku, semalam.
"Eh tau gak Bi.. acara BEM sama Ukm minggu ini. Padet banget.. capek Biii.. waahh rasanya aku pengen kabur aja..jhahaa"
Ahh.. ternyata Juna yang terkenal giat dan rajin di kampusnya itu bisa mengeluh dan kesal juga, hihii aku senang jadi tempat ia bercerita.
Kubuka ponselku dan kubaca kembali pesan terakhir dari Juna;
"Liburan nanti aku sama keluarga bakal ke villa di puncak, kamu ikut ya..?"
Aku tersenyum membaca pesan yang telah ku baca berkali-kali itu. tak bosan rasanya.
duhh..
Hmm.. Juna mengajakku liburan ke puncak??
Hehee aku senang dia mengajakku liburan.
Dengan senang aku mengiyakan ajakannya.
Setelah menikmati tersenyum-tersenyum sendiri mengingat Juna, kuteruskan mengerjakan tugasku dengan semangat.
Yeaah.. aku akan berlibur bersama Juna..!!!
Hatiku rasanya ingin melompat-lompat karena kegirangan..
*
Krruuuuukkkk
Arrggghhh, aku lapaar..
Dengan malas aku bangkit dan melenggangkan kakiku ke dapur mencari makanan, di lemari atas itu kosong dan kulkas hanya berisi sayuran milik ibu kost. Aku duduk di kursi dengan malas, tak ada yang bisa aku masak, dan aku sangat lapar. Kutengok jam dinding di dekat pintu dapur, jarum jamnya menunjuk angka tujuh.
"Haahh.. pantas saja aku lapar, ini sudah malam" gerutuku.
Kutumpuk kedua tanganku diatas meja dan kulipat, mata ini mulai terasa mengantuk dan berat, apalagi tubuhku sudah mengisyaratkan untuk berhenti beraktivitas hari ini, mungkin ini adalah batasannya. Aku menelungkup dan membenamkan kepalaku ditumpukkan tanganku yang terlipat,
Aahhh... aku ingin tidur sajaa..
"Mm.. ngapain..??" Seseorang menepuk pundakku dan menyadarkanku dari lelahku, mataku sontak melirik gadis yang kamarnya berada di samping kamarku itu.
"Malem-malem lapar ya kak Feb.." gerutunya, gadis mungil itu duduk di sampingku "ga ada mi ya? Mika lapar kak.."
Aku menggeleng, gadis bernama Mika itu melenggang masuk kamar dan kembali menghampiriku "Keluar yuk kak.. belanja, kita masak.." ajaknya.
Semangatku bangkit, aku pergi belanja ke supermarket bersama Mika dan Listi yang kebetulan tidak pulang ketika weekend minggu ini, kami membeli beberapa bahan makanan organik dan makanan instan. Malam ini aku, Mika dan Listi memasak "oseng cihuy cihuy" yang isinya brokoli, paprika, cabai, buncis dan nugget ayam. Semuanya kami masak secara bersama-sama dengan resep bumbu ala Listi yang katanya ia dapat turun temurun dari keluarganya.
Yaahh.. hasil yang lumayan, aku tersenyum melihat warna warni masakan yang ada didepanku diatas meja makan.
Mika melahap masakan itu dengan semangat, ternyata masakan kami tidak terlalu parah meski harus kuakui masakannya memang asin karena garam yang kumasukan terlalu banyak, tapi pada akhirnya mereka tetap memakannya.
"Kakak.." panggil Mika sambil mengunyah makanannya.
"Kenapa Mik?" Tanyaku. Aku mengambil nasi dari magicom.
"Tumben kakak ganteng itu gak dateng malam minggu ini?" Tanyanya.
Aku tersenyum melihat kepolosan Mika yang bertanya tentang Juna.
"Ehh.. iya yaa.. beberapa minggu lalu kakak itu selalu datang ke kost.." Listi terlihat mengingat-ngingat.
"Namanya siapa sih kak? Anak mana?" Tanya Mika penasaran.
"Mm.. dia.." aku sengaja menggantung kata-kataku.
"Deuuhh.. kakak.." Listi terkekeh "Listi pernah liat kakak itu deh.." ia mengingat-ingat.
"Hmm.." aku memakan masakanku sendiri yang terasa asin, yaah the power of lavar jadi kunikmati saja yang ada, hehee.
"Iyaa bener.. bentar-bentar.." Listi membuka ponselnya dan menscrollnya "ini nih.. Listi berteman sama facebook pacar kakak itu.." ia memperlihatkan foto profil Juna padaku "namanya Juna Satria kan?" katanya.
Aku mengangguk dan tersenyum pada Listi "iya List...."
Dhegh!
Ada yang janggal dari akun itu, photo profilnya berubah. Terakhir aku lihat photo profil Juna bukanlah photo profil yang kini Listi tunjukkan padaku.
Segera kupinjam ponsel Listi dan ku scroll melihat-lihat akun itu, aku terdiam, postingan terakhirnya berbeda dari postingan terakhir Juna tadi pagi. Kulihat postingan-postingan Juna yang lainnya, aku hanya mengerutkan dahiku kuat.
Apa-apaan ini?? Juna punya dua akun facebook?
Aku melihat semua data yang ada pada akun tersebut, itu bukan akun Juna yang selama ini.
Postingan-postingannya terbaca sedikit alay dan terkadang men-tag gadis yang ternyata adalah Laras Hikma.
Apa ini akun lamanya ya..?
Namun dengan jelas aku melihat bahwa postingannya terakhir tadi pagi, dengan caption
"Sehat selalu dan jaga slalu hatimu, kesayangan.."
Dhegh!
Apa-apaan ini..? Juna menulis ini..?
Aku terdiam, kukembalikan ponsel Listi dan kuteruskan makanku mencoba seperti biasa.
"Iyaa.. dia anak FPOK Lis.." jawabku.
"Trus kemana dong kak Juna nya??" Tanya Mika.
"Lagi UAS Mik.." jawabku, pikiranku mulai melayang dan Juna ikut bersamaku.
Aahh Juna.. Ada apa ini? Apa itu akun Juna? Tapi...
*
Beberapa tugas sudah aku selesaikan, kubereskan kertas-kertas yang berserakan itu dan kusimpan kembali. Aku mendarat di kasur nyamanku, aku lelah dan sudah sangat ingin istirahat.
Dddrrrrrtttt dddrrrttt
Mata yang tadinya sudah kupejamkan segera menoleh pada ponsel yang bergetar dua kali itu, aku tahu itu adalah sebuah pesan. Kubuka pesan itu dan kubaca, dari Juna. Dia menanyakan apa aku mengerjakan tugasku dengan baik atau tidak, aku hanya membacanya dan kututup ponselku.
Aku masih tak percaya Juna memiliki dua akun facebook dan itu sangat aneh.
Untuk hari ini kurasa cukup, cukup ditutup dengan kejutan akun lain milik Juna yang tak aku ketahui.
*
UAS hari ini telah selesai dan aku hanya ingin pulang, kulangkahkan kakiku menjauh dari area kampus menuju kost ku, kumatikan ponselku, untuk hari ini aku tak ingin ada apapun.
"Hey!" Seseorang seperti memanggil dari belakang, aku menoleh siapa tahu ia mungkin memanggilku.
Dhegh!
Aku tak percaya akan apa yang aku lihat, Apa kamu berpikir apa yang aku pikirkan saat ini?
Gadis itu..
Dia berdiri di belakangku dengan tatapan yang tak aku paham, tatapan yang tidak bersahabat, sungguh..
Ahh.. Aku malas berbicara dengan orang saat ini, aku berbalik dan kembali berjalan menjauhinya. Aku tak peduli jika memang yang gadis itu panggil adalah diriku. Aku tak ingin berurusan dengan gadis itu barang sedikitpun. Cukup Juna saja yang aku urusi dan pikirkan baik-baik, tapi tidak untuk gadis itu.
Jalanan gang yang aku tuju sangat sepi, bahkan warung yang biasanya buka kini tutup, aku terus berjalan menjauhi gadis itu, lagipula aku tak mengenalnya.
"Jauhi Juna"
Dhegh!
Samar-samar aku mendengar apa yang gadis itu katakan,
Jauhi Juna? Hah, yang benar saja..!!
Senyumku sedikit mengembang, aku berhenti berjalan dan aku menoleh kebelakang.
Dhegh!
Gadis itu menghilang. Kuedarkan mataku ke sekeliling area itu namun tak kutemukan barang bayangnya sedikitpun.
Apa hanya perasaanku saja?
Mungkin itu terjadi karena aku terlalu memikirkan Juna semalaman tadi. Aku membuang napasku, lalu kuhirup panjang-panjang.
Ahh.. terima kasih Tuhan telah menciptakan udara yang bisa membuat paru-paruku setidaknya memiliki kesempatan untuk menikmati sesaknya.
*
Drrrrttt ddrrrrttt
Ponselku bergetar di saku celana jeansku, kulihat ponselnya dan kudapati panggilan dari Juna.
"Iya..?" Aku menerima panggilan itu.
"Hari ini kosong ga Bi?" Tanyanya dari seberang.
Bi?
Ahh.. iyaya, panggilanku darinya adalah Bintang.
"Ada tugas UAS sih Juna.." jawabku, aku sampai di depan kost ku, ku dapati sosok lelaki yang tengah memegang dan menempelkan ponsel di telinganya. Ia menoleh padaku dan melambaikan tangannya memberi senyuman hangat, ia menyimpan ponsel kedalam sakunya.
Aku menghampiri sosok itu, ia menyapa dan mengelus kepalaku lembut. Kutatap senyumannya, ada sesuatu yang berbeda dari tatapannya.
"Boleh masuk?" Tanyanya, aku mengangguk.
"Bukannya kamu sibuk?" Tanyaku ketika kami sudah berada didalam kost.
"Ga boleh aku kesini?" Ia merengut, "kebetulan sore ini aku kosong dan kegiatan BEM mulai lusa, aku dikasih kesempatan untuk istirahat.." jelasnya.
Aku mengangguk, kuberikan segelas teh dingin dan setoples kue kacang yang kumiliki padanya.
"Mm..kamu gak kangen sama aku?" Tanyanya tiba-tiba.
Aku hanya terdiam dan menatapnya. Ada sesuatu yang terasa mengganjal dalam keheningan kami. Ingin kutanyakan tentang akun facebook Juna yang lain dan tentang gadis yang bernama Laras Hikma itu. Tapi apa harus?
Ahh aku kan kekasihnya, kenapa aku harus malu menanyakan itu?? Aku ingin tak ada sesuatu yang disembunyikan diantara kami.
"Bii,.." Juna memanggilku sekali lagi "aku mau minta maaf.." katanya.
Aku mengerutkan dahi, "kenapa?"
"Gadis yang bernama Laras Hikma itu.." Juna terlihat ragu untuk pertama kalinya.
Laras Hikma?? Apa jangan-jangan..
Aku tak ingin melihat wajah Juna ketika ia menyebutkan nama gadis itu. Rasanya sakit.
"Dia sakit.." katanya.
Dhegh!
Sakit? Sakit Apa? "Maksud kamu..?" Aku tak mengerti.
"Dia punya penyakit kejiwaan yang ga ada orang yang tahu, kecuali keluarganya" jawabnya.
"Lalu?"
Hubungannya denganku apa?? Kenapa Juna harus minta maaf?
"Dia mantanku di SMA dulu.."
"Iya.." kataku, tak bisa aku pungkiri bahwa aku sudah mengetahuinya.
"Sampai saat ini, dia masih menyukaiku, dan dia masih merasa memilikiku. dia memintaku untuk kembali padanya"
Aku tertunduk, rasanya sangat menyakitkan mendengar kata-kata itu. Jadi apa maksud dari kata-katanya itu?
Tangan besarnya mengenggam tanganku dan ia berbisik "apa yang harus aku lakukan?"
"Maksudmu?" Kagetku, aku melepaskan tangannya dan menatapnya.
"Dia kambuh lagi setelah beberapa tahun yang lalu.." jawabnya "Maaf beberapa hari lalu aku tak menghubungimu.. aku berada di sudut yang terpojokkan, Hikma 'jadi' dan itu terjadi selama dua hari, dia sekarang di rumah sakit" jelas Juna.
"Sakit apa?" Aku mulai merasa kasihan.
"Jiwanya, jiwa Hikma lemah Bii. kejiwaannya sangat rentan. dulu, dia bersamaku karena dia mencintaiku dan aku juga mencintainya.."
Aku hanya menatap Juna, matanya terlihat kebingungan dan raut wajahnya jelas berbeda dengan yang selama ini aku lihat dari Juna.
"Jadi gimana?" Tanyaku "apa yang sebenarnya tujuan kamu bilang itu ke aku?"
Juna hanya terdiam, sebulir cairan bening itu mengalir dari matanya yang tajam. Bibir penuhnya yang biasa tersenyum untukku itu bergetar, ia menggenggam tanganku dan mengelusnya lembut. Kuseka airmatanya yang terjatuh lagi dan lagi dalam keheningan itu, aku tak mampu berkata apapun karena aku merasa sangat takut sesuatu yang buruk akan terjadi padaku dan Juna.
Ia menatapku dan merengkuhku tiba-tiba kedalam pelukannya, ia menangis dalam pelukanku, ia terisak dan mengeratkan pelukannya.
"Jadi ada apa ini?" Tanyaku pada akhirnya.
"Dia marah padaku, ia kehilangan kesadarannya dan semuanya itu karena aku, ia memanggil-manggil namaku saat itu, ia bilang aku berselingkuh dan dia ingin menghukummu" dalam tangis ia menjelaskan semuanya.
Dhegh!
Aku mengelus punggung Juna, rasanya sangat sakit mendengar itu. "Lalu bagaimana?" Tanyaku.
"Dia ingin aku menikahinya Bii.." ia membenamkan wajahnya dipundakku, aku bisa merasakan airmatanya merembes di bajuku, napasnya terasa hangat di leherku.
Apa harus sejauh itu??
Apa aku harus kehilangan Juna?
Apa aku harus melepaskan Juna..?
Ya Tuhan..aku harus bagaimana??
*******
Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
Comment on chapter #PrologBerkunjung balik ke ceritaku juga ya.