Read More >>"> The Diary : You Are My Activist (#Juna) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Diary : You Are My Activist
MENU
About Us  

# Juna

Seseorang melambai-lambaikan tangannya sambil memberikan senyuman sempurnanya padaku meski di temaram malam itu, ia menghampiriku dan menyapaku hangat.
"hey.. selamat malam" katanya, ia mengelus rambutku lembut.
Ku jawab sapaannya dengan tak kalah hangatnya dengan sebuah senyuman "selamat malam, mau kemana kita malam ini?" semangatku.
"hmm, terserah padamu saja" jawabnya sembari nyengir "hari ini rasanya sumpek" dengusnya manja, ia menggenggam tanganku dan mulai berjalan "bawa aku kemana kau mau, hehe" dia terkekeh.
"hmm, baiklah" kataku.
Kami berjalan-jalan di sekitar kampus dan menikmati malam bersama dengan obrolan ringan keseharian kami masing-masing
"bagaimana kuliahnya Juna?" tanyaku.
"ck, seperti biasa" jawabnya "minggu depan akan ada acara di kampus, kamu dateng ya" ajaknya.
"acara apa?" tanyaku, belum ada kabar berita akan diadakannya acara atau apapun di media sosial kampus.
" acara kecil fakultas sih" jawabnya.
Aku mengangguk menyanggupi, ia berhenti di sebuah kedai minuman dan masuk kedalam bersamaku.
Bukannya aku yang memilih tempat?
Ahahahhaa sudahlah..

Dia selalu punya cara membuatku terkesan dan heran padanya.


Seseorang menghampiri kami dan memberikan kertas menu di kedai itu dengan ramah, Juna melihat-lihat menunya lalu segera memesan seperti sudah sangat hafal akan apa yang mau ia pesan.
"wedang jahenya satu ya mas.." katanya.
pelayan itu mencatat pesanannya dan mengangguk-angguk lalu segera menatapku seakan menunggu pesananku, aku melihat-lihat menunya dengan bingung.
"kamu Feb?" tanyanya padaku.
"mm.. sama aja deh" jawabku, aku kurang terlalu menyukai minuman tradisional yang nama-namanya baru aku ketahui itu. 
Setelah pelayan pergi meninggalkan kami, Juna memulai obrolannya kembali.
"belum pernah kesini ya?" tanyanya seakan-akan menebak dan tebakkannya tepat.
Aku mengangguk "kamu?" tanyaku.
"beberapa kali, wedang jahe disini cukup terkenal" jawabnya.
Sebuah tanya menggelitik pikiranku, dan akhirnya keluar begitu saja lewat lisanku  "mm.. apa banyak mahasiswa yang datang kemari..? ini kan tidak jauh dari kampus" tanyaku.
"ada beberapa, tapi bukan teman-teman yang aku kenal" jawabnya, ada tatapan berbeda di mata Juna "kenapa?" tanyanya.
Aku menggeleng lalu tersenyum, beberapa waktu kemudian pesanan datang dan kami mulai menikmati wedang itu bersama, ternyata benar saja wedang disini cukup lumayan enak, apalagi jika suasana malamnya dingin seperti malam ini, pantas saja Juna mengajakku kemari.
Ku tatap Juna yang tengah menikmati wedang jahenya dengan sebuah senyuman, tak pernah terpikir akan bertemu sosok seperti Juna dalam hidupku.
Juna sangat bertolak belakang denganku, ia adalah mahasiswa jurusan Pendidikan Olahraga semester enam yang aktif di organisasi BEMnya dengan banyak kegiatan yang ia kelola, karena ia sebagai kepala departemennya, 
sedangkan aku? Ahh..Aku hanya seorang mahasiswi jurusan Pendidikan Luar Sekolah semester empat yang biasa-biasa saja dan hanya kuliah sebagai alasanku datang ke kampus. Tak ada yang spesial dariku, hanya gadis cuek yang tak tahu cara menikmati hidup yang sementara ini.
*******


Kami bertemu pada sebuah acara luar kampus yang tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Pertemuan yang tak di sengaja.
Acara sosial, yaa acara 'Peduli Bencana' yang kala itu sedang digalang oleh pemerintah kabupaten Bandung.
Ketika itu aku hanya menemani temanku ke acara yang aku tak tahu acara apa itu tepatnya, aku hanya mengantarnya dan menunggu di depan gedung itu. 
Bermodalkan mp3 dan headset aku menunggunya dengan ceria, lagu-lagu k-pop, J-pop dan beberapa soundtrack drama-drama Korea favoritku memanjakan telingaku, aku mulai menikmati berada di dunia lainku. 
Ketika musik itu terus melantun, seseorang menepuk pundakku dan aku sontak terkaget dan menoleh ke belakang, ada seorang laki-laki yang tengah menyeret sebuah karung yang entah berisi apa.
"kenapa?" tanyaku, segera aku mematikan Mp3 dan melepaskan headset dari telingaku.
"bisa tolong aku?" pintanya.
"oohh.. iyaa" segera aku mengambil alih karung yang tengah di seret laki-laki itu.
"oohh.. bukan, ada sebuah tas berwarna coklat di dalam mobil itu, tolong ambilkan yaa" katannya sembari menunjuk pada sebuah mobil sedan berwarna abu di seberang jalan, aku mengangguk dan segera menyebrang jalan dan mencari tas coklat yang ada di dalam mobil itu. 
Sebuah tas coklat yang cukup besar yang ku gendong cukup berat, aku menghampirinya.
"kemana?" tanyaku.
"ke dalam gedung.. ikuti saja aku" jawabnya, aku mengangguk.
Ia masuk ke dalam gedung dan masuk ke sebuah ruangan yang bertuliskan 'Bidang Sosial', ia menyimpan karung itu ditumpukkan karung-karung yang lain di dalam ruangan itu.
"makasih, tasnya simpan diatas karung saja" katanya, kembali aku mengangguk dan meletakan tasnya sesuai instruksi.
Aku kemudian kembali ke tempat semula aku menunggu temanku dan memakai headset kembali untuk memutar lagu-lagu favoritku.
"hey.. maaf merepotkanmu" katanya, aku menggeleng dan tersenyum padanya.
"namaku Juna" katanya memeperkenalkan diri sembari menyodorkan tangannya padaku.
Aku tak mengenalnya, dan dia memperkenalkan dirinya padaku?
Ia orang asing, haruskah aku memperkenalkan diri juga?
pikirku.


"hey?" ia menyadarkan pikiranku, dengan cepat kujabat tangannya dan memeperkenalkan diri.
"Febri, Febri Anastasya" jawabku.
"anak kampus mana?" tanyanya ramah, ia mengajakku keluar ruangan dan berbincang sebentar di depan gedung itu.
Ternyata dia sedang bertugas menyalurkan bantuan berupa pakaian untuk orang-orang yang terkena bencana di Indonesia akhir-akhir ini dari organisasinya di kampus, dan yang paling mengagetkan adalah kita satu kampus yang sama.
"senang bertemu denganmu Febri, sampai ketemu lain waktu.." ia pamit dan kembali ke mobil lalu meninggalkan area gedung itu dengan cepat.
Tak ada yang istimewa dari pertemuan pertama itu, aku juga tak merasakan apa-apa yang aneh atau apapun setelah pertemuan itu. Hingga seminggu kemudian sebuah undangan pertemanan masuk dalam akun salah satu media sosialku, Juna Satria dengan photo profilnya dengan seorang perempuan yang lumayan cantik berada disampingnya. Ku konfirmasi saja dengan cepat, toh ia berniat ingin menjadi temanku di media sosial kan..?
Setelah beberapa lama, Juna mengirimkan pesan untuk pertama kalinya, sebuah pesan singkat yang penuh makna. 
Aku tertegun. Kata-katanya menggema di benakku.


Febri, ingat aku?


******


Yaah mungkin itu adalah awal dari kisah cintaku dengan mahasiswa aktivis super sibuk yang bernama Juna Satria.
*
Aku menghabiskan sisa wedang jahe itu dengan semangat karena Juna menantangku untuk balapan menghabiskan wedang jahe itu, tapi sayang Juna lebih cepat dariku menghabiskan wedangnya.
"Yeahh.." pekiknya bangga.
Aku merengut dan menghabiskan sisa tetes terakhirnya. "Baiklah, kau menang.." kataku.
"Oke.. karena kamu kalah, hukuman yang pantas untukmu adalah..." Juna terlihat berpikir-pikir "hmm.. kamu harus mengajakku ke tempat rahasiamu.."
"Hah? Tempat rahasia??" Aku melongo, tempat rahasia apa? Aku tak punya tempat seperti itu.
"Ya.." jawabnya antusias.
" tak ada tempat rahasia.." gumamku.
"Ada.." jawabnya.
"Dimana?" Aku menatapnya heran.
"Tempat kost mu" jawabnya, ia tersenyum memperlihatkan barisan giginya yang rapi.
Aku menatapnya tak percaya, terkadang Juna memang terlihat keren dan dingin, tapi selalu ada saat dimana seperti bocah SD yang manja. Aku tersenyum memikirkan tingkahnya.
"Kenapa kost ku?" Tanyaku.
"Karena selama ini aku tak pernah tahu dimana tempatmu tidur dan melakukan banyak hal.." jawabnya "aku ingin tahu"
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku dan terkekeh. Aku menganggukkan kepalaku menyetujuinya.
Laki-laki tampan itu hanya tersenyum "kapan?" Tanyanya
"Antar aku pulang.." jawabku.
Ia mengangguk, ia bangkit dan berlalu untuk membayar pesanannya.
Aku ikut padanya dan keluar dari kedai itu.
*
Waktu menunjukkan pukul 9 malam dan itu artinya aku harus segera pulang karena ibu kost akan menghubungiku jika aku belum pulang hingga jam 10 malam, gerbang biasa ditutup pukul 10 malam..
"Terima kasih" ucapku, aku menatap wajah lelakiku itu dalam kegelapan, wajah kalemnya itu hanya tersinari lampu jalan yang temaram. 
Kulihat ia mengangguk "Kemana arahnya?" Tanyanya.
"Ikut saja aku.." jawabku.


Deg... deg deg... deg deg.... deg deg....


Ini kali pertama aku mengajak seorang laki-laki ke kost ku, belum pernah ada laki-laki yang datang kecuali hanya ayah dan kakakku yang paling tua.
Apa tidak apa-apa?
Aku menelan ludahku dalam-dalam dan mulai melangkahkan kakiku..
********

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • nuratikah

    Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
    Berkunjung balik ke ceritaku juga ya.

    Comment on chapter #Prolog
  • Chaelma

    @Ardhio_Prantoko wahhh makasih kak, aku juga kemaren udah ikutin saran kakak, dan ngedit banyaaak hehe.. makasih saran waktu kmaren ya kak 😊

    Comment on chapter #Flashback
  • Ardhio_Prantoko

    Kayak kisah nyata ya. Save dulu, mau aku baca habis. :D

    Comment on chapter #Flashback
Similar Tags