"Untukmu, terima kasih karena telah mengajari tubuhku cara bercinta, memberi hatiku banyak rasa, dan melukis hidupku dengan banyak warna"
~Febri Anastasya~
πππππ
Kurebahkan tubuhku di atas rumput di pinggir dekat lapangan baseball, Ku tarik nafasku panjang dan membuangnya perlahan.
Hmm rasanya lega, sesak dan sumpek tugas hari ini rasanya terbang menjauh digantikan relaxasi yang menenangkan senja ini.
Ya, inilah kebiasaanku jika aku lelah atau hilang mood di sela-sela kesibukanku yang menumpuk di perkuliahanku. Berbaring diatas rumput sembari menatap langit sore atau malam yang kadang berbintang dan kadang hanya ada bulan.
Fiuhh lelah.. hatiku bergumam
Ku tutup mataku dan mulai merelaxasikan tubuhku diatas rumput yang terjal itu, ku tenangkan nafasku dan meregangkan sendi-sendiku yang mulai terasa kaku.
Krussukk krussukk
Dhegh!
Apa itu?
Suara apa itu??
Telingaku berusaha mendengarkannya secara seksama, mencoba meyakinkan diri akan suara apa yang kudengar itu. Terdengar seperti sesuatu menggesek rumput di dekatku, Aku segera membuka mataku sigap dan aku bangkit, aku menoleh ke kanan-kiriku dan...
"akhem" seseorang berdehem dan dia berdiri tepat di belakangku, aku berbalik dan hanya terdiam menatap sosok itu.
"Sedang apa?" tanyanya sambil mengelus rambutku. Kebiasaan barunya.
"sedikit bersantai, haha" aku tertawa renyah.
"hemm" dia tersenyum manis dan dengan sigap membalikan tubuhku membelakanginya. Aku mengikutinya pasrah, lalu kemudian ia memijat pundakku pelan "enak kah?" tanya nya.
Aku hanya terkekeh "geli..hehe"
Dia lalu mengisyaratkanku untuk duduk dan aku menurutinya, ia sangat terampil memijat daerah-daerah yang sangat pegal, aku hanya tersenyum mencoba menikmati pijatannya yang luar biasa dan terkadang tertawa kecil karena geli.
"apa lelahmu hilang sekarang?" tanyanya lagi.
Aku menggeleng "masih sangat lelah"
"kenapa bisa selelah itu?" selidiknya, ia pindah memijat kepalaku dan menekan titik sakitku, ugh rasanya nikmat.
"tugas hari ini cukup banyak, aku kewelahan kesana-kemari. Tugas ini, tugas itu.. wah.. apalagi sebentar lagi ada acara UKM" jelasku.
"hm" dia hanya bergumam pelan.
"bagaimana denganmu hari ini?" tanyaku ingin tahu, aku tahu benar jika ia datang kemari ia pun punya masalah yang sama denganku, yaa setidaknya lelah atau sumpek dengan keadaan di kampus atau organisasinya.
"seharian ini aku di BEM mengurusi tugas departemenku" jawabnya.
"hmm.. Memang ada apa?" tanyaku lagi.
"ada event bulan depan" jawabnya "aku jadi ketua pelaksananya"
"oya?" aku hanya tersenyum sembari melihat matahari terbenam dengan anggunnya dihadapanku "semangat!!" supportku.
"hmm" sepertinya ia mengangguk.
Entah kenapa tangannya telaten memijat pundakku yang pegal itu. Tangan ajaib, hehe.
Bintang mulai muncul di lanskap langit malam itu, hm.
"sudah, terimakasih" aku menghentikan tangannya, aku berbalik berhadapan dengannya dan mengelus tangannya "trimakasih tangan ajaib, sekarang pegalku sudah kabur"
Dia terkekeh. Akupun tersenyum, kutatap matanya yang selalu 5 watt itu. Mata yang selalu jadi favoritku ketika aku bersamanya, mata yang selalu aku pandangi kala aku membutuhkan ketenangan.
"sama-sama Febri" jawabnya, tangannya yang hangat menggenggam tanganku sambil memberikan senyuman sempurnanya untukku, eh tapi tunggu! Di pipinya ada jerawat.. haha aku suka! Manis. Aku terkekeh.
"kenapa?" tanyanya.
"jerawatmu manis" jawabku jujur dan terkekeh kembali.
Dia hanya nyengir, tangannya menuntun tanganku untuk selanjutnya dia tempelkan di pipiku.
"eh?" aku melongo "ngapain?" kagetku, ia mengelus tanganku yang tertempel di pipiku.
Dia menatapku lembut dan mendekatkan kepalanya ke kepalaku hingga dahi kita beradu. Aku memejamkan mataku kaget. Suara nafasnya menderu di wajahku. Dingin.
Jantungku berdebar. Hal yang selalu menjadi kebiasaan baruku jika bersamanya dan sedekat ini.
Dhegh!
Kurasakan sesuatu yang hangat menyentuh hidungku. Aku kaget dan menciut.
"Febri" bisiknya.
"emh?" sambil tetap menciut dan memejamkan mataku rapat-rapat.
Suaranya mendadak seperti berbisik di telingaku namun aku masih dapat mendengar suara mulutnya yang mungkin tengah mengatakan sesuatu yang entah apa, ku coba mengintip dengan mengerjap-ngerjapkan mataku.
Dhegh!
Matanya terpejam dengan bulumatanya yang lentik dan alisnya yang tebal seperti ulat bulu.
Argh! Aku suka. Sangat suka. Aaah!
Apapun yang dia punya dan ada pada dirinya aku suka. Aku suka semuanya. Aku tergila padanya. Sungguh.
Jantungku semakin berpacu dan nafasku mulai tak karuan.
Apa yang akan dia lakukan? Apa yang dia katakan?
Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi saat itu, namun..
Shuuft
Sebuah ciuman singkat ia lakukan sekejap. Terasa hangat dan lembut mengingat bibirnya yang penuh selalu memberikanku sebuah senyuman yang menenangkan kegundahanku.
Aku terdiam speechless, aku melihatnya! aku melihatnya begitu dekat hingga di hadapan mataku hanya ada matanya yang terpejam. dia melepaskan tangannya dari tanganku lalu tersenyum.
"apa?" tanyaku.
"emh?" dia menatapku.
"kau tadi mengatakan sesuatu kan?" tanyaku memperjelas.
"ya" jawabnya sambil berbisik dan tersenyum.
"apa?" penasaranku.
"kau ingin tau Febri?" jawabnya dengan mata yang menyebalkan karna membuatku semakin menginginkannya.
Argh! Aku mengangguk, dia mulai menjauhkan wajahnya.
Lho??!
"benarkah?" tanya nya meyakinkan.
Aku mengangguk mulai sebal, tangannya melambai-lambai mengisyaratkanku untuk mendekat "mau apa?" tanyaku semakin penasaran.
Dia masih tetap melambai-lambaikan tangannya tanpa berkata apapun dengan wajah datar.
Karena rasa penasaranku yang tinggi, ku turuti saja maunya. Aku mendekat. Dia mengelus rambutku dan menatapku seperti siap berkata. Namun aku salah, dia mendekat dengan cepat dan menyentuh bibirku dengan lembut dan pelahan.
Dhegh!
Dengan mata yang masih terbuka aku menatap matanya yang terpejam.
Ya Tuhan, kenapa dia selalu mempesona..?
Rasanya darahku mulai mendidih dan wajahku terasa panas.
Oh Tuhan! Kenapa kali ini ciumannya terasa lebih dalam dari biasanya? Ada apa?
Bibirnya yang penuh melumat bibirku yang tebal dengan sangat perlahan, seperti mencoba memberikanku kesempatan untuk mengukir kenangan disetiap gerakan bibirnya yang sensual.
Aku mulai masuk ke dunia fantasiku, aku merasa terbang dengan angin semilir menerpa rambutku. Syaraf-syaraf di beberapa bagian tubuhku mulai menegang dan merespon rangsangan yang ditimbulkan dari ciuman itu, ku beranikan mengelus pipinya perlahan dan mengikuti gerakan bibirnya. Tangan besarnya melilit pinggangku lalu kemudian memelukku erat, sebuah kebiasaan yang baru aku sadari adalah ia selalu mengelus punggungku ketika keadaan mulai terasa intim.
Ddrrrrtttt.. ddddrrrrtttt...
Matahari telah menghilang digantikan gelapnya langit malam, aku melepaskan diriku dari ciuman yang mulai memanas itu. Ku hentikan stimulus manja itu dan ku rogoh saku yang berisi ponsel yang tadi bergetar itu, kulihat notifikasi yang muncul dilayarku, sebuah pesan dari temanku yang menanyakan keberadaan diriku.
"sepertinya aku harus segera kembali ke sekre" ucapku datar, kutatap sosok yang ada di hadapanku sambil tersenyum "boleh, kan?" pintaku.
Ia mengangguk dan tersenyum seadanya "terima kasih" ia mengenggam tanganku lembut.
"hm?" aku menatapnya.
"maaf jika aku keterlaluan" katanya, ia menunduk malu merasa tak bisa mengontrol dirinya beberapa saat lalu.
"tidak" aku menggeleng dan tersenyum "terima kasih kembali" kataku. Ia kembali sumringah.
"aku juga mau kembali ke sekre, mau bareng?" tanyanya.
Aku mengangguk dan mulai berjalan untuk kembali ke sekre, ia berjalan berdampingan bersamaku.
*
"hmm... yang tadii..." ada nada gugup dari suaranya.
"yang tadi? kenapa?" tanyaku.
Ia berhenti berjalan dan menggenggam tanganku, aku menghadapnya dan tersenyum.
"aku ingin selalu seperti ini bersamamu.." ucapnya, samar ada rona merah di wajahnya yang tertunduk di bawah sorot lampu jalan yang temaram.
"akan ku temani" jawabku.
Wajahnya berubah bahagia namun masih merona pada kulitnya yang sawo matang itu, sebuah senyuman terpampang jelas dibibirnya yang penuh.
"yaa" katanya.
"okee" kataku "oya, terima kasih"
"hmm?" ia melihatku dengan segaris tanda tanya.
"terima kasih untuk pengalamannya" ucapku spontan "upz" aku menggigit bibir bawahku merasakan wajahku hangat dan dadaku berdebar-debar, aku keceplosan.
"hehehe.. iya" jawabnya dengan mata teduhnya.
"hah?" kagetku tak percaya ia akan menjawab ucapanku dengan jawaban yang seperti itu.
"aku senang.." katanya "karena aku menemukan partner yang apa adanya sepertimu"
"iyaa.. he he hee" aku terkekeh menutupi debaran jantung yang tak terkendali ini.
"hmm.. sepertinya kita berpisah disini, aku ada urusan dulu ke gedung sebelah, kamu pergilah duluan" ucapnya.
"iya" aku mengangguk.
"ya, sampai ketemu nanti" ia melambaikan tangannya pamit menuju gedung yang ada dihadapannya.
"yaa.. sampai ketemu" jawabku dengan lambaian juga.
*
Kita berjalan menuju keramaian suasana kampus dan kembali ke aktivitas masing-masing di sekre yang berbeda.
*
Yaa.. itulah Juna, sosok aktivis kampus yang menemukan dan mengangkatku dari kerumunan yang hampir menyeretku ke jurang kehancuran psikisku.
Tuhan, terima kasih karena mengirimkan sosok sempurna seperti Juna dalam hidupku yang hampir berakhir ini..
Tak ada seorangpun yang tahu hubunganku dengan Juna di kampus, ini semua hanya semata-mata untuk menjaga diri kita masing-masing di dunia perkuliahan ini. Akan sangat merepotkan Juna jika anak-anak tahu bahwa aku kekasihnya karena mereka memandangku berbeda.
Juna adalah seorang pejabat tinggi di organisasinya, ia pun mengikuti beberapa UKM dan berkedudukan tinggi disana, sedang aku hanya seorang gadis yang sibuk dengan satu UKM sederhana dan tidak menarik, -yaa sebuah UKM yang bergerak di bidang karya tulis dan sastra-sastra klasik yang mulai ditinggalkan- sebagai anggota aktif.
*
Biarlah semua jalannya hanya aku dan Juna yang tahu dan merasakan, karena aku sudah merasa nyaman dengan posisi ini.
~Febri Anastasya&Juna Satria~
Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
Comment on chapter #PrologBerkunjung balik ke ceritaku juga ya.