Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Teaser Devil Prince
MENU
About Us  

 

"Ada yang bisa saya bantu miss?"

 

"Ah ya..saya shevana maurer pegawai pindahan dari perusahaan cabang." resepsionis itu mengangguk. 

 

Sebelum resepsionis itu menjawab, seorang pria tampan terlihat menghampiri nya.

 

"Anda di minta untuk langsung ke ruangan Direktur nona, mari ikut saya." kata Jordan memberitahu.

 

"Eh..emm iya." jawab shevana bingung, padahal dirinya belum bertanya dan menjelaskan maksudnya berada disini.

 

"Mm..bagaimana anda tahu jika saya mencari Mr. Stevano?"

 

"Kebetulan saya adalah tangan kanan tuan Leon, jadi saya bisa tahu siapa yang akan menemui tuan."

 

Shevana membulatkan mulutnya. "Apa Mr. Stevano tidak memiliki sekertaris sir?"

 

"Tentu punya, hanya saja ia di tugaskan hanya untuk menangani jadwal dan pekerjaan selama di kantor." jelas jordan.

 

 "Dan lagi nona.. panggil saya jordan saja." shevana hanya mengganguk.

 

"Lalu..mengapa dia memperkerjakan saya sebagai sekertaris nya, jika sudah ada yang menangani itu."

 

"Saya tidak ada hak untuk menjawab itu nona, silahkan masuk." katanya membukakan pintu saat sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Ruang Direktur.

 

"Ah iya..terimakasih." jordan menganggukan kepala kemudian berlalu.

 

"Kau terlihat manis menggunakan rok span itu." sapa leon pertama kali saat melihat shevana.

 

"Apa anda membutuhkan kata terimakasih dariku sir?"

 

Menaikkan sebelah alisnya, leon berkata. "Tidak."

 

"Baguslah. Karna saya juga tidak akan mengucapkan itu." balas shevana dengan sedikit nada yang masih terdengar kesal.

 

Leon terkekeh pelan, "Selalu galak seperti biasanya."

 

"Jangan bertingkah seolah kau sudah lama mengenal ku sir."

 

"Aku tidak suka kau memanggilku sir. Panggil aku Leon." ucap leon tidak suka.

 

"Saya tidak bisa, karna anda atasan saya." balas shevana.

 

"Aku tidak menerima penolakan nona, Dan jangan menggunakan saya-anda jika bersama ku." ucap leon tegas.

 

Menghela napas lelah, ''Tidak bisa sir, itu terdengar tidak sopan." kata shevana mulai kesal.

 

"Jadi kau menolak?"

 

Shevana mengangguk. Leon berjalan mendekat, shevana yang melihat itu memundurkan langkah.

 

"Anda mau apa?"

 

"Gadis keras kepala sepertimu harus di beri pelajaran bukan?!" tanya Leon meraih pinggang shevana.

 

Shevana refleks memegang dada bidang leon guna memberi jarak antara tubuh bagian atas mereka.

 

"Jangan__" ucapan nya terputus saat tiba-tiba bibir Leon sudah menempel di bibirnya.

 

Shevana menegang. Dia mengerjap kan matanya memproses apa yang sedang terjadi denganya. "Sial! Dia menciumku lagi." ucap shevana dalam hati.

 

Leon melepaskan ciumanya, dia hanya mencium dengan sedikit mencecap rasa manis dari bibir ranum milik shevana. Leon berbisik " Jika kau Memanggilku dengan sebutan Sir dan mengunakan saya-anda lagi, saat itu juga aku akan mencium mu. Mengerti!" ucap Leon menekankan. Shevana yang mendengar itu reflek menutup mulutnya.

 

"Oke..oke..sa..em maksud ku aku mengerti." jawab shevana dengan suara terhalang tangan mungil yang menutupi mulutnya. "Sekarang lepaskan aku."

 

Leon pun tersenyum puas mendengar itu, dengan berat hati melepaskan rengkuhannya.

 

"Good girl" ucapnya mengelus puncak kepala sheva.

 

Shevana yang kesal menepis tangan besar itu. "Jangan memberantaki rambutku!" ucap shevana kesal. Leon hanya tersenyum tipis.

 

"Ah iya..mejamu ada di sana, jika ada yang tidak kau mengerti tanyakan saja." ucap leon menunjuk kan dagunya kearah meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. shevana mengerutkan dahi.

 

"Sebentar.. maksud mu di sana itu mejaku?" tanyanya memastikan.

 

Leon mengangguk. "Jadi kita satu ruangan?!" pekiknya tak sadar.

 

"Aishh..pelankan sedikit suaramu Ana..dan ya, kita satu ruangan." kata leon yang mendengar pekikan shevana.

 

"Kenapa harus menjadi satu? kenapa tidak beda ruangan saja, seperti sekertarismu yang ada di depan misalnya." ucap shevana memprotes.

 

"Tidak. Karna kau memang sekertaris khusus untuk ku. Dan tugasmu hanya mengatur jadwal dengan selalu berada di sampingku."

 

"Mengapa harus begitu?! Aku tidak mau berada disisimu setiap waktu."

 

"Itu sudah menjadi pekerjaan mu Ana..jadi jangan memprotes."

 

"Tunggu..namaku Sheva bukan Ana." kata shevana yang menyadari pangilan Leon terhadapnya.

 

"Bodoh! "

 

"Kau yang bodoh! " sentak Shevana balas melototkan mata.

 

Menghela nafas, Leon berusaha sabar mengahadapi gadis keras kepala ini. " Coba kau gabungkan katamu tadi."

 

"Kata yang mana..?" balas Shevana tidak mengerti.

 

"Ana juga namamu.. lebih tepatnya nama belakangmu. Bukan kah namamu shevana? Jadi tidak salah jika aku memanggil mu Ana." shevana yang mendengar penjelasan leon terdiam. "Iya juga..itu nama belakangku..hanya saja terasa asing untukku." gumamnya menyadari.

 

"Tetap saja, aku merasa asing dengan panggilan itu."

 

"Sudahlah. Jangan mempermasalahkan hal sepele seperti ini. Bagiku.. mau Shevana atau Ana sama saja, kau tetap menjadi Ana ku." shevana mengerutkan dahi mendengar itu.

 

"Ana mu?"

 

Leon memandang lurus matanya. " Ya.. Kau adalah Ana ku. Milik ku. Ingat selalu itu Ana.." ucap Leon mengklaimnya.

 

Sebelum sempat angkat bicara. Terdengar suara ketukan, membuat shevana mengurungkan niatnya untuk memprotes kepemilikan yang dengan seenaknya saja di deklarasi kan Leon barusan. 

 

"Apa-apaan dia! Seenaknya saja. Dasar Singa sinting." ucap batinnya kesal. Kemudian berlalu menuju mejanya.

 

Jordan masuk setelah mendapatkan izin, terlihat dia seperti ingin menjelaskan sesuatu dengan membawa beberapa dokumen.

 

"Maaf menganggu sir, saya hanya ingin memberitahu kabar tentang pengajuan perluasan saham yang ada di Bali." Leon mengangguk mempersilahkan. 

 

"Perusahaan Hans group telah mengajukan adu banding untuk proyeksi perluasan tanah saham di Bali Sir. Kabar itu sedikit mempengaruhi ketetapan saham yang seharusnya sudah di pindah nama kan mengalami sedikit kendala." Leon hanya mengangguk tampak biasa saja. 

 

"Biarkan saja..kita lihat seberapa menariknya penawaran yang mereka lakukan. Bukan nya harusnya kau sudah tau.. Jika penawaran kita sudah lebih dari angka perkiraanya." Jordan menganguk kecil.

 

"Jangan khawatir kan itu. Lagi pula.. Dapat atau tidak saham itu, bukanlah suatu kerugian yang besar." jawabnya dengan nada congkak nya.

 

Shevana yang sedari tadi sedikit mencuri dengar percakapan mereka memutar bola matanya malas. "Hah.. Sombong sekali si Singa itu." katanya dalam hati 

 

Jordan menganggukkan kepala mengerti mendengar jawaban Leon, kemudian undur diri untuk melanjutkan pekerjaan nya.

 

Tak lama, bunyi telepon terdengar. Leon memencet tombol interkomnya.

 

"Ada apa?"

 

"Saya ingin mengkonfirmasi kan, jadwal rapat Anda sepuluh menit dari sekarang Sir." Ucap Kinan, sekertaris nya memberitahu.

 

"Ya, saya segera kesana. Kau sudah memberikan laporan itu kepada Shevana bukan?"

 

Shevana yang merasa namanya di sebut, melihat nya dengan tatapan tidak mengerti.

 

"Sudah sir. Sesuai yang anda perintahkan." tanpa mengucap terimakasih, leon memutuskan panggilan sepihak.

 

Leon berdiri, merapikan jasnya yang sedikit terbuka.

 

"Kau ikut aku Ana.." ajaknya dengan suara beratnya.

 

Shevana mengernyit, "Kemana?"

 

"Ke ruang meeting. Kau sudah mempelajari berkas yang di berikan Kinan bukan?"

 

"Ah, itu.. Iya aku sudah mempelajari nya. Tapi.. Apakah aku harus ikut denganmu? Aku sedikit tidak siap" jawab shevana ragu.

 

"Jangan khawatirkan apapun. Tidak ada yang berbeda. Cukup mendengarkan dan catat hal-hal penting seperti biasanya kau rapat." shevana mengangguk, berdiri mengikuti dari belakang.

 

Leon yang melihat itu berbalik, "Jangan berjalan di belakangku." ucapnya menarik tangan shevana berdiri di sampingnya.

 

"Tapi.." ucapan nya terpotong saat menyadari dirinya berada di depan lift khusus.

 

"Sebentar, aku tidak mau naik lift ini."katanya berhenti di depan lift terbuka.

 

"Lalu kau mau naik lift mana?" tanya leon tidak mengerti dengan gadis membingungkan ini.

 

"Aku akan naik lift karyawan. Kita bertemu disana."

 

"Memangnya apa bedanya menaiki lift ini dengan lift karyawan? Kita hanya akan rapat, mengapa kau membuatnya merepotkan seperti ini." tanya leon sedikit kesal.

 

"Sudahlah. Kau tidak akan mengerti. Jika kau tidak mau silahkan masuk sendiri, aku akan menaiki lift biasa." ucap shevana sebelum berbalik menuju lift karyawan.

 

Akhirnya Leon menyerah. Dia memilih mengikuti gadis rewel itu.

 

"Mengapa kau mengikuti ku?" tanya shevana saat melihat Leon berada di belakangnya.

 

"Hanya ingin." shevana menatapnya menelisik. 

 

"Apa kau mengagumi ku? Hingga menatapku seperti itu."

3.Gadis rewel

"Ada yang bisa saya bantu miss?"

 

"Ah ya..saya shevana maurer pegawai pindahan dari perusahaan cabang." resepsionis itu mengangguk. 

 

Sebelum resepsionis itu menjawab, seorang pria tampan terlihat menghampiri nya.

 

"Anda di minta untuk langsung ke ruangan Direktur nona, mari ikut saya." kata Jordan memberitahu.

 

"Eh..emm iya." jawab shevana bingung, padahal dirinya belum bertanya dan menjelaskan maksudnya berada disini.

 

"Mm..bagaimana anda tahu jika saya mencari Mr. Stevano?"

 

"Kebetulan saya adalah tangan kanan tuan Leon, jadi saya bisa tahu siapa yang akan menemui tuan."

 

Shevana membulatkan mulutnya. "Apa Mr. Stevano tidak memiliki sekertaris sir?"

 

"Tentu punya, hanya saja ia di tugaskan hanya untuk menangani jadwal dan pekerjaan selama di kantor." jelas jordan.

 

 "Dan lagi nona.. panggil saya jordan saja." shevana hanya mengganguk.

 

"Lalu..mengapa dia memperkerjakan saya sebagai sekertaris nya, jika sudah ada yang menangani itu."

 

"Saya tidak ada hak untuk menjawab itu nona, silahkan masuk." katanya membukakan pintu saat sudah sampai di depan pintu yang bertuliskan Ruang Direktur.

 

"Ah iya..terimakasih." jordan menganggukan kepala kemudian berlalu.

 

"Kau terlihat manis menggunakan rok span itu." sapa leon pertama kali saat melihat shevana.

 

"Apa anda membutuhkan kata terimakasih dariku sir?"

 

Menaikkan sebelah alisnya, leon berkata. "Tidak."

 

"Baguslah. Karna saya juga tidak akan mengucapkan itu." balas shevana dengan sedikit nada yang masih terdengar kesal.

 

Leon terkekeh pelan, "Selalu galak seperti biasanya."

 

"Jangan bertingkah seolah kau sudah lama mengenal ku sir."

 

"Aku tidak suka kau memanggilku sir. Panggil aku Leon." ucap leon tidak suka.

 

"Saya tidak bisa, karna anda atasan saya." balas shevana.

 

"Aku tidak menerima penolakan nona, Dan jangan menggunakan saya-anda jika bersama ku." ucap leon tegas.

 

Menghela napas lelah, ''Tidak bisa sir, itu terdengar tidak sopan." kata shevana mulai kesal.

 

"Jadi kau menolak?"

 

Shevana mengangguk. Leon berjalan mendekat, shevana yang melihat itu memundurkan langkah.

 

"Anda mau apa?"

 

"Gadis keras kepala sepertimu harus di beri pelajaran bukan?!" tanya Leon meraih pinggang shevana.

 

Shevana refleks memegang dada bidang leon guna memberi jarak antara tubuh bagian atas mereka.

 

"Jangan__" ucapan nya terputus saat tiba-tiba bibir Leon sudah menempel di bibirnya.

 

Shevana menegang. Dia mengerjap kan matanya memproses apa yang sedang terjadi denganya. "Sial! Dia menciumku lagi." ucap shevana dalam hati.

 

Leon melepaskan ciumanya, dia hanya mencium dengan sedikit mencecap rasa manis dari bibir ranum milik shevana. Leon berbisik " Jika kau Memanggilku dengan sebutan Sir dan mengunakan saya-anda lagi, saat itu juga aku akan mencium mu. Mengerti!" ucap Leon menekankan. Shevana yang mendengar itu reflek menutup mulutnya.

 

"Oke..oke..sa..em maksud ku aku mengerti." jawab shevana dengan suara terhalang tangan mungil yang menutupi mulutnya. "Sekarang lepaskan aku."

 

Leon pun tersenyum puas mendengar itu, dengan berat hati melepaskan rengkuhannya.

 

"Good girl" ucapnya mengelus puncak kepala sheva.

 

Shevana yang kesal menepis tangan besar itu. "Jangan memberantaki rambutku!" ucap shevana kesal. Leon hanya tersenyum tipis.

 

"Ah iya..mejamu ada di sana, jika ada yang tidak kau mengerti tanyakan saja." ucap leon menunjuk kan dagunya kearah meja tidak jauh dari tempatnya berdiri. shevana mengerutkan dahi.

 

"Sebentar.. maksud mu di sana itu mejaku?" tanyanya memastikan.

 

Leon mengangguk. "Jadi kita satu ruangan?!" pekiknya tak sadar.

 

"Aishh..pelankan sedikit suaramu Ana..dan ya, kita satu ruangan." kata leon yang mendengar pekikan shevana.

 

"Kenapa harus menjadi satu? kenapa tidak beda ruangan saja, seperti sekertarismu yang ada di depan misalnya." ucap shevana memprotes.

 

"Tidak. Karna kau memang sekertaris khusus untuk ku. Dan tugasmu hanya mengatur jadwal dengan selalu berada di sampingku."

 

"Mengapa harus begitu?! Aku tidak mau berada disisimu setiap waktu."

 

"Itu sudah menjadi pekerjaan mu Ana..jadi jangan memprotes."

 

"Tunggu..namaku Sheva bukan Ana." kata shevana yang menyadari pangilan Leon terhadapnya.

 

"Bodoh! "

 

"Kau yang bodoh! " sentak Shevana balas melototkan mata.

 

Menghela nafas, Leon berusaha sabar mengahadapi gadis keras kepala ini. " Coba kau gabungkan katamu tadi."

 

"Kata yang mana..?" balas Shevana tidak mengerti.

 

"Ana juga namamu.. lebih tepatnya nama belakangmu. Bukan kah namamu shevana? Jadi tidak salah jika aku memanggil mu Ana." shevana yang mendengar penjelasan leon terdiam. "Iya juga..itu nama belakangku..hanya saja terasa asing untukku." gumamnya menyadari.

 

"Tetap saja, aku merasa asing dengan panggilan itu."

 

"Sudahlah. Jangan mempermasalahkan hal sepele seperti ini. Bagiku.. mau Shevana atau Ana sama saja, kau tetap menjadi Ana ku." shevana mengerutkan dahi mendengar itu.

 

"Ana mu?"

 

Leon memandang lurus matanya. " Ya.. Kau adalah Ana ku. Milik ku. Ingat selalu itu Ana.." ucap Leon mengklaimnya.

 

Sebelum sempat angkat bicara. Terdengar suara ketukan, membuat shevana mengurungkan niatnya untuk memprotes kepemilikan yang dengan seenaknya saja di deklarasi kan Leon barusan. 

 

"Apa-apaan dia! Seenaknya saja. Dasar Singa sinting." ucap batinnya kesal. Kemudian berlalu menuju mejanya.

 

Jordan masuk setelah mendapatkan izin, terlihat dia seperti ingin menjelaskan sesuatu dengan membawa beberapa dokumen.

 

"Maaf menganggu sir, saya hanya ingin memberitahu kabar tentang pengajuan perluasan saham yang ada di Bali." Leon mengangguk mempersilahkan. 

 

"Perusahaan Hans group telah mengajukan adu banding untuk proyeksi perluasan tanah saham di Bali Sir. Kabar itu sedikit mempengaruhi ketetapan saham yang seharusnya sudah di pindah nama kan mengalami sedikit kendala." Leon hanya mengangguk tampak biasa saja. 

 

"Biarkan saja..kita lihat seberapa menariknya penawaran yang mereka lakukan. Bukan nya harusnya kau sudah tau.. Jika penawaran kita sudah lebih dari angka perkiraanya." Jordan menganguk kecil.

 

"Jangan khawatir kan itu. Lagi pula.. Dapat atau tidak saham itu, bukanlah suatu kerugian yang besar." jawabnya dengan nada congkak nya.

 

Shevana yang sedari tadi sedikit mencuri dengar percakapan mereka memutar bola matanya malas. "Hah.. Sombong sekali si Singa itu." katanya dalam hati 

 

Jordan menganggukkan kepala mengerti mendengar jawaban Leon, kemudian undur diri untuk melanjutkan pekerjaan nya.

 

Tak lama, bunyi telepon terdengar. Leon memencet tombol interkomnya.

 

"Ada apa?"

 

"Saya ingin mengkonfirmasi kan, jadwal rapat Anda sepuluh menit dari sekarang Sir." Ucap Kinan, sekertaris nya memberitahu.

 

"Ya, saya segera kesana. Kau sudah memberikan laporan itu kepada Shevana bukan?"

 

Shevana yang merasa namanya di sebut, melihat nya dengan tatapan tidak mengerti.

 

"Sudah sir. Sesuai yang anda perintahkan." tanpa mengucap terimakasih, leon memutuskan panggilan sepihak.

 

Leon berdiri, merapikan jasnya yang sedikit terbuka.

 

"Kau ikut aku Ana.." ajaknya dengan suara beratnya.

 

Shevana mengernyit, "Kemana?"

 

"Ke ruang meeting. Kau sudah mempelajari berkas yang di berikan Kinan bukan?"

 

"Ah, itu.. Iya aku sudah mempelajari nya. Tapi.. Apakah aku harus ikut denganmu? Aku sedikit tidak siap" jawab shevana ragu.

 

"Jangan khawatirkan apapun. Tidak ada yang berbeda. Cukup mendengarkan dan catat hal-hal penting seperti biasanya kau rapat." shevana mengangguk, berdiri mengikuti dari belakang.

 

Leon yang melihat itu berbalik, "Jangan berjalan di belakangku." ucapnya menarik tangan shevana berdiri di sampingnya.

 

"Tapi.." ucapan nya terpotong saat menyadari dirinya berada di depan lift khusus.

 

"Sebentar, aku tidak mau naik lift ini."katanya berhenti di depan lift terbuka.

 

"Lalu kau mau naik lift mana?" tanya leon tidak mengerti dengan gadis membingungkan ini.

 

"Aku akan naik lift karyawan. Kita bertemu disana."

 

"Memangnya apa bedanya menaiki lift ini dengan lift karyawan? Kita hanya akan rapat, mengapa kau membuatnya merepotkan seperti ini." tanya leon sedikit kesal.

 

"Sudahlah. Kau tidak akan mengerti. Jika kau tidak mau silahkan masuk sendiri, aku akan menaiki lift biasa." ucap shevana sebelum berbalik menuju lift karyawan.

 

Akhirnya Leon menyerah. Dia memilih mengikuti gadis rewel itu.

 

"Mengapa kau mengikuti ku?" tanya shevana saat melihat Leon berada di belakangnya.

 

"Hanya ingin." shevana menatapnya menelisik. 

 

"Apa kau mengagumi ku? Hingga menatapku seperti itu."

 

Shevana memutar mata jengah." Kau terlalu banyak berfikir!" 

 

Lift berhenti, terlihat ada tiga karyawan yang menunggu lift terbuka, dua perempuan dan satu laki-laki. Shevana mengerutkan dahi melihat mereka tetap diam.

 

Setelah pintu lift tertutup. Shevana bertanya, "Mengapa mereka tidak masuk?"

 

"Aku tidak suka bau parfum mereka. Karna itu.. Saat mereka melihat ku, mereka tidak akan naik." jawab Leon santai.

 

Shevana yang mendengar itu terpengarah. "Wuah.. Singa ini sudah sangat arogan kan?"

 

Shevana memutar mata jengah." Kau terlalu banyak berfikir!" 

 

Lift berhenti, terlihat ada tiga karyawan yang menunggu lift terbuka, dua perempuan dan satu laki-laki. Shevana mengerutkan dahi melihat mereka tetap diam.

 

Setelah pintu lift tertutup. Shevana bertanya, "Mengapa mereka tidak masuk?"

 

"Aku tidak suka bau parfum mereka. Karna itu.. Saat mereka melihat ku, mereka tidak akan naik." jawab Leon santai.

 

Shevana yang mendengar itu terpengarah. "Wuah.. Singa ini sudah sangat arogan kan?"

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • yurriansan

    @R_Quellaiya..
    boleh klau mau kritik ceritaku 😊. bisa lihat d profilku, kalau mau baca2

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
  • R_Quella

    @yurriansan Tangkyuuu, saya juga baru belajar nulis sih, gpp kita saling kritik dan saran aja. Makasih ya❣️

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
  • yurriansan

    nice story, semoga bisa menyelesaikan ceritanya ya.
    tadi aku baca masih ada typo, nama orang masih ada yang ditulis huruf kecil. terus dialog tagnya masih ada yang kurang tepat. misal :Jadi kau takut naik pesawat(koma) Ana, ini yang tepat.
    mampir2 juga ya ke ceritaku, saling kasih saran dan jangan kaget kalau aku juga ratu typo :p. sukses terus ya...

    Comment on chapter Chapter 4 || Senyum misterius ❣️
Similar Tags
Bukan kepribadian ganda
9612      1863     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
I'il Find You, LOVE
6217      1695     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Happiness Is Real
313      265     0     
Short Story
Kumpulan cerita, yang akan memberitahu kalian bahwa kebahagiaan itu nyata.
Persapa : Antara Cinta dan Janji
8057      1962     5     
Fantasy
Janji adalah hal yang harus ditepati, lebih baik hidup penuh hinaan daripada tidak menepati janji. Itu adalah sumpah seorang persapa. "Aku akan membalaskan dendam keluargaku". Adalah janji yang Aris ucapkan saat mengetahui seluruh keluarganya dibantai oleh keluarga Bangsawan. Tiga tahun berlalu semenjak Aris mengetaui keluarganya dibantai dan saat ini dia berada di akademi persa...
Haruskah Ku Mati
53194      5909     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
Begitulah Cinta?
17824      2684     5     
Romance
Majid Syahputra adalah seorang pelajar SMA yang baru berkenalan dengan sebuah kata, yakni CINTA. Dia baru akan menjabat betapa hangatnya, betapa merdu suaranya dan betapa panasnya api cemburu. Namun, waktu yang singkat itu mengenalkan pula betapa rapuhnya CINTA ketika PATAH HATI menderu. Seakan-akan dunia hanya tanah gersang tanpa ada pohon yang meneduhkan. Bagaimana dia menempuh hari-harinya dar...
Love Never Ends
11903      2508     20     
Romance
Lupakan dan lepaskan
SATU FRASA
15854      3346     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Warna Rasa
12842      2256     0     
Romance
Novel remaja
Irresistible
724      518     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...