the next day...
chapter 7: SARBI’s Invitation to the Twins
"Anda baru saja telah melakukan tindakan cerdas yang tepat sekali pada waktunya, Nona Cheryl," kata Agen Lindsay Fletcher memuji, melalui layar komunikasi di ruang keluarga Cherlone.
Lima belas menit sebelumnya, agen senior ERBI perempuan itu sedang tidak berada di tempat—ketika Cheryl menghubungi kantornya. Kebetulan sekali, seorang agen laki-laki yang tergabung dalam tim Fletcher yang menerima hubungan komunikasi dari rumah keluarga Cherlone.
Lantas Cheryl mengirimkan rekaman visual tentang elcar asing kepada agen Charlie yang tadi tengah berjaga. Rekaman yang didapat dari ruangan pengawas keamanan, berkat informasi berharga dari Marlon. Sejak semalam, suara Chester dan Cheryl sudah dapat terpakai untuk memberi perintah pada komputer rumah.
"Pada rekaman visual yang Anda kirimkan tadi, terlihat dengan jelas sekali mereka kecolongan. Tiga orang yang dipercayai Landon memang bodoh untuk memakai kaca elcar tembus pandang...," kata Fletcher mengungkapkan pandangannya.
"Belum tentu, Fletcher," Chester menyela, "Bisa jadi orang-orang ini terlalu percaya diri bahwa rencana busuk mereka tidak bakalan terungkap nantinya, sehingga mengabaikan hal sepele yang satu ini."
"Well, mungkin Anda ada benarnya juga, Tuan Chester," sahut Fletcher sambil berpikir.
"Baik saudari kembar ayah kami maupun Simmons tak pernah merasa takut atau tegang satu kali pun, sewaktu memerankan kedua kakak tiri kami seharian kemarin," ujar Chester. "Aku sangat yakin jika mereka sudah terbiasa melakukan penyamaran, atau setidaknya—akting."
"Dan untuk kedua laki-laki yang mereka sewa—meski belum sempat kulihat rekaman itu—aku mendapat kesan bahwa hal yang sama berlaku juga pada sosok-sosok tersebut. Atau bisa saja, orang-orang ini terlalu memercayakan misi ke pundak Simmons dan si bos besar," katanya menambahkan.
Fletcher mengamati Chester dengan tajam, lalu berkomentar, "Sepertinya Anda pintar sekali menilai orang."
"Aku hanya katakan dua buah kemungkinan yang dapat terjadi. Bukan satu kesimpulan yang sudah pasti. Alternatif lain tentu masih terbuka," kata Chester, merendah sekaligus membuka pikiran lawan bicaranya.
"Untuk hal ini, Logan diuntungkan posisinya sebagai agen kepala yang menangani kasus Brandon. Berbeda dengan hasil yang tim Windsor temukan dari kasus Daxton semalam," Fletcher membelokkan percakapan ke arah lain.
"Memangnya apa yang mereka temukan dari kamera di Cheap And Smart Fashion di area ini?" tanya Chester tanpa membuang waktu.
"Persis sekali dengan apa yang didapat Logan dari kamera di rumah Brandon di Area India, yang menyorot langsung lokasi perkara—rekaman yang diputar ulang. Sedangkan listrik di lokasi perkara Daxton sengaja dimatikan. Pola yang sama—tidakkah Anda lihat, Fletcher?" dengan cerdasnya Chester menarik kesimpulan.
"Tentu saja," bibir Fletcher menyunggingkan sedikit senyuman. "Mereka telah melakukannya di tiga tempat. Kasus Brandon di Area India, sandiwara tipuan di rumah kalian, dan akhirnya kasus Daxton di kantor pribadinya. Khusus yang terakhir di luar dugaan kita—mengingat otak kejahatan adalah tak lain dari saudari kembar Brandon sendiri. Jadi tempat 'umum' itu seharusnya berada di luar kemampuannya."
"Apakah tiga orang tak dikenal dalam elcar asing itu sudah diketahui identitasnya sekarang?" giliran Cheryl membuka mulut.
"Kami telah menemukannya dalam aplikasi pencari, dan kini, tim kami tengah mengejar mereka," jawab Fletcher super antusias.
"Sosok preman itu Jarred Stamos. Yang agak pendek si Netmos Tright. Dan si sopir bernama Clayton Frank. Dari merekalah, kita dapat menguak sekaligus tiga kasus yang saling berkaitan ini—dua kasus pembunuhan serta kasus penipuan terlicik dengan penyamaran yang paling sempurna," ujarnya lagi memerinci.
Chester menepuk kencang pundak saudarinya, sambil berkata, "Bagus Cher, kau telah melakukan suatu langkah awal yang cerdas, untuk menyeret semua pelaku tambahan, sekaligus kita ungkap tuntas seluruh kejadian dua pembunuhan keji ini."
"Tapi tetap saja seperti yang tidak kuharapkan," Cheryl masih merasa kurang puas—mengepalkan tangannya. "Saat keluarnya Jarred, Netmos dan bibi kandung kita dari ruang rahasia, kamera yang berada di sini masih berada dalam posisi mengulang."
"Tak apa," sambil melihat kembali ke arah layar komunikasi, Chester menyadari, "Justru berkat adanya Simmons di tangan Fletcher, dan sebentar lagi ketiga orang jahat itu bakalan dalam genggaman ERBI, segalanya pasti akan menjadi jelas. Tinggal menunggu waktu saja."
"Anda benar, Tuan Chester. Keadaan sudah berbalik cepat memihak kita," sambung Fletcher semakin optimis.
Pada saat yang bersamaan, komputer rumah memberitahukan panggilan masuk dari markas SARBI di Area India. Fletcher buru-buru undur diri. Sebelum memutus komunikasi, dia sempat berujar, "Itu pasti Logan, yang akan mengundang kalian ke kantornya."
Tepat sekali omongan Fletcher. Usai menyapa dua lawan bicaranya dan berbasa-basi sebentar, sang agen SARBI menyampaikan maksud pentingnya.
"Ada perkembangan terbaru kasus ayah kalian di Area India, yang justru kami peroleh dari Area Perancis—persisnya di apartemen pribadi Nona Farah. Aku merasa, orang-orang yang paling berhak tahu dan bersikap dalam hal ini adalah kalian berdua—Tuan Chester dan Nona Cheryl."
Pada saat itu juga, Don sedang memasuki ruang keluarga. Kalimat terakhir Logan terdengar oleh telinganya.
Melihat sosok seorang polisi pada layar komunikasi, dia menyapa, "Selamat siang, Logan. Bagaimana kabar SARBI pada hari ini—ada kemajuan?"
"Anda tentunya tidak mengundurkan jadwal mengurus jenazah ayah Anda, Tuan Don?" balas Logan dengan sebuah pertanyaan konfirmasi.
"Sudah banyak media internasional menunggu di halaman kantor kami. Membuat satu pekerjaan ekstra di sini," katanya mengeluh dengan tampang masam.
"Tentu saja, Logan," jawab Don santai, lalu berujar sambil tersenyum, "Perihal hak Chester dan Cheryl sebagai bagian dari keluarga kami yang menyikapi perkembangan kasus Ayah—mewakili diriku sendiri, Sarron dan Farah—kami bertiga sama sekali tidak keberatan. Silakan saja."
"Aku ingin mengundang mereka ke sini, Tuan Don," kata Logan, "Jadi tidak ada salahnya juga—bukannya mau mengatur—jikalau kalian bertiga satu kali jalan saja ke markas kami."
"Ide yang sangat bagus. Menghemat segalanya," komentar Don singkat.
"Bagaimana dengan kalian, Tuan Chester dan Nona Cheryl? Bersediakah kalian datang ke kantor SARBI untuk melihat dan mengikuti kasus pembunuhan ayah kalian?"
"Tentu saja, Logan," jawab Chester mewakili dirinya sendiri serta saudari kembarnya, "dengan senang hati."
Setelah mendengar jawaban yang memuaskan hati itu, Logan mengucapkan salam terakhir dengan riangnya mengakhiri sambungan komunikasi, "Sampai jumpa semuanya di SARBI."
Tiba-tiba Chester teringat sesuatu, sambil menepuk dahinya. Hubungan komunikasi dengan Logan telah terputus.
"Oh iya, bukankah tadi dia bilang juga bahwa media internasional menunggu di halaman markas mereka?"
"Santai saja, Ches," ujar Don ringan. "Sebagai pihak berwenang, mereka pasti punya protokol untuk menghindari media."
"Kalian makan sianglah dahulu. Aku mau bersiap-siap di kamar," katanya lagi dengan penuh perhatian serta pengertian.
Usai berkata begitu, Don mengeloyor menuju tangga dan naik ke atas.
Sementara Sarron datang dari ruang perpustakaan. Melihat Chester dan Cheryl, diajaknya mereka ke ruang makan, "Ayo, sudah waktunya jam makan siang. Perutku lapar karena tertinggal sarapan, jadi hanya minum segelas susu saja tadi."
Saat melangkah menuju ke sana, kepala pelayan yang bernama Kenny berlari menghampiri mereka dari pintu depan. Memanggil Chester dan Cheryl sambil menunjukkan sekotak pizza di tangannya.
"Baru saja ada kiriman dengan tujuan nama Anda, Tuan Muda dan Nona Muda."
Chester dan Cheryl saling berpandangan dalam kebingungan. Membuat Sarron bertanya, "Kalian tidak memesan pizza?"
Lalu dia berpaling pada Kenny dengan bertanya, "Tidak disertai tagihan?"
Kenny menggeleng, sebelum berujar, "Tapi pengantarnya berpesan bahwa ada sesuatu dalam kotak untuk Nona Cheryl."
"Boleh saya kembali ke tempat saya?" tanyanya pada Sarron memohon pamit.
"Aku duluan saja, kalian menyusul," kata Sarron pada sepasang adiknya, sesudah mengiyakan Kenny.
Chester dan Cheryl meletakkan dan membuka kotak pizza di atas meja besar, di dekat jalan yang menuju halaman belakang. Penasaran sekali.
Cheryl terkejut melihat pizza kesukaannya tersaji di hadapannya.
"Aku sangat suka sosis dengan ikan tuna," sahut Chester gembira, lalu melihat sebuah kartu kecil bergambar boneka Teddy Bear pada bagian belakang tutup.
"Siapa yang mengirim pesanan ini?" tanyanya penasaran, dengan satu tangan yang mulai terulur hendak mengambilnya.
Dengan sigap Cheryl menyambar kartu kecil tersebut. "Tidak boleh! Sudah jelas tadi Kenny katakan bahwa kartu itu untukku," larangnya cepat, sebelum kedua tangannya segera membukanya dengan kegirangan, sambil berkomentar, "Aku juga suka boneka Teddy Bear."
Chester mengambil satu potong pizza sambil nyengir lebar, "Ternyata sebagai saudara kembar, selera kita sama ya... kira-kira siapa yang bisa tahu rahasia ini?"
Mendadak keceriaan Cheryl berubah menjadi perasaan heran. Sepasang matanya terpaku pada isi kartu.
Kepala Chester bergerak mendekat—berusaha melongok. Ajaibnya, kali ini saudarinya bersedia memperlihatkan kartu itu padanya.
Di situ tertera tulisan tangan yang cukup rapi.
Salam sayang dariku, Nona Cheryl.
Semoga Anda menyukai kiriman dariku ini, dan Anda atau salah seorang keluarga Cherlone tidak perlu membayar. Kuharap Tuan Chester juga mempunyai selera yang sama—sosis dengan ikan tuna.
Tolong sampaikan salamku juga padanya.
Teriring foto dariku—Marlon.
Chester nyaris tersedak karena merasa geli. Selesai makanannya ditelan, dia berujar dalam tawa, "Ternyata, kau mendapat bonus spesial telah berjuang keras mendapat rekaman tadi. Seorang pengagum rahasia, atau mungkin... calon pacar."
"Hebat! Susah loh mendapatkan laki-laki perkasa seperti dia," ledeknya iseng.
Cheryl menatap sosok si pengirim pada selembar foto di tangannya. Lumayan tampan, tatapan mata yang lembut, berbadan kekar, dan terkesan atletis. Tengah beraksi mengayunkan bola basket sambil melompat di udara.
Diam-diam, muncul rasa kagum dalam hati Cheryl akan laki-laki yang bertugas sebagai kepala pengawas keamanan rumah keluarganya ini.
"Kasihan Sarron, karena setidaknya, kita tidak usah menyantap menu makan siang di ruang makan," ujar Chester, yang tak pernah jera meledek saudari kembarnya.
"Ayolah Cher, kau tidak bakalan kenyang dengan memelototi foto itu, walau sampai seharian. Lagi pula, pizza ini pasti terasa spesial di dalam mulut serta hatimu. Jadi tenang sajalah, aku tidak akan menghabiskan semuanya."
@yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
Comment on chapter #3 part 2Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie