chapter 4: An Another Strange Cherlone (part 2)
Seperempat menit berlalu, terpampang pada layar komunikasi, seorang perempuan berambut hitam panjang dengan senyum menawan dan pelayanan yang ramah, "Cheap And Smart Fashion, apa ada yang bisa saya bantu?"
Tanpa mengubah ekspresi tegang dan kakunya sejak dari lantai bawah, Farah menjawab dingin, "Hubungkan aku dengan Daxton Phelps."
"Baiklah. Tunggu sebentar, Nona," balas perempuan itu ramah dengan senyum manis dan suara lembutnya. Detik berikutnya, layar berganti menjadi simbol Cheap And Smart Fashion.
Farah menunggu selama sekitar setengah menit sebelum laki-laki yang diharapkannya muncul di layar komunikasi. Sosok gemuk dan atletis dengan kumis serta janggut yang tak terawat. Dan satu hal lagi, sosok yang lebih pantas menjadi ayahnya. Karena seumuran dengan Brandon dan Landon Simmons.
Namun laki-laki sangar itu menyapa Farah seperti layaknya terhadap teman sendiri, "Ada apa, Cherlone? Sesuatu telah terjadi?"
"Ya, tepat sekali dugaanmu, Daxton. Permainan catur sekarang ini telah dimainkan di kantor polisi—lebih tepatnya di SARBI."
Daxton tertawa mengejek, "Tentu saja, Cherlone. Sekarang kau lebih pantas kupanggil apa, Tuan Brandon atau Nona Farah?"
"Jangan bertingkah macam-macam, Daxton," Farah mengacungkan satu telunjuknya sebagai tanda mengancam. "Saat ini, Logan dan timnya sudah menemukan tulisan di atap rumah Brandon yang menjadi tempat kejadian perkara—sambutan pada Chester dan Cheryl yang kau kerjakan semalam itu. Sebagai orang lain, aku akan mengadukanmu jikalau memang seandainya...."
"Seandainya aku bertindak bodoh," potong Daxton dengan menyeringai kesal, "itu 'kan yang kau maksud?"
"Itu juga yang kumaksudkan," sahut Farah kalem.
"Oh ya, tadi pagi ada seorang pemuda bernama Chester Brown yang membeli The Survivor di tempatku sini," kata Daxton memberitahu. "Sepertinya... dia itu Chester Cherlone, karena pada saat mengenalkan dirinya dengan nama belakang Brown, dia terlihat agak gugup. Tapi aku juga tidak begitu yakin benar. Kelihatannya sih orang baik-baik."
"Pada pukul berapa?" tanya Farah penasaran. Pikirannya langsung melayang pada patung yang diberikan Chester kepada Don dan Sarron sewaktu makan siang tadi. Rupanya benda itu didapat dari tangan Daxton.
Sang lawan bicaranya spontan menjawab, "Kira-kira pukul sembilan lewat atau setengah sepuluh."
"Kalau memang dia, persis sebelum mereka menginjakkan kaki di rumah ini," pikir Farah dalam benaknya, lalu bertanya lagi, "Apakah dia seorang diri saja atau bersama dengan orang lain?"
"Saudari perempuannya yang cantik jelita," jawab Daxton nyengir lebar—membayangkan wajah dan penampilan Cheryl yang sungguh aduhai.
Pikiran Farah mengambil kesimpulan bahwa dua orang yang sempat mampir di Cheap And Smart Fashion tak lain dari pasangan kembar yang mengaku adik tirinya siang ini. Tapi dia ingin menyimpan hal tersebut dari Daxton dengan tujuan lain—apakah Daxton Phelps salah satu orang yang bodoh?
"Pokoknya, kau tidak boleh melakukan suatu kebodohan. Ingat itu!" Farah memperingatkan dengan separuh mengancam. Inilah kalimat terakhirnya sebelum memutus hubungan komunikasi.
Kemudian, dia baru menyadari pikiran serta tubuhnya terasa sangat lelah dan letih. Berbaring sejenak di ranjang pasti lebih baik.
Memori tentang kedatangan Chester dan Cheryl masih tersimpan baik dalam ingatan Farah. Begitu pula serangkaian kejadian berikutnya. Suatu penjelasan panjang lebar dari mulutnya tentang The Survivor. Obrolan panjang bersama Agen Logan di ruang keluarga. Dan yang paling terakhir, pembicaraan super privasi antara dirinya dengan Felicia dan Daxton Phelps di kamar tidur ini.
Namun, hanya ingatan saja yang tak pernah berubah dalam diri Farah Cherlone.
Ketika terbangun, sebuah ide cemerlang memasuki benaknya.
Dengan adanya serangkaian bukti dan kejadian dari pagi hingga siang ini, berarti tertanam sudah dalam diri Sarron, Chester, Cheryl, dan Agen Logan beserta semua tim SARBI-nya, bahwa posisi ketiga anak resmi Brandonlah yang terancam. Mereka itu adalah Don, Sarron, dan Farah.
Meski Logan tampaknya masih menyimpan sedikit kecurigaan untuk menempatkan sebagai tersangka, tapi ketiga orang ini masih mendapat posisi yang diuntungkan terhadap segi negatif perkembangan kasus. Sedangkan, secara logika, Chester dan Cheryl dalam keadaan aman dan tenang—tidak dianggap sebagai ancaman bagi pihak pembunuh; malah seakan disambut sebagai penerima warisan—situasi yang bisa juga mengantar mereka masuk ke dalam daftar tersangka.
Akan kubuat teori serta kondisi yang mengatakan bahwa para pembunuh berubah pikiran dengan kehadiran langsung mereka di rumah ini.
Farah menyeret sesuatu dari bawah ranjangnya. Sebuah tas berukuran agak besar dengan motif bunga berwarna cerah. Kedua tangannya mengambil satu set pakaian terusan warna hitam beserta penutup muka berwarna sama. Dilepaskannya semua pakaian yang melekat di tubuhnya sebagai anak ketiga Brandon saat ini.
Usai memakai segala yang diambil dari dalam tas pada tubuhnya, Farah memanggil komputer rumah. Dengan suara dari mulutnya, dinon-aktifkannya kamera pengawas pada dua lantai. Lantai di mana kamarnya berada dan lantai lokasi kamar Cheryl.
Caranya menon-aktifkan bukan dengan mematikan dengan tampilan layar hitam—tentu ini langsung mengundang kecurigaan pada dua orang petugas yang berjaga di ruang keamanan rumah. Tapi dengan memutar ulang terus menerus rekaman beberapa menit sebelumnya.
Patokan waktu sebelumnya dan hingga berapa lama, si peminta—dalam hal ini, tentu saja sang tuan rumah—yang mengaturnya. Berarti, dia pastinya telah mengetahui jadwal Chelsea dan Mrs. Rusty naik ke lantai-lantai atas.
Hal yang sama dilakukannya pada sebuah kamera di rumah Brandon yang di Area India ketika sang pebisnis itu dibunuh.
Dia mengambil sebuah mesin pengering beserta kabelnya dari dalam laci kamar. Juga sebuah lipstik merah menyala dari koleksi riasan pribadi sang putri Brandon.
Lalu, dengan langkah mantap, dia berjalan keluar dari kamar dan menyusuri koridor lantai dua sampai ke ujung tangga. Menuruni satu demi satu anak tangga. Akhirnya tiba di lantai satu dalam waktu singkat.
bersambung ke part 3
Catatan: jika ingin tahu siapa itu Chelsea dan Mrs. Rusty, bisa dilihat di sekitar pertengahan cerita The Cherlones Mysteries
@yurriansan saya luruskan ya.. judul sebelumnya, The Cherlones Mysteries. Kalo seri, saya baru masukin Duo Future Detective Series yang cerita pertamanya ya dwilogi The Cherlone Mysteries dan The More Cherlone Mysteries ini.
Comment on chapter #3 part 2Oh ya, kalo mao nulis cermis ya harus baca jenis cerita ini terlebih dulu. Dwilogi ini lahir setelah saya getol baca serinya Sherlock Holmes dan punya si ratu cermis Agatha Christie