22. LEMBAH TERAKHIR
Hirsh, mayder dan marno baru saja usai bertarung dengan musuh yang sama dihadapi oleh miroka, hanya saja hirsh bertarung bekerja sama dengan marno dan mayder untuk menghadapi musuhnya. Mereka berbagi tugas untuk menjadi penyerang yang memegang senjata. Mayder yang sebelumnya punya keahlian dan menahan dari serangan musuh. Tak seperti miroka yang harus seorang diri untuk melawan musuhnya, meski miroka sekarang tergopoh-gopoh dan lemah hanya untuk melindungi louin dan dellio. Miroka beruntung karena cahaya yang entah datang darimana menolongnya dan yang lainnya.
Cahaya yang sangat terang sekali ini sama seperti dengan gelapnya hutan ini membuat mata ini buta dan tak bisa melihat apapun. Bahkan ketika mata ini terpejam cahaya itu masih bisa dilihat seperti menembus ke dalam selaput mata. Karena cahaya itu pula louin bisa melihat jalan keluar dari hutan yang sangat gelap ini. Meskipun tidak terlalu dekat setidaknya ia bisa mengetahui jalan keluar yang sedari tadi ia cari.
Masih dengan nafas yang terengah-engah, louin mencoba bangkit menolong miroka yang sudah tak bisa berjalan dan terjatuh kehabisan nafas. Ia masih mengatur nafasnya dan tergeletak di tanah. Louin membangunkan miroka yang masih sangat kelelahan. Louin mencoba untuk memapah miroka dan dellio, untungnya dellio sudah sadarkan diri dan bisa membantu louin untuk menolong miroka.
"Miroka kau tak apa-apa?" tanya dellio tak tega melihat keadaan miroka teman kecilnya.
"Kau ini seperti tidak tahu diriku saja!" miroka tersenyum menahan rasa sakit.
"Bersabarlah miroka sebentar lagi kita akan keluar dari hutan ini" ucap louin memberi semangat di tengah kekacauan yang terjadi pada miroka.
"Ya, selagi aku masih bersama kalian, aku akan ikut kemanapun kalian pergi!" Ucap miroka menenangkan.
Louin, dellio dan miroka berjalan saling memapah. Hati louin masih merasakan sakit karena kesal tak bisa membantu miroka. Sama halnya seperti louin, dellio juga merasakan hal yang sama, dellio menahan rasa sakit seraya memapah miroka. Ketika pertarungan terjadi, sesaat dellio terlempar, tak berapa lama ia sadarkan diri namun dellio tak bisa membantu miroka. Dellio sadar dan melihat pertarungan antara miroka dan para prajurit itu, hanya saja kaki dellio tertindih batang pohon. Selama pertarungan antara miroka dan prajurit itu, saat itu juga dellio bertarung menahan rasa sakit di kaki sebelah kirinya dan terus mencoba untuk menyingkirkan batang pohon yang menindihnya.
Sesaat sebelum cahaya itu datang, dellio berhasil menyingkirkan batang pohon itu, tapi apa dayanya ia tak bisa berdiri dengan kuat karena kakinya terluka. Sambil memapah miroka ia tersenyum menahan rasa sakit di kakinya. Miroka teman dekatnya tak merasakan hal aneh pada dellio karena setelah bertarung tubuh miroka seperti lumpuh hampir tak merasakan apapun karena ia memaksakan diri untuk bertarung. Tak ada hal lain lagi yang bisa miroka lakukan selain bertarung, kalaupun ia melarikan diri itupun tak mungkin, selain keadaan hutan yang gelap, iapun tak mungkin meninggalkan temannya.
Dellio mengerinyit menahan rasa sakit di kakinya, sekali-kali ia mendesah pelan mengeluarkan rasa sakit. Setelah beberapa lama berjalan, akhirnya louin dan yang lainnya bisa keluar dari hutan kutukan itu. Disana pun sudah ada hirsh, mayder dan marno yang bersimbah darah dan luka-luka karena pertarungan yang mereka alami sama halnya seperti miroka.
"Hey.. Kalian tak apa-apa?" Tanya hirsh sesampainya mereka disana.
"Aku dan dellio baik-baik saja, hanya saja miroka banyak terluka karena ia harus bertarung seorang diri menolong kami" jawab louin merebahkan tubuh miroka diantara akar pepohonan yang besar.
"Kau hebat miroka, bertarung seorang diri melawan mereka" puji sang pangeran.
Miroka hanya tersenyum menerima pujian dari marno. Senyum miroka sangat berat sama halnya seperti luka yang ia terima selama dan setelah pertarungan. Louin dan yang lainnya akhirnya sampai ditempat dimana ia bisa bernafas lega menghirup udara segar dan bisa melihat cahaya dengan langit yang sangat cerah setidaknya setelah keluar dari hutan. Karena tepat didepan mereka semua ada sesuatu yang ingin dihindari namun harus dikunjungi.
Louin dan mayder merasa lega karena mereka menemukan lembah putus asa, lembah yang selama ini dicari. Louin dan temannya mungkin telah lega keluar dari marabahaya hutan namun tidak setelah keluar dari hutan itu. Mereka semua harus menempuh dan masuk ke dalam lembah yang selama ini di cari. Hirsh takut dan tak yakin yang akan dilakukan louin untuk mengetahui kebenaran mourine. Menurut hirsh, louin justru akan menyusul mourine yang memungkinkannya tidak akan bisa kembali. Hirsh resah jika ia tak menepati janji mourine untuk menjaga adik kesayangannya, tapi louin bukanlah anak kecil lagi yang harus dilarang. Tugas hirsh saat ini hanya bisa membimbingnya. Lagi pula yang dilakukan oleh louin sama halnya yang dilakukan oleh mourine dan untuk mengetahui kebenarannya.
"Tenang kak hirsh, aku akan baik-baik saja" louin menenangkan hirsh yang terlihat resah.
Lembah yang bernama lembah putus asa kini sudah ada didepan mata louin. Melihatnya saja sudah membuat tubuh ini gemetar dan enggan untuk mendekat. Apa yang dikatakan banyak orang sama persis dengan kenyataannya. Lembah putus asa ini bagaikan jurang tak terbatas dengan kepulan asap tebal dan gemuruh petir yang sangat bising dan menyala. Louinpun tak yakin dengan yang dilakukan kakaknya. Apa yang dibenak kakaknya sehingga ia melakukan hal gila seperti itu. Sangat Jelas semua orang mengatakan lembah putus asa adalah lembah kematian, karena dengan melihatnya saja louin tak yakin ada yang selamat masuk kedalam sana.
Mayder yang awalnya yakin, kini merasa gentar. Ia berpikir kembali untuk melakukan hal itu. Mayder merasa tak mungkin kakaknya juga berada disana. Itu terlalu menakutkan sekali untuk mengetahui kebenaran kakaknya yang masih hidup.
Louin, Mayder, marno dan hirsh sudah sampai dibibir jurang. Mereka menutup mata dengan tangan mereka untuk menghindari cahaya petir itu. Sedangkan dellio tidak ikut karena ia harus menjaga miroka yang sedang memulihkan kondisinya begitupun dengannya.
"Apa kau yakin ini tempatnya?" Tanya marno pada hirsh.
"Aku juga tak yakin!" Keringat Hirsh mengucur di keningnya.
"Apa maksudmu? Bagaimana bisa kau mengatakan hal itu" bentak mayder.
"Bukan begitu, aku yakin ini tempatnya, tapi keadaannya sangat berbeda ketika pertama aku kesini. Ini sangat berbahaya sekali, gemuruhnya terlalu besar dan asapnya sangat tebal" hirsh bingung untuk menjelaskan kenyataan yang ia lihat.
"Baiklah jika ini tempatnya" louin mencoba bersikap tangguh.
"Apa kau sudah gila? Kau yakin akan melakukan hal ini" mayder melotot mendengar perkataan louin.
Serempak louin, marno dan hirsh menatap mayder yang tiba-tiba mengatakan hal aneh seperti itu. Louin dan yang lainnya tak habis pikir dengan perkataan mayder yang sangat berbeda dan berbanding terbalik dengan sikap dan perkataan yang ia katakan ketika ia bersedia keluar dari botimalos.
"Ada apa dengan kalian?" Tanya mayder melihat tingkah temannya.
"Ucapanmu sangat berbeda sekali ketika pertama kali aku bertemu denganmu" ucap marno yang sama sekali tak melihat sikap mayder yang sangat tegas dan keras ketika mereka bertemu.
"Kalian yakin mau kesana?" tunjuk hirsh pada lembah itu.
"Aku yakin" ucap louin.
Tanpa basa basi louin langsung menarik tangan mayder dan marno masuk kedalam lembah itu. Mayder dan marno teriak karena tiba-tiba lengannya langsung ditarik ke dalam lembah itu tanpa persiapan. Mayder dan marno teriak sekencang-kencangnya seperti orang ketakutan, sangat berbeda sekali dengan sikap mayder yang teguh dan marno yang seorang ksatria.
Louin masuk tanpa rasa takut sama sekali, tak ada teriakan, matanya hanya fokus melihat ke bawah dan pikiranya yang selalu ada bayangan wajah sang kakak. Semakin masuk ke dalam, Petir sudah tak terlalu bergemuruh, hanya saja kepulan asap mirip awan itu semakin menebal di bawahnya. Louin dan temannya tak bisa melihat jelas apa yang sesang menunggunya dibawah sana. Ia hanya berharap bisa mendarat dengan selamat. Louin terperosok di tanah yang menjorok, tubuhnya terjatuh ditanah yang berwarna merah, badannya terus meluncur kebawah sampai ia mendarat tepat di dalam sebuah gua yang berukuran kecil.
Louin, mayder dan marno berhati-hati menyusuri sebuah gua kecil. Gua yang sedikit gelap karena hanya beberapa obor yang menempel di dinding gua. Gua itu yang ia susuri sepertinya cukup panjang karena mereka belum juga melihat tanda-tanda adanya cahaya yang menunjukkan jalan keluar. Bahkan mayder saja tak mendengar apapun.
"Arrggghhh... Apa itu?" Marno berteriak menakuti mayder dan louin.
"Hey... Kau jangan berteriak" ucap mayder menekan suara memarahi marno.
"Maaf, aku terkejut" jawab marno dengan santainya bercanda di tenfan kesunyian.
"Aku tak yakin kau seorang pangeran!" Kecut miroka.
Tak berapa lama setelah mereka berjalan. Akhirnya ada sedikit cahaya yang menunjukan jalan keluar dan sudah berada didepan mata mereka. Louin dan temannya berlari mengarah ke arah jalan keluar yang terang, dari jauh seperti batu kerikil kecil. Louin yang sangat senang menunjukkan senyum diwajahnya. Louin tak sabar untuk bertemu dengan sang kakak. Kesenangan itu ternyata masih temas di mata louin dan temannya, mereka yang sudah sangat senang harus terlempar kembali ketanah. Cahaya terang itu ternyata bukanlah pintu keluar melainkan seperti benda lentur menyerupai seperti karet yang cukup besar untuk menutupi jalan gua.
Louin, mayder dan marno terlempar ketanah setelah ia berlari kencang mengarah yang ia sangka itu adalah pintu keluar. Louin terduduk dan merasakan jantungnya yang kembali berdebar. Tubuhnya sudah cukup lelah untuk betarung dengan musuh. Louin dan temannya bertatap muka melihat musuh yang ada didepannya.
Tak berapa lama setelah mereka bertiga menabrak entah apa itu. Sesuatu berwarna merah bulat bercahaya sangat terang di tengahnya. Louin semakin takut dan resah menghadapi musuh yang belum diketahuinya.
"Siapa kalian?" Tanya benda menyerupai karet itu.
Louin yang sedang mengepakkan celananya yang kotor mengatakannya terbata-bata, "a...a...aku mencari kakakku"
"Apa tujuan kalian datang kesini?" Tanyanya kembali dengan suara yang besar dan menggema.
"Aku mencari kakakku" ucap mayder.
"Apa keinginan kalian?" Tanyanya kembali.
"Menyembuhkan adikku?" Kini giliran marno yang menjawab.
Seketika benda karet itu menyusut dan sudah ada yang menanti louin dan temannya. Beberapa orang seperti Prajurit memakai baju berwarna emas terang dan bersenjata tongkat yang diatasnya menyerupai pedang yang membentuk bulan sabit itu sudah berada dibelakang benda karet itu. Tak hanya itu tubuh mereka sangat tinggi sekali sekitar 2 kali lipat tubuh louin. Louin tak menyangka ada raksasa dengan rupa yang indah dan gagah didalam lembah putus asa. Pikiran negatifpun datang, louin berpikir mungkin ia sudah mati dan bertemu dengan malaikat kematian. Louin terpaku melihat raksasa itu.
"Jadi kalian memang ada?" Tanya marno tak percaya.
"Apa maksudmu?" Tanya mayder.
"Anlean!" Ucap marno masih terpukau dengan prajurit yang akan menangkapnya
"Apa itu Anlean?" Tanya mayder.
"Aku juga tidak begitu tahu, yang kutahu dia adalah mahluk mitos besar yang bersinar dengan warna emas terang. Mereka tak pernah menunjukan wajahnya oleh karena itu mereka terus menutupi wajahnya" ujar marno.
"Kalau begitu sama persis dengan yang kita lihat ini?" Tunjuk mayder.
Beberapa prajurit emas itu diam tak menggubris obrolan merek bertiga. Louin masih terpaku melihat prajurit itu sedang mayder dan marno sibuk membicarakannya. Prajurit itu berjumlah sekitar sebelas orang itu, tujuh diantaranya menangkap louin, mayder dan marno. Mereka dikawal masing-masing oleh dua pasukan sampai ke bibir gua yang sesungguhnya. Louin dan temannya melotot melihat lembah putus asa yang sesungguhnya. Louin mengucek matanya berharap itu bukanlah kamuflase atau oase seperti sebelumnya. Lembah yang selama ini dianggap sebuah kesuraman, keburukan dan keputus asaan sangat salah dan berbanding terbalik. Udaranya sungguh segar, burung berterbangan saling menyahut, air terjun yang tinggi dengan percikan airnya yang memberikan warna diudara dan sebuah istana yang megah nan indah.
Sesampainya dibibir gua louin melihat jalan setapak untuk berjalan masuk Ke istAna itu. Istana itu berada didalam sebuah lubang besar dan berdiri kokoh diantara dinding gua, dari atas dinding itu tepatnya disebelah istana ada air terjun yang mengalir Indah kebawah dengan gemericik air dan tetesan yang membentuk embun yang terpanting ke batu dan membentuk sebuah danau, tak hanya itu dibawahnya ada taman dengan bunga yang sungguh indah dan menakjubkan. Hampir seluruh dinding dalam lubang itu diselimuti oleh tanaman hijau merambat yang berbunga kecil. Pintu keluar gua yang louin tapaki hanyalah sebagian lubang kecil diantara lubang yang lain. Louin menengadahkan kepalanya melihat keatas langit dan langit itu sangat cerah sekali tanpa ada gemuruh yang seperti ia lihat diluar.
"Bukankah ini istana yang dibuat oleh deki" ucap mayder tercengang. "Pantas saja dia ditangkap"
"Apa maksudmu?" Tanya louin. "Menurut orang dia anak yang spesial"
Prajurit itu menepuk pundak louin agar ia cepat berjalan masuk ke dalam istana itu.
"Bukan tanpa alasan deki ditangkap dan menjadi anak yang spesial" jawab mayder melihat louin dan istana yang berada didepannya.
Louin hanya terdiam.
Prajurit emas itu langsung menggiring louin, mayder dan marno mengarah kedalam istana yang semakin didekati semakin megah dan besar. Seperti yang dikatakan oleh louin sebelumnya Tanaman merambat menghiasai juga diantara pintu masuk kedalam isatana sebelum memasuki pintu istana yang besar juga berkali-kali lipat dari tubuh mereka. Pintu itu terbuka dengan sendirinya ketika mereka mendekati pintu itu. Mereka disambut oleh sembilan orang 5 wanita yang sangat cantik dan anggun serta 4 lelaki yang gagah, berwibawa dan terlihat kuat, yang salah satu perempuan itu duduk di singgasana layaknya ratu.
Marno yang merupakan seorang pangeran hanya bersikap seperti biasa tak merasakan canggung ataupun takut. Marno sangat mengetahui aturan dalam kerajaan, jadi hal itu tak mengganggunya.
"Mayder, ada apa denganmu? Kau terlihat tegang sekali" Tanya marno.
"Aku seperti semut diantara mereka yang seakan-akan diinjak dalam waktu sekejap" ujar mayder berbisik.
Sifat mayder telah berubah banyak ketika ia semenjak ia menginjakkan kaki ditempat yang selama ini louin cari. Marno yang sudah bersamanya beberapa sudah mulai mengerti sikap mayder yang melebihi dirinya yang merupakan seorang pangeran. Tak hanya mayder perjalananya selama beberapa tahun juga telah merubah banyak sikap marno yang seorang pangetan yang bijak.
"Kau ini, memangnya mereka sebesar itu" balas marno berbisik.
"Ya sama saja. Memangnya kau bisa melawannya?"
"Tidak juga, tapi kita belum tahu jika tidak mencobanya..."
Mereka dihadapkan tepat didepan sang ratu yang sedang menatap kedatangan mereka. Ratu itu mengenakan gaun warna senada dengan prajurit dan yang lainnya, ia memakai gaun emas yang indah dan panjang bahkan menutupi kakinya dengan mahkota dikepalanya. Sang ratu dan para wakilnya 4 orang yang masing-masing berada disisi kanan dan kiri sang ratu. Ratu tak mengatakan sepatah katapun padahal mereka sudah duduk bersimpuh dan menundukkan kepala, tapi sang ratu terus menatap sampai beberapa menit.
Para ratu dan wakilnya seperti malaikat yang tercipta dari cahaya. Kaum yang ditemui oleh louin sangat berbeda sekali, mereka semua hampir bercahaya meski tak seterang ratu, postur tubuh merekapun lebih besar dari manusia lainnya. Mayder menganggap ia seperti berada didalam surga karena mungkin saja ia telah mati masuk kedalam lembah itu.
Louin, mayder dan marno semakin merasakan ketakutan didalam istana yang sangat hening sekali. Mereka menunduk dan temperatur tubuh mereka semakin panas, namun mereka tak berkeringat sama sekali, meskipun tubuh mereka merasakan panas tidak dengan udara yang berada disekitarnya yang seakan-akan keringatpun tak berani keluar. Meski begitu mereka merasakan angin udara segar itu menyentuh kulitnya tapi tak memberikan efek apapun pada temperatur tubuh mereka yang serasa panas.
Hampir sepuluh menit louin dan temannya didiamkan oleh sang ratu. Sang ratu tetap duduk diatas kursinya tanpa mengatakan apapun.
"Yang mulia, meng..."
"Hampir sembilan tahun kau menunggu kesembuhan adikmu. 5 tahun kau hanya bisa menangis dan bersedih lalu setelah 4 tahun kau akhirnya diberikan jalan, dan baru beberapa kau sudah tak sabar untuk menunggu" ucap lelaki wakil ratu yang duduk paling pertama disebelah kiri ratu memotong perkataan marno.
Ucapan wakil ratu itu sungguh benar-benar mencengangkan, semua yang dikatakan olehnya sama persis dengan kenyataan dalam hidupnya. Wakil ratu itu berdiri menatap marno yang semakin menundukkan kepalanya. Marno yang awalnya tak terlalu ketakutan benar-benar merasakan ketakutan merasuk sampai ketulangnya. Rasanya semakin berat untuk mendapatkan serbuk sari itu, karena sudah pasti wakil ratu itu mengetahui tujuannya.
Louin dan mayder juga semakin tertunduk karena tujuannya pastilah sudah diketahui oleh ratu dan wakilnya.
"Yang mulia...." Seseorang membuka pintu dan memanggil ratu. "Maaf yang mulia aku mendengar anda telah menangkap manusia"
Ucapannya membuat mereka bertiga menengok ke belakang ke arah seseorang yang datang membuka pintu, sepertinya orang itu sangat antusias dengan tertangkapnya beberapa manusia.
"Kau... Kau sama seperti kami" ucap mayder melihat lelaki tua yang membuka pintu tiba-tiba.
Lelaki tua yang membuka pintu adalah manusia sama seperti mereka, ia bukanlah kaum yang sekarang ada didepannya. Kedatangan lelaki tua itu membuat louin dan yang lainnya berpikir dan menerka-nerka.
"Ada apa denganmu?" Ucap ratu itu tanpa menggerakkan bibirnya.
Mayder melotot melihat ratu yang tak menggerakkan bibirnya sama sekali. Ia kebingungan, suara ratu itu bisa di dengar oleh semua atau hanya olehnya.
Ratu itu berdiri dan menghampiri sang kakek itu, tapi mata mereka kini kompak tercengang, tak seperti wakil ratu yang bisa berbicara dan berjalan normal. Sang ratu tak menggerakkan bibir ketika berbicara bahkan berjalannya pun ia tak menggunakan kaki melainkan melayang tak menyentuh tanah.
"Maaf yang mulia, aku terlalu senang mendengar ada manusia yang selamat masuk kedalam lembah ini" ucap kakek.
Ucapan kakek itu tak kalah mencengangkan. Marno dan mayder melihat kearah yang wajahnya ketakutan dan sedih. Ucapan kakek itu sangat memukul perasaan louin yang sedang mencari sang kakak yang masuk ke dalam lembah ini. Louin yang masih bersimpuh mengepalkan tangan diatas kedua kakinya. Ia tertunduk menitikkan air mata, air mata itu jatuh ketangannya. Louin masih tak percaya dengan ucapannya.
"Louin..." Mayder memegang pundak louin.
"Apakah kakakku tidak selamat?" Tanya louin beruraian air mata dengan wajahnya yang tertunduk.
"Louin raskali, mayder brak dan marno sayerad. Kalian adalah orang yang pemberani yang penuh ketakutan" ucap ratu itu menghampirinya.
"Aku hanya ingin menolong kakakku?" Ujarnya.
"Tak ada yang tahu jika tidak mencoba, tak ada yang tahu jika tidak memastikan dan tak ada yang tahu jika tidak ada keyakinan dalam hatimu" ucap sang ratu. "Beristirahatlah besok akan kutunjukkan pada kalian" itah ratu kepada mereka.
Louin, mayder dan marno diantar oleh para prajurit itu kedalam kamar mereka ditemani oleh sang kakek yang sangat antusias mengetahui kedatangan mereka. Hati louin benar-benar terpukul mendengar ucapan kakek itu, tapi louin tak bisa berbuat banyak karena ia tak mengetahui apapun tentang tempat ini. Meskipun merasakan kesedihan, istana ini sungguh indah dan menenangkan hatinya untuk ditangisi.
"Akan ku antar mereka sampai kekamar, kalian boleh kembali" ucap sang kakek itu kepada prajurit.
Mendengar ucapan sang kakek, prajurit itu menurut seakan-akan sang kakek punya kuasa. Padahal kakek itu hanyalah manusia biasa sama seperti mereka, tapi ucapannya sangat dipatuhi. Kakek itu mengajak louin dan temannya berjalan-jalan mengelilingi istana dan berakhir ditaman yang berada dibalkon dekat air terjun. Burung-burung berkicau menyambut kedatangan mereka. Suara gemericik air juga tak mau kalah dan yang lainnya.
"Kakek, apa maksudmu kakek hanya kami yang selamat?" Tanya louin.
"Mungkin kau akan diberitahu langsung oleh ratu alle esok hari, dan kau harus siap memantapkan hatimu?" Ucap kakek itu.
"Apa maksud kakek?" Tanya mayder.
"Dulu aku pernah diberi penglihatan oleh sang ratu. Aku pernah melakukan hal yang sama dengannya. Mungkin sekarang negara mempunyai aturan yang banyak melindungi rakyatnya, sehingga mereka harus berbohong hanya ingin terlihat baik dimata masyarakat. Aku dan dia melakukan bunuh diri..."
mereka terkejut mendengar sang kakek, namun cerita yang ia ceritakan membuat mereka ingin mendengarnya lebih banyak.
Lanjut cerita, "... Peperangan yang selalu terjadi membuat desa kecil terbakar sehingga banyak warga bersembunyi, mati dan lainnya. Aku melihat, Ia adalah seorang pemuda yang berjalan tanpa arah. Karena bukan ia yang mengendalikan hatinya tapi hatinya yang mengendalikan sehingga ia tak tahu berada dimana, sedang apa dan apa yang akan ia lakukan pun tak tahu dan masalah itu yang membuatnya bunuh diri karena hatinya terlalu leLah mengahadapi hidup ini"
"Bukankah dengan begitu masalah yang ia hadapi selesai sudah kek" ujar mayder.
"Kau benar, tapi mungkin kau juga salah. Hidupnya memang serasa hancur tapi ia tak membunuh dirinya sendiri tapi ia juga membunuh sang adik. Sebelum ia melakukan bunuh diri, awalnya Ia berharap sang adik yang telah ia sembunyikan disebuah desa yang cukup makmur akan membuat adiknya hidup senang tapi justru sebaliknya, adiknya pun mati menyusulnya"
"Apa kek... Sungguh mengharukan sekali" ucap marno. "Lalu kenapa kakek bunuh diri?"
"Dulu aku pikir bunuh diri adalah cara tercepat untuk menghilangkan masalah tapi ternyata setelah bunuh diri justru masalah itu semakin bertambah tak hanya untukku tapi menyerang orang yang berada didekatku"
"Bunuh diri adalah sikap egois yang hanya memikirkan diri sendiri dan merepotkan orang lain" suara sang ratu terngiang ditelinga mereka.
"Hah... Siapa itu?"
"Suaranya seperti ratu"
"Ratu itu selalu mengawasi kita! Oya kek apa dia adalah seorang malaikat"
"Tidak... Aku adalah seorang mahluk hidup yang bisa mati seperti kalian" sang ratu kini datang menghampiri mereka.
Lembah putus asa sebenarnya adalah lembah elgonanvil. Lembah para penduduk kaum Anlean, kaum yang memiliki tinggi badan yang cukup besar yang dipenuhi mahluk indah. Mereka semua memakai gaun berwarna emas dengan diberi umur yang lebih panjang dari manusia namun ia tak abadi. Tak hanya itu para petinggi anlean bisa melayang, apa lagi sang ratu yang tak pernah sekalipun berjalan menyentuh tanah dan berbicara mengucapkan mulutnya. Tatapan matanya sangat bersih dan indah, namun semakin lama dilihat terasa mematikan dan tatapan matanya terasa semakin tajam, sang ratupun bisa melakukan hal apapun yang membuat mereka tercengang tanpa harus mengucapkan mantra. Lembah ini bak seperti surga yang tersembunyi yang sangat menangkan dan menyegarkan, udara yang alami sangat berteman dengan suasana hati louin. Lembah elgonanvil mungkin Lembah terindah yang pernah louin lihat seumur hidupnya. Udaranya sangat menenangkan dibanding udara dipinggir danau yang biasa louin kunjungi.
Lembah ini sama seperti yang dilihat louin sebelumnya, istana yang berada didalam Lubang gua yang sangat besar. Dindingnya dipenuhi dengan tanaman yang merambat dan lubang gua yang berukuran kecil. Sebuah Air terjun yang mengalir dengan indahnya memberikan warna pelangi dari percikan air yang mengembun. Taman yang tak kalah indah dipenuhi dengan rerumputan dan bunga yang bermekaran dengan indahnya dan menyejukkan mata.
QARINA R
JAKARTA, 15 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )