21. HATI YANG SURAM
Suara petir sangat nyaring terdengar ditelinga, petir saling sahut menyahut dan kilatan cahaya seakan tak mau kalah dengan suara gemuruhnya. Raja xyor hanya terduduk dalam israna yang gelap, sang raja hanya ditemani oleh kelima pasukan atian yang dilarang ikut campur tangan dalan penangkapan anolin. Raka xyor sudah mengetahui kekuatan anolin yang lemah dan sulit dilacak. Bagi atian ini adalah waktu yang tepat untuk menangkap anolin karena kekuatannya yang lemah dan belum bisa menggunakan kekuatan dengan maksimal. Tapi berbeda dengan pikiran raja xyor, sepertinya ia mempunyai rencana sendiri, ia melarang atian untuk langsung turun tangan, ia hanya memperkerjakan irgot dan murot untuk melacak sang anak yang kini menjadi tempat pelabuhan sang anolin.
Raja xyor sangat santai sekali menangani anolin itu, salah satu atian bertanya tentang anolin yang dicari olehnya namun tidak ingin ditangkap. Raja xyor tak memberikan penjelasan secara menyeluruh Dan terperinci, begitupun dengan atian yang tidak bisa memaksa raja xyor jika ia tidak ingin musnah.
"Tuan... Sepertinya ada orang yang tidak biasa" ucap atian eviv.
"Apa yang membuatnya tidak biasa?" Tanya raja xyor.
"Entaahlah, tapi anak remaja ini mempunyai warna sendiri" ujar atian eviv.
"Baiklah..." Ucap raja xyor dengan mata yang tajam dan suara yang serak.
Sang raja hanya duduk tenang mendemgar dan menyikapi masalah yang ada. Para pasukan atian juga tak mengerti alasan dibalik ketenangan sang raja yang terus mendiamkan anolin yang sedang dicarinya. Waktu yang tepat untuk menangkapnya justru ia sia-siakan. Ia lebih baik menyuruh irgot dan murot untuk mencari keinginannya. Tak hanya irgot dan murot, kerajaan ryekal dibawah kepemimpinannya juga dibiarkan bebas untuk melakukan keinginannya.
ooo L U L L A B Y ooo
Louin hanya terduduk disebuah akar pepohonan, ia beristirahat kembali dan mencoba untuk berpikir untuk mengambil arah jalan. Suasana hutan yang gelap tak mampu untuk membuatnya terus berjalan. Sepintas karena hewan itu ia bisa melihat hutan yang gelap tapi tidak setelah itu, hutan ini kembali normal setelah hewan itu hilang dan ia pun tak bisa berbuat banyak.
"Hah... Akhirnya kau kembali" louin senang dan langsung berdiri melihat kuang-kunang itu kembali.
"Aduhhh..." suara kesakitan itu membuat louin waspada.
"Kau ini, jalan yang benar?" ucap seseorang yang tidak asing dan membuat louin sedikit tenang.
"Miroka, kau kah itu?" tanya louin pada suara itu.
"Siapa kau?" tanya miroka.
Didalam kegelapan hutan, mereka yang tak melihat wajah satu sama lain saling sahut menyahut. Karena cahaya yang samar-samar yang membuat mereka tidak terlalu jelas melihat.
"aku louin"
"Kau memang benar louin atau kau musuh yang menyerupai louin" tanya dellio.
"Dellio laxxota dan miroka pabeli aku senang kau berada disini" louin sumeringah.
"Ada apa denganmu louin? Aku tahu itu kau, sedari tadi kau kan bersama kami" ucap dellio.
"Hahh... " louin tak mengerti.
"Kau bisa pelan-pelan tidak" teriak kesal dellio.
"ada apa dengan kalian ini?" Louin merasa risih dengan dellio yang sedari tadi terus mengeluh. "Hah, apa yang sebenarnya kalian lakukan?"
Miroka menunjukan ikatan tali dengan cahaya di obornya, tali yang mengikat lengan dellio dan miroka ketika ia pertama kali masuk kedalam hutan yang gelap, dellio langsung mempunyai ide yang konyol namun ternyata sangat membantu.
"Mengapa hanya pada miroka kau lakukan seperti itu?" tanya louin yang mengingkan hal yang sama.
"Biasanya tak ada yang mau menerima ideku , karena ideku menurut sebagian orang aneh dan gila, karena itu aku hanya menguji pada miroka" sahut dellio. "Tadi aku melihat cahaya yang sangat terang dari sana aku pikir sebentar lagi menemukan tempat itu".
"Ya, itu adalah hewan yang menolongku"
"Owh... Sangat terang sekali. O ya... Setelah kau terpisah, kami berdua terpisah dengan yang lainnya" miroka dan dellio ikut terpisah dari hirsh, marno dan mayder.
"Andai saja disini ada mayder, akan lebih mudah untuk mencari jalan keluar" kata louiin.
"Kau benar, sebelum kami berdua terpisah, mayder mendengar suara gemuruh,tapi itu percuma hutan ini berbeda dengan hutan yang lainnya sehingga mayder hanya bisa mendengar tanpa tahu pasti dimana letak tempat itu".
"Berarti memang bukan hutan biasa" ujar louin khawatir. "Kau bisa mengikatkan tali itu pada lenganku?"
Meskipun terasa aneh miroka dan dellio mendemgar perkataan louin uang ingin mengikuti keinginan dellio, tanpa basa basi dellio mengikatkan tali pada lengan louin. Miroka yang masih membawa obor berdiri paling depan disusul oleh dellio dan louin. Louin masih saja berjalan tak tahu arah ia hanya mengikuti kemana langkah kaki itu membawanya melewati aliran sungai.
"Tunggu sebentar rasanya aku ingin menggaruk" ujar miroka.
"heh, miroka apa yang kau garuk" dellio teriak karena perasaan yang tak enak dengan garukan miroka.
"Bukan apa-apa"
Louin tiba-tiba terjatuh ke tanah menarik dellio dan miroka dengan tali yang tersambung pada lengan mereka.
"Ada apa dengan mu louin? tanya dellio.
"Entahlah aku merasakan sesuatu yang terus mengawasi kita"
"Apa itu?" tanya miroka yang merasa dirugikan dengan hutan yang gelap ini. "Kalau begitu kita harus cepat"
Mereka bertiga langsung berlari dengan cepat, mereka sudah tak peduli dengan apa yang mereka injak. Selain itu mereka juga kesulitan karena tangan mereka yang diikat mambuatnya susah untuk berlari dengan kencang. Semakin mereka berlari dengan cepat, semakin sesuatu itu mengikutinya dengan cepat. Louin terus mengajak mereka untuk terus berlari mengikuti aliran sungai, Cahaya obor yang terus meliuk-liuk di air seakan-akan ikut berlari mengikutinya.
"Apa kau yakin ada yang mengikuti kita?" Tanya dellio sambil berlari.
"Entahlah, tapi aku merasa ia semakin dekat. Ia sangat cepat sekali. Cepat..." Jawab louin terengah-engah.
Aaarrggghhh... Dellio, miroka dan louin terlepas dari ikatan dan terlempar sesaat ia telah mengatakan hal itu. Louin, dellio dan miroka merasakan sakit di tubuhnya, badannya terlempar mengenai pepohonan di dalam hutan itu. Dellio dan louin tak bergerak sedikitpun sedangkan miroka mengerang kesakitan menahan rasa sakit ditubuhnya. Obor yang miroka bawa terlempar dan menimbulkan kobaran api didedaunan kering dengan udara yang lembab. Meskipun tidak merambat tapi api itu cukup terang didalam kegelapan hutan karindo.
Di tengah nyala api dan penglihatannya yang samar-samar. Miroka memanggil nama dellio dan louin, namun mereka diam saja tak bergerak ataupun menjawab. Miroka ketakutan jika temannya harus mati apalagi didepan matanya. Ia terus memanggil dengan suara yang masih menahan rasa sakit. Miroka memiliki tubuh lebih kuat karena kebiasaan yang sering membuat senjata melatihnya harus kuat dan menahan tubuhnya dari panas bara api dan beratnya besi.
Louin dan temannya baru menyadari jika mereka bertiga diikuti oleh sesuatu yang dari awal terus mengawasi mereka, karena dialah juga yang membuat louin terpisah dari rombongan, ia berjalan sendiri mencari jalan. Louin beruntung karena bertemu mahluk kunang-kunang yang sebenarnya itu adalah mahluk yang bernama siyna. Siyna adalah mahluk yang memiliki cahaya diseluruh tubuhnya dan memiliki cahaya yang berwarna kuning lebih terang dari hewan kunang-kunang. Karena mahluk Siynalah yang membuat musuh pergi dan menghilang mencari korban yang lain. Tak hanya louin saja, miroka dan dellio ingin dipisahkan juga oleh sesuatu yang mengikutinya, hanya saja karena ulah dellio yang mengikat tangan miroka dengannya membuat musuh tak bisa memisahkan mereka berdua dan selalu bersama. Akhirnya ia berdua harus terpisah dari rombongan yang lain.
Tingkah dellio yang terkesan aneh dan menggelikan ini setidaknya membuatnya tak terpisah, namun ia tak berani untuk melakukan hal itu pada yang lain mengingat mereka yang terlihat sangat tangguh, dellio takut jika ia diejek karena perbuatan. Jutaan siyna yang keluar dari tubuh mahluk bermata tujuh membuat dellio dan miroka menghampiri sinar yang mungkin itu adalah jalan keluar dari hutan kutukan ini. Setelah louin membantu siyna, mahluk itu langsung pergi setelah berterima kasih padanya. Untung dellio dan miroka datang meskipun ia tak beruntung karena mahluk yang mengawasinya datang kembali menghampirinya setelah siyna itu pergi, sepertinya ia tahu jika louin, miroka dan dellio adalah sasaran paling empuk baginya karena kemampuan tiga anak itu yang belum setingkat seperti hirsh.
Musuh semakin mendekat, tapi miroka belum mengetahui seperti apa musuh yang akan dihadapinya. Cahaya bulan yang tidak masuk sama sekali kedalam hutan itu membuat miroka semakin sulit melihat posisi musuhnya. Apalagi miroka tak bisa merasakan pergerakan musuh.
Tempat yang mereka duduki mendadak gelap padahal cahaya dari obor yang terjatuh sudah cukup terang. Miroka menutup matanya mencoba merasakan keberadaan musuh, tapi sifat sabar bukanlah sifat yang dimiliki miroka, ia tak mempunyai kemampuan seperti itu dan membuatnya tak bisa berkonsentrasi sehingga ia sulit mengenali musih karena ia sama sekali tak merasakan apapun.
Miroka merasa tak ada yang bisa ia lakukan. Rasa prustasi mulai menyertainya, mungkin ini pertama kalinya miroka merasakan hal seperti ini, hal yang tak pernah ia lakukan dan bayangkan. Ia semakin terjerat dalam keputusasaan, dunia ini semakin lama memberikan pertanyaan yang sama sekali ia tak mendapatkan jawabannya. Miroka menyadari betul keadaan saat ini, bahkan ia pun tahu ia mulai merasakan kepanikan yang membuat dirinya semakin lemah, miroka takut jika ia tak bisa menyelamatkan louin dan dellio.
"Sampai kapan kau akan berdiam diri terus seperti ini?" Terdengar suara wanita yang arahnya tak tahu darimana.
"Siapa kau,,," ucap miroka.
"Sudah datang ketempatku, seharusnya aku yang bertanya hal itu padamu. Siapa kau? Beraninya kau masuk ketempatku?" ucap wanita itu kembali.
"Maafkan aku, aku tak bermaksud menggangumu dan jujur saja aku tak merasa aman disini" jawab miroka dengan jujur
Wanita itu tak menampakkan dirinya sama sekali hanya suaranya yang sedari tadi mengusik gendang telinga miroka.
"Benar apa katamu, tempat ini memang tak aman. Beraninya kau masuk ke tempatku kau telah mengusik ketenanganku" ucap wanita itu karena miroka berani masuk kerumahnya tanpa mengetuk.
Perkataan wanita itu membuat miroka bingung, wanita bermaksud mengancam atau memberi peringatan untuk miroka bersiap-siap. Miroka sudah bersiap dan memantapkan dirinya untuk bertarung jika itu memang di perlukan.
"Aku tak sengaja masuk kerumahmu! Dimana kau sebenarnya?" Tanya miroka.
"Sedari tadi aku selalu berada disisimu?"
Miroka mencari keberadaan wanita itu, tapi didepannya tak ada siapapun, hanya kegelapan yang ia lihat di tempat itu dan api yang ditanah dari obornya. Miroka mengambil sebatang kayu dan membakarnya kedalam api itu untuk mencari Keberadaan wanita itu yang menurutnya ada didekatnya.
"Kau terlihat semakin bingung?"
"Apa maksudmu? Aku tak melihatmu sama sekali. Aku hanya melihat kegelapan dimana-mana" miroka berpikir setidaknya ia melihat paras cantik dari seorang wanita Seperti suaranya.
"Kau benar, akulah kegelapan itu" wanita itu langsung membuat miroka bergerak.
"Apa maumu? Aku akan segera pergi dari sini setelah aku membantu temanku, dimana dirimu?" miroka tak bermaksud mengganggunya sama sekali.
"Sudah kukatakan sebelumnya, aku lah kegelapan itu, dan aku selalu berada disekitarmu"
"Aku tak melihat wujudmu" miroka terus mencari suara wanita itu dengan menggunakan api yang ada dipegang olehnya.
"Percuma saja kau mencariku dengan apimu itu, bayangan memang akan hilang oleh cahaya itu, tapi kau juga harus tahu bayangan ada karena ada cahaya yang kau pegang. Cahaya dan kegelapan memang tidak pernah bisa menyatu tapi mereka selalu hidup berdampingan" ujar wanita itu.
Miroka terdiam sejenak setelah mendengar perkataan yang di ucapkan oleh wanita itu, pernyataan yang sangat sesuai dengan kenyataan. Wanita itu memang benar sekali. Miroka semakin terpaku dan tak bergerak sama sekali, perkataan itu seperti memberikan dan mengingatkan sesuatu dalam pikirannya. Ia merasa terketuk hatinya mendengar semua itu, seperti bayangan hitam dari tubuh miroka, sangat jelas tergambar di tanah dengan warna hitam pekat. Tapi seketika hitam itu hilang dan berpindah ketika ia memberikan cahaya pada bayangan tubuhnya sendiri.
Miroka terdiam ditengah pertarungannya dengan wanita yang belum jelas wujudnya, wanita itu membuat pikiran miroka berkecamuk. Wanita itu berhasil membuat miroka berpikir untuk sejenak, bagaimana tidak miroka yang tak biasa menggunakan otaknya untuk berpikir keras justru terpaku mendengar perkataan yang dikatakan wanita itu. Wanita itu berhasil mengelabui musuhnya hanya dengan perkataan dan dalam waktu sekejap.
Miroka merasakan kebuntuan dalam langkahnya, kini ia menginginkan keberadaan dellio yang kini masih tergeletak tak sadarkan diri.
"Lalu, apa yang kau inginkan dariku?" Tanya miroka.
Tanpa menjawab, suara wanita yang sampai sekarang belum menunjukan wujudnya kini ia mengeluarkan pasukannya. Prajurit berjubah lengkap dengan tirai besi itu tiba-tiba muncul dihadapan miroka. Miroka semakin kesal dan merasa tertekan dengan keadaan seperti ini. Semuanya benar-benar diluar dugaan dan kemampuannya, ia seperti merasa kehilangan separuh dirinya. Tapi ia tak mungkin berdiam diri, ia harus melawan demi keselamatan teman-temannya yang sampai kini belum sadarkan diri. Dengan hati yang kuat ia berusaha melawan prajurit yang tiba-tiba muncul dihadapannya setelah ia mencoba bernegoisasi dengan suara wanita yang tak mengizinkan miroka melihat wujudnya.
Pertarunganpun dimulai miroka seorang diri melawan beberapa prajurit didalam kegelapan yang membuatnya sulit melihat dengan jelas dan samar-samar. Miroka mungkin tak sepintar dellio tapi miroka juga seorang pembuat pedang yang banyak dipakai ksatria. Ia juga tak membuang kesempatan yang sia-sia, tanpa sepengetahuan keluarganya ataupun dellio, miroka sering berlatih dihalaman belakang sedikit jauh dari rumahnya agar tidak terlihat. Hanya itu jalan satu-satunya yang membuat miroka mengasah dasar-dasar dalam menggunakan senjata ataupun bertarung.
Miroka sudah tak memperdulikan keamanannya, ia sudah pasrah jika memang harus pergi mendahului teman-temannya untuk selamanya. Pertarungan sudah berangsur lama, miroka mulai tergopoh-gopoh dan lemas, apalagi ia masih merasakan rasa sakit ditubuhnya karena terlempar. Miroka juga tak mengerti dengan musuh yang ia lawan. Baju musuh tirai besi yang sedikit sulit untuk dilawan ternyata tak berpenghuni alias kosong, miroka semakin mengamuk tapi ia tak bisa berbuat apa-apa karena tubuhnya yang tak bisa mengimbangi amukannya.
"Miroka... Miroka... Mirokaa...!" Teriak louin dalam hatinya melihat pertarungan miroka yang sama sekali tak imbang.
Miroka yang serius bertarung tak kehabisan akal, ia menyebarluaskan api yang berasal dari obornya, sehingga api itu bisa memberikan cahaya yang lebih banyak untuk penglihatannya. Setidaknya miroka bisa melihat musuh yang ada disekelilingnya. Musuh yang dihadapi kali ini berbeda dengan wanita tak berwujud itu. Meskipun ia terlihat tapi ia sulit dilawan karena bajunya yang sulit ditembus.
Louin dengan jelas melihat dan ingin sekali membantu miroka dalam pertarungan itu, iapun ingin berdiri tapi ia merasa aneh tubuhnya sama sekali tak bisa ia kendalikan. Tubuhnya yang terlempar tak merasakan sakit padahal ia melihat jelas tubuhnya terlempar dan badannya terluka namun tetap saja tubuhnya tak merespon keinginannnya sama sekali, jari tangan yang sejajar dengan matanya tak mau bergerak padahal ia sudah berusaha untuk mengerakkannya, bahkan mirokapun tak mendengar seruan memanggil namanya. Miroka seperti tak mendengar apapun, ia terus bertarung dan bertarung melawan musuhnya. Louinpun terus berteriak memanggil namanya dan berusaha bangkit tapi tubuhnya benar-benar tak bisa bangun. Louin jengkel, ia ingin marah karena ia hanya bisa melihat tanpa bisa membantu. Hal seperti ini yang louin takutkan, miroka hanya membantunya namun mengapa miroka yang harus menerima semuanya.
Lagi-lagi louin bersikeras untuk bangkit, ia mengeluarkan seluruh tenaganya untuk memabngunkan jasadnya sendiri. Louin ingin menangis karena sudah tak tega melihat miroka yang semakin lemah dan terus diserang bertubi-tubi. Louin terus memanggil nama miroka dengan sekencang-kencangnya tapi miroka tetap tak mendengarnya. Marah, kesal dan benci terus bergelayut didalam diri louin karena ia tak bisa berbuat apapun. Louin yang terus menekan keinginannya membuatnya yang ada dalam dirinya sedikit demi sedikit muncul kepermukaan, sebelah kanan mata louin sudah mulai berubah begitupun dengan wajah louin sedikit demi sedikit muncul kembali lukisan dari matanya dan merambah pada kulit disekitar matanya.
Keinginannya yang ingin menolong membuat louin mengeluarkan kekuatannya yang seharusnya tak ia keluarkan. Hal yang ditakutkan paman soma sebentar lagi akan terjadi, jika louin berubah mencapai batasnya, orang yang selama ini mencarinya akan datang menghampiri louin. Sebelumnya louin mungkin bisa menghindar ketika malam bulan kuning karena itu adalah hari kebangkitannya. mendapat bantuan dari paman soma. Meskipun louin tidak menghendakinya, anolin itu akan muncul karena mendapat paksaan dari louin.
"Arggggghhhhh.....!" Teriakan louin.
Seketika cahaya yang sangat terang menerangi hutan yang sangat gelap sekali. Seakan-akan memberi perhatian dan peringatan kepada semua pada penghuni atau pendatang yang ada di dalam hutan itu. Cahaya itu benar-benar terang dan mengungkap semua yang ada didalam hutan itu. Namun mereka juga tak berdaya untuk membuka kedua matanya karena terlalu silau oleh cahaya yang datang tiba-tiba dan tak tahu datang darimana.
QARINA R
JAKARTA, 14 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )