11. KATA DI LUAR MATA
Semua orang berbondong-bondong menyaksikan keributan yang sedang berada dirumah keluarga lihomni, dimana sang anak di jemput oleh beberapa pasukan kerajaan dan diketuai oleh sang komandan perang garsna. Komandan yang tak pernah sekalipun turun tangan mengurusi kegiatan yang ada didalam desa.
Kali ini masalah yang dihadapi sangat berbeda dari biasanya, sang raja mengutus komandan untuk menjadi pengawal dari anak emas yang sebentar lagi akan menggemparkan kehidupan dunia. Deki yang tak mengerti apapun hanya ketakutan dan menangis didepan kedua orang tuanya. Orangtuanya pun tak mengerti dengan kerajaan yang tiba-tiba mengambil anaknya. Pasukan kerajaan dan kedua orangtua deki saling tarik-menarik mempertahankan deki karena Deki sama sekali tak ingin ikut ke kerajaan.
Garsna hanya melakukan titah dari sang raja untuk mengambil anak yang bernama deki lihomni. Demi keamanan botimalos, orang tuanya diperbolehkan untuk datang kerajaan esok hari setelah semua urusan deki di atasi. Sang ayah hanya bisa terdiam mendekap istrinya yang sedang menangis melihat kepergian anaknya, namun apa daya, mereka tak bisa menentang kerajaan yang telah melindunginya. Orang tuanya hanya berharap tidak dihukum atau disiksa.
Kisah deki langsung tersebar keseluruh desa dan sampai ke telinga teman-temannya. Temannya menjadi berpikiran buruk terhadap keluarga lihomni karena pasukan kerajaan yang tiba-tiba datang. Walau begitu tak ada artinya masyarakat tahu atau tidak mengenai masalah yang dihadapi deki karena bagaimanapun kenyataan itu harus disembunyikan sedalam-dalamnya dan jangan sampai seorangpun tahu mengetahui hal ini.
"Hey louin...?" Ucap dellio dan miroka yang berlari menghampirinya dengan nafas yang terengah-engah.
"Ada apa dengan kalian berdua?" Tanya paman agu yang sedang bersama louin ketika itu.
"Deki, dirumah deki banyak pasukan kerajaan, mereka menangkap deki?" Ujar miroka masih mengatur nafasnya.
"Kenapa dengan dia? Apa dia berbuat salah?" Tanya louin yang juga tak mengerti.
"Sangat cepat sekali mereka menangkapnya" ucap paman agu dalam hati.
"Aku juga tidak mengerti?" Geleng dellio.
"Orang dewasa sering kali memaksakan anaknya?" Ucap louin.
Paman agu hanya mengangkat sebelah alisnya mendengar ucapan louin barusan.
"Benar kata ito sheko?" Kata dellio.
"Kenapa dengan ito sheki?" Tanya louin.
"Kalian ingat ketika ito sheki mengatakan akan memberikan hadiah yang tak pernah terlupakan. Sekarang hadiah itu benar-benar tak terlupakan" geleng dellio
"Benar juga ya" angguk miroka.
"Ito sheki memang belum memberikan hadiah itu tapi kau tak bisa menyalahkan ito sheki" ujar louin.
"Aku tidak menyalahkan ito sheki hanya saja waktunya tepat dengan deki, hahahhaa" Canda dellio melihat momen yang tepat.
Paman agu hanya terdiam mendengar perkataan anak-anak kecil dihadapannya yang kenyataannya mereka tidak mengetahui apapun yang sebenarnya terjadi. Tapi yang dellio katakan memang benar momennya sangat pas sekali dengan kenyataannya. Entah disengaja atau tidak Asumsi yang ia katakan memang benar dengan kenyataannya. Paman agu tak menyangka anak-anak sekarang lebih pintar dan cepat tanggap menghadapi segala sesuatunya.
Mereka berbisik mengingat kejadian yang berhubungan dengan deki dan kerajaan. Namun seberapa keras mereka memikirkannya tetap tidak ada satupun yang berhubungan antara keduanya.
"Bagaimana jika kalian mendengar cerita paman yang waktu itu paman tak sempat ceritakan pada kalian?" Paman agu mencoba mengalihkan pembicaraan mereka.
"Boleh paman agu"
"Ini adalah cerita turun temurun paman semenjak dari dulu, jadi kalian harus dengarkan" titah paman agu.
Mereka sangat sumeringah dan diam siap mendengarkan cerita dari paman agu. Mereka bertiga duduk berdekatan sedangkan paman agu berdiri seraya memperagakan adegan dibalik kisah yang akan ia ceritakan.
Hembusan angin didanau semakin membuat kisah semakin seru dan menarik.
"Baik, dengarkan!"
KATA DI LUAR MATA
Pada suatu hari ketika itu angin berhembus dengan sangat kencangnya. Fajar yang belum berakhir memaksa mereka untuk mendekap tangan dan membalut tubuh mereka dengan pakaian yang sangat tebal. Mereka terus mendekapkan tangan mereka dan sesekali menggosokkan kedua telapak tangannya lalu meniupnya untuk menahan rasa dingin yang seperti menusuk tulang dan kulitnya.
Ia berjalan seperti orang yang sedang berpetualang. Ia menjemput kedua sahabatnya Pagi-pagi buta hanya untuk mencari kayu bakar, makanan dan lainnya didalam hutan. Mereka adalah tiga sahabat satu perempuan dan dua lelaki. Masing-masing mereka bernama Elhos, Otniella dan Day. Mereka adalah tiga sahabat yang sangat akrab dan baik. Bagi mereka hutan adalah rumah kedua tempat mereka bertarung, bercanda dan melakukan hal apapun yang mereka inginkan.
Tak seperti yang lainnya dan kedua temannya, anak yang bernama Day sering menghabiskan waktunya lebih lama didalam hutan. Setelah pagi-pagi mereka mencari kayu bakar mereka langsung pulang kerumah lalu beraktivitas dirumah membantu kedua orangtuanya. Sebentar lagi menjelang sore, setelah selesai membantu kedua orangtuannya Day selalu kembali kedalam hutan. Ia sangat senang sekali menyatu dengan alam karena baginya alam itu seperti bagian dari dalam tubuhnya. Ketika menangis, alam akan hujan. Ketika marah, alam akan mengeluarkan gempa bumi. Ketika senang ia akan memberikan pemandangan yang luar biasa indah. Ketika sedang terharu, alam memberikan pelangi dan baginya seperti cerminan darinya.
Setiap hari ia tak pernah meninggalkan hutan. Day suka bertengger diatas dahan pohon tinggi yang ia panjat seperti burung. Dari rumah ke hutan lalu terdiam menikmati keindahan alam.
"Itu seperti dirimu louin, kerumah lalu kedanau, menggambar, diam" ucap dellio memdengar cerita paman agu yang sama dengan kebiasaan louin.
Louin hanya membalas dengan senyum kecut.
Paman kembali menceritakan ceritanya.
Tanpa sepengetahuannya, otniella selalu mengikutinya dari belakang, ia sangat senang jika sedang bersama dengan Day. Otniella lebih suka bersama Day daripada bersama dengan elhos. Otniella memang merasakan senang jika sedang mereka berdua, tapi entah kenapa otniella merasa nyaman jika sedang bersama Day. Ia selalu senyum dengan canda tawa khasnya bersama dengan Day sedangkan jika sedang bersama elhos ia juga seperti merasa terlindungi.
Day memiliki sifat yang hangat, ceria, pintar namun ia lemah hanya kekuatan dalam hatinya yang menguatkannya. Elhos memiliki tubuh yang kuat, pintar bertarung, angkuh dan selalu menjadi perhatian banyak orang. Sedangkan otniella, wanita yang tak jauh berbeda dengan elhos, ia juga pusat perhatian semua orang karena parasnya yang cantik, lihai dan sombong, ia sombong bukan karena keinginanya melainkan karena ia tak ingin menjadi pusat perhatian banyak orang. Namun tetap saja otniella tak pernah hilang dari perhatian orang.
Ketika itu otniella sedang memperhatikan Day yang sedang asyik mengekspesikan dirinya ketika melihat burung yang terbang, pegunungan dari kejauhan, cahaya matahari dan lain-lain. Tanpa sengaja elhos melihat otniella sedang tersenyum-senyum sendiri. Ketika elhos melihat arah pandangan matanya, ternyata sahabatnya sendiri yang sedang otniella perhatikan. Elhos marah dan murka, karena selama ini ia sangat menyukai otniella, bagi elhos mereka sangat serasi dan sama-sama terkenal diantara kalangan masyarakat. Bahkan Day juga mengetahui jika elhos menyukai otniella.
Elhos tak terima dengan Day, karena ia berani menusuknya dari belakang. Elhos tak menyangka selama ini Day berani mempermainkannya padahal selama ini Day tahu elhos mengincarnya tapi Day berani mengambil darinya.
Sehari, dua hari bahkan sampai beberapa minggu elhos selalu memperhatikan otniella, begitupun otnirela yang selalu memperhatikan Day. Mereka berdua saling memperhatikan, Day yang menjadi pusat perhatian mereka berdua hanya menjalankan kebiasaan seperti biasanya. Day hanya ingin menjadi dirinya sendiri, ia ingin menjadi teman untuk mereka tanpa ada perpecahan apapun diantara mereka. Day mengetahui sekali jika otniella memperhatikannya dan dia juga tahu jika elhos menyukainya tapi Day tetap berpura-pura tidak tahu, ia tak ingin merusak persahabatan yang telah mereka jalin.
Bugghhh... kepalan tangan elhos mendarat dipipi sebelah kiri Day dan membuatnya terluka.
Otniella yang berada tak jahuh dari mereka menghampiri Day mebantunya berdiri.
Day memang sudah mengetahui elhos pasti akan melakukan hal seperti ini suatu hari nanti. Day sudah berusaha bersikap seperti biasanya dalam kesehariannya bertemu dengan elhos dan otniella. Otniella juga melakukan hal yang sama dengan Day meskipun pandangannya lebih sering pada Day, namun elhos yang sudah mengetahuinya dan terlanjur kesal tak pernah membalas ucapan dari Day ataupun otniella, ia hanya memberikan pandangan kebencian lewat wajahnya yanf sudah disadari oleh Day.
"Ada apa denganmu? Mengapa kau memukul Day?" ucap otniella yang terkejut dengan perubahan sikap elhos.
"Kau lihat itu? Kau lihat itu? Hah...?" teriak ellhos pada Day.
"Apa maksudmu? Kau sudah salah paham?" ujar Day mendengar perkataan elhos yang sudah jelas arahnya
Day masih mengelus pipinya yang perih dan sakit karena pukulan dari elhos yang tiba-tiba.
"Kau merasakan sakit , hah? Sama seperti hatiku yang merasakan sakit? " Elhos semakin berapi-api.
"Dengar, aku hanya menganggap kalian sahabatku. Tidak lebih dari itu!" jelas elhos yang masih memegang pipinya yang berdarah dan terpaksa mengatakan hal itu yang pasti akan menyakiti otniella.
"Apa... Jadi selama ini kau sudah tahu?" Otniella menjauh dari Day dan kini tepat berada ditengah keduanya.
Otniella merasa kecewa dengan pernyataan Day, ternyata selama ini ia mengetahui perasaan darinya. Butuh waktu lama untuk otniella untuk mengungkapnya secara langsung hari ini tapi ia juga merasa dipermainkan oleh Day, perhatiannya selama ini ia anggap hanya sebatas sahabat yang selama ini selalu bersamanya. Otniella tak mengerti, selama ini perlakuan Day terhadapnya hanya sebatas persahabatan atau memang Day benar-benar menyukainya.
"Tak ada salahnya orang menyukai seseorang tapi yang salah adalah kau harus memaksanya untuk mencintainya. Kau lebih dulu berteman denganku dan kau tak mengenali siapa aku?" Ujar Day yang merasa kecewa.
"Aku mungkin telah salah menilaimu, aku mengenal Day yang dulu tapi tidak dengan Day yang sekarang?" Elhos semakin emosi.
"Kalian semua telah mempermainkanku, persahabatan ini hanyalah kedok" sahut otniella yang juga merasakan marah dalam hatinya
"Tenangkan dirimu otniella. Maafkan aku..." kata Day.
"Tidak, aku mengerti sekarang" otniella terdiam
Otniella menyalahkan dirinya sendiri karena ia harus mencintai Day dan merusak persahabatan mereka sebelum kedatangannya. Ia merasa kecewa namun juga tak bisa menyalahkan mereka berdua. Cinta datangnya bukan karena sudah diniatkan, tapi cinta datang secara tiba-tiba, entah kapan, dimana dan degan siapa. Otniella merasa bodoh selama ini karena ia menganggap Day juga menyukainya. Tapi otniella kini sudah mengerti alasan dari sikap Day terhadapnya. Meskipun Day menyukainya, otniella yakin ia tak myngkin bisa bersamanya.
"Selama ini aku selalu mendengarkan perkataanmu, karena aku menghargai persahabatan kita?" Sahut elhos.
"Elhos, kau adalah sahabat dan teman pertamaku. Aku tak mungkin mengkhianatimu!" Balas Day mencoba menyakinkan elhos
Emosi dan amarah yang ada dalam hati elhos semakin memuncak karena tak kuasa dengan kekesalan dan penghianatan yang dilakukan temannya sendiri. Matanya menjadi gelap, hatinya terkunci oleh kebencian dan pikirannya telah dirasuki oleh dendam.
"Tidak elhos, kendalikan dirimu. Kau bukanlah manusia seperti ini?"
Elhos temannya kini telah berubah, hawa gelap sudah menyelimuti tubuhnya. Bola Matanya telah berubah menjadi hitam pekat dan sisinya berwarna merah. Ia terus memperhatikan Day yang berada didepannya.
"Hentikan elhos" ucap otniella yang semakin parah melihat perubahan elhos.
Elhos telah mengunci Day sebagai targetnya. Hatinya sudah tak bisa mendengar ucapan dari siapapun, semakin otniella menyuruhnya untuk berhenti semakin elhos murka terhadap Day. Bagi elhos sekarang ucapan otniella hanyalah pembelaan untuk Day.
Hatinya sudah sangat sulit untuk disadarkan, hanya ada kebencian dan dendam yang ada didalam dirinya. Elhos tak bisa mengendaliakn dirinya sendiri. Kini kejahatan merasuki tubuhnya dan menjadi kekuatan baginya.
Day dan otniella mencoba menyadarkannya namun itu sia-sia dan mustahil, pertarungan tak terelakkan antara elhos dan Day, elhos yang sudah kuat sebelumnya semakin bertambah kuat, Day yang tidak ahli dalam bertarung mencoba menangkis serangan dan menghindar karena Day tak ingin sama sekali menyerang atau melukai temannya. Otniella hanya bisa memperhatikannya dan gelisah melihat pertarungan dua sahabat itu. Ia tak tahu harus berbuat apa untuk melerainya.
Day semakin lelah dan terluka, ia tak kuasa menahan lebih lama lagi serangan bertubi-tubi dari elhos apalagi sekarang day tak bisa mengenal elhos yang dulu ataupun kemarin. Mata hitam Elhos lebih menakutkan dengan kekuatan barunya. Disaat-saat terakhir day sudah terkapar dan lemah di tanah, ia sudah penuh dengan luka dan lebam dimana-mana. Elhos sudah menyiapkan serangan terakhir untuk melumpuhkan day.
Pawwww... Sinar yang gelap mengarah kepada day. Day hanya bisa memperhatikan sinar gelap yang akan menghampirinya dan tak bisa berbuat apapun.
Fiuhhhh... Kekuatan gelap itu hilang begitu saja. Otniella menghalau serangan elhos. Perbuatan otniella yang semakin membela day membuat elhos semakin marah.
Aaarrrrrgffhhhhh... Teriakan elhos terdengar sangat menakutkan, menyedihkan dan membuat tubuh ini kesakitan. Suaranya yang menggema sangat jelas terdengar diseluruh kolong langit.
Otniella terjatuh dan terduduk tak kuasa mendengar suara elhos. Ia menahan rasa sakit yang terasa disekujur tubuhnya dan kesedihan yang selama ini ia alami dan membuatnya semakin ketakutan.
Otniella menangis dan ketakutan, kesedihan yang ia alami dahulu kini terasa lagi olehnya. Ia takut mendekap dirinya. Day tak kuasa mendengar elhos dan melihat otniella. Mereka adalah sahabatnya tak mungkin baginya menyakitinya.
Day hanya bisa menyaksikan mereka berdiam, dalam hatinya seperti terbakar ingin berbuat sesuatu untuk menolong mereka namun ia kesulitan. Ia menguatkan hatinya mencoba menenangkan dirinya dan mencari jalan keluar. Perlahan namun pasti day mendapatkan kekuatannya, ia yang tak kuasa melihat otniella, entah bagaimana caranya, otniella hilang begitu saja. Day semakin yakin dan mendekati elhos untuk melawannya.
Bola Mata Day juga telah berubah berwarna abu-abu dengan sisi bola mata yang berwarna putih cerah dengan ukiran yang merambah hampir seluruh wajahnya. Ia juga sudah bersiap untuk melawan elhos bagaimanapun caranya. Day masih tersadar jika yang dihadapinya adalah temannya.
Langit menjadi hitam mengulung, petir tersengar dimana-mana, api mulai bertebaran kemana-mana karena sambaran petir yang terus berjatuhan ke daratan. Matahari enggan keluar pada saat itu, semuanya terlihat gelap tak ada warna sekalipun hanya ada warna hitam yang gelap dan menakutkan. Suara bising dan gemuruh semakin membuat dunia ini seperti akan hilang untuk selamanya. Angin yang kencang membuat suasana menjadi lebih menyeramkan. Serangan elhos yang membuat daratan menjadi hancur dan rata. Asap mengepul dimana-mana, teriakan banyak orang yang ketakutan semakin keras terngiang-ngiang di telinganya.
Day bangkit dengan mata yang tajam dan siap melawan elhos sahabatnya sendiri. Ia tak ada niat sekali untuk menyerangnya namun ini diperlukan untuk menyelamatkan semua orang yang ada di sekitarnya, jika ia tak memusnahkan kekuatannya, elhos akan terus menghancurkan semuanya tanpa memperdulikan semuanya.
Pertarungan kali ini semakin hebat dengan kekuatan mereka masing-masing. Kekuatan hatinya untuk menolong orang membuat day mendapatkan kekuatan dari teman-temannya yang selalu ia kunjungi setiap pagi dan sore untuk menghabiskan harinya.
Kekuatan yang terus beradu antara satu sama lain semakin membuat kerusakan di muka bumi. Serangan dan tangkisan terus terjadi diantara mereka memperlihatkan siapa yang terkuat. Pertarungan antara dua orang ini berjalan semakin sengit dan berlangsung selama berhari-hari begitupun dengan langit yang gelap yang tak hilang seperti mengikuti mereka berdua.
Tak terasa pertarungan berjalan hampir 17 hari tanpa ada istirahat sekalipun, kekuatan mereka semakin berkurang hanya tekad dalam hati mereka masing-masing yang membuatnya semakin kuat. Rasa lelah yang menggelayuti mereka tak mereka rasakan sama sekali. Akhirnya elhos dan day kehabisan kekuatan mereka, mereka yang berseberangan terkapar ditanah. Day yang masih memiliki sedikit kekuatan menggunakan tubuhnya dengan bantuan tangan dan kakinya yang sudah kesakitan dan lemah untuk mengakhiri pertarungan. Ia menyeret tubuhnya sedikit demi sedikit dan tiba dihadapan elhos yang sama-sama terkapar. Elhos hanya bisa melihatnya tanpa bisa menggerakkan tubuhnya sekalipun.
"Apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin membunuhku?" Ucap elhos dengan senyum kecut dan terbata-bata.
"Ya kau benar, aku ingin sekali membunuhmu, tapi aku tak kuasa untuk menikam temanku?" Ucap day dan menaruh tangannya didada elhos.
Elhos melihat dan merasakan sentuhan tangan dari temannya.
"Maafkan aku tapi aku harus melakukan ini?" Ujar day.
Pertarungan itu akhirnya berhasil diakhiri oleh kekuatan terakhir yang dimiliki day. Semenjak saat itu tak ada yang tahu apa yang telah dilakukan day tapi saat itu juga mereka menghilang entah kemana seperti otniella. Saat itu juga setelah pertarungan berakhir, matahari baru berani muncul dan memberikan sinarnya kembali. Pertarungan yang tak diketahui oleh siapapun itu menjadi sebuah rahasia yang tak semua orang tahu.
"Lalu, bagaimana paman tahu jika itu rahasia yang tak seorangpun tahu?" Tanya dellio.
Paman agu bengong mendengar pertanyaan barusan dari dellio."Benar juga, darimana ayahku tahu soal itu?" Ucap paman dalam hatinya.
Angguk louin dan miroka.
"Dengar masalah apapun yang terjadi jangan kalian ambil keputusan dengan salah. Gunakan kepala dingin kalian untuk berpikir bukan dengan emosi atau kekerasan. Terkadang sebuah masalah membuat kita bisa merasakan kehidupan, mengajarkan sesuatu kebaikan dan memberikan kita kesempatan. Tapi ketiga hal itu tidak bisa kalian dapatkan jika kalian berpikir buruk dan marah, justru yang akan kalian dapatkan adalah kebalikan dari keinginan kalian" paman agu mengalihkan pembicaraan dengan memberikan nasehat tentang cerita tersebut.
"Berarti jika aku ingin menjadi pahlawan kebalikannya aku akan menjadi pengecut dan tidak ada orang yang ingin berteman denganku?" Ujar dellio memelas
"Betul sekali, kelakuan yang jahat itu akan sangat mudah kalian dapatkan tapi sebenarnya itu hanya ujian untuk kalian dan jika kalian terjebak kalian tidak akan bisa menikmatinya dalam waktu yang lama. Tapi... Kalian harus bersabar karena kebaikan membutuhkan waktu yang lama dan perlu proses untuk menghampirimu karena kebaikan seperti tanaman menyaring udara kotor dan menghisap kotoran tapi ia masih memberikan kehidupan pada semua orang dan kalian bisa menikmatinya dengan waktu yang sangat panjang tetap berusaha dan pantang menyerah" paman agu memberikan nasehatnya kembali.
"Paman, apa kisahmu adalah nyata?" Tanya dellio.
"Itu hanya cerita, tak ada yang tahu kebenarannya" ucap paman agu seraya menggelengkan kepalanya.
"Waw... Apa ada kisah yang menarik lainnya?" tanya miroka sumeringah.
"Ada, hanya saja paman tidak begitu tahu" ujar paman agu.
"Bagaimana bisa paman mengatakan "ada" jika paman tidak tahu" ujar dellio kembali.
Paman agu merasa dikerjai oleh anak-anak ini. Paman agu hanya bisa menyimpan malu dalam wajahnya yang datar.
"Tapi paman, apa ada buku yang seperti itu?" Tanya louin yang juga menikmati cerita paman agu.
"Kalian bertiga, sangat kompak ketika memberikan pertanyaan? Menurut kabar yang paman dengar ada buku kisah nyata tapi itu Rahasia dan tak tahu dimana keberadaannya. Tapi Paman tak percaya, itu pasti hanya sebuah mitos. Kalian tak usah membesarkannya bahkan sampai mencarinya, terutama kau dellio!" Ujar paman agu.
Dellio hanya tersenyum karena sepertinya paman agu telah mengetahui apa yang akan ia katakan.
"Paman besok cerita apa lagi?" Tanya miroka berharap.
"Tidak bisa, besok paman sibuk. Sekarang kalian pulang kerumah masing-masing?" Titah paman agu.
Mereka bertiga sangat menikmati cerita yang diberikan paman agu. Mereka bertiga tak henti-hentinya menceritakan kisah dan saling tanya jawab sepanjang perjalanan pulang mereka kerumah. Sedangkan paman agu hanya cemberut dan kesal mendengar perkataan anak itu barusan. Anak yang baru berumur empat belas tahun seperti sedang mengerjainya. Paman agu menggelengkan kepala dengan senyuman pasrah.
QARINA R
JAKARTA, 10 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH)